Home » , » Aqidah; Ziarah Kubur Wali = Syirik?

Aqidah; Ziarah Kubur Wali = Syirik?

Written By Rachmat.M.Flimban on 26 Desember 2016 | 12/26/2016 02:07:00 AM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Petaka demi petaka melanda, hati manusia pun luluh karenanya, aqidah dikorbankan, agama dilupakan, syariat hilang sedikit demi sedikit. Maka malapetaka apakah yang lebih dahsyat dibandingkan dengan malapetaka yang menimpa iman? Dialah kesyirikan.

Bagaimana tidak, sedang Allah telah berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢)

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka; tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun”. (QS.Al-Maa’idah 05:72).
Adapun malapetaka ini, kebanyakan orang hanya mengetahuinya secara global saja. Adapun kesyirikan secara terperinci, kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.

Orang-orang hanya mengetahui bahwa syirik itu, ketika seseorang menduakan Allah dalam penciptaan; atau ketika seseorang menyembah patung-patung. Adapun menyembah orang sholeh, dan lainnya, dalam arti berdo’a, meminta pertolongan kepada orang sholeh atau wali-wali, memohon syafa’at, kesembuhan, jodoh, rejeki, dan lainnya kepada mereka, maka ini tidak dianggap syirik !! Ini tentunya keliru !! Syirik bukan terbatas pada penyembahan berhala. Tapi penyembahan segala sesuatu dari selain Allah, baik itu arca, nabi, malaikat, orang sholeh, pohon, kuburan, dan lainnya. Makhluk-makhluk yang disembah ini biasa kita istilahkan dengan “berhala”.

Mereka keliru dalam membatasi kesyirikan hanya khusus pada penyembahan arca-arca, karena mereka menyangka bahwa orang-orang musyrikin di zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah kaum yang menyembah patung-patung saja, tanpa yang lainnya. Padahal jika membuka Kitabullah, dan kitab-kitab hadits, maka kita akan mendapat keterangan bahwa kaum musyrikin dahulu bukan hanya menyembah patung saja, bahkan ada yang menyembah kuburan, pohon, orang-orang sholeh. Silakan dengarkan penuturan seorang ulama Islam ketika menjelaskan jemis-jenis sembahan kaum musyrikin jahiliyyah:

Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan-hafizhahullah- berkata saat menjelaskan sembahan-sembahan kaum musyrikin, “Kata Lata -tanpa dobel huruf t -, adalah nama berhala di Tho’if .

Dia berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Padanya ada tirai-tirai yang menyamai ka’bah. Di sekelilingnya ada halaman, dan di mempunyai pelayan (penjaga). Orang-orang jahiliyah menyembahnya sebagai sekutu selain Allah -Subhanahu wa Ta’la-. Berhala ini milik kabilah Tsaqif dan kabilah-kabilah yang ada disekitar mereka. Mereka amat membanggakan berhala.

Sebagian qira’ah membaca firman Allah, dengan dobel huruf t sebagai isim fa’il (Latta) dari kata kerja latta-yaluttu. Dia (Latta) adalahseorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya, dan menutupinya dengan tirai-tirai.

Akhirnya mereka menyembahnya sebagai sekutu selain Allah -Subhanahu wa Ta’la- . Inilah Latta ! Adapun Uzza, dia adalah pohon dari Sallam yang terletak di lembah Nakhlah yang terletak antara Mekah dan Tho’if. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga).

Di pohon ini terdapat setan-setan yang berbicara kepada menusia. Orang-orang bodoh menyangka bahwa yang berbicara kepada mereka adalah pohon-pohon itu atau rumah-rumah yang mereka bangun. Padahal yang berbicara kepada mereka adalah setan-setan untuk menyesatkan mereka dari jalan Allah. Uzza ini adalah berhala milik suku Quraisy, penduduk mekah serta suku-suku yang ada di sekitarnya. Adapun Manaat,dia adalah batu besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudaid yang terletak antara Mekah dan Madinah. Berhala ini adalah milik suku Khuza’ah, Aus, dan Khozroj. (Jika ingin haji), mereka berihram di sisinya, dan mereka menyembahnya sebagai sekutu bagi Allah”. [Coba lihat Syarh Al-Qowa’id Al-Ar-ba’ (hal. 31)]

Inilah tiga berhala yang merupakan berhala terbesarnya Bangsa arab. Maka penyembahan kepada arca, batu, orang sholeh dan pohon adalah sesuatu yang jelas kalau itu adalah kesyirikan. Tapi, sedikit yang menyadari bahwa menyembah orang-orang shalih yang telah meninggal juga adalah kesyirikan. Dialah berhala Latta bagi orang-orang Tsaqit dan kabilah-kabilah di sekitarnya.

Pembaca yang budiman, mungkin kita bertanya, “Bagaimanakah bentuk penyembahan mereka terhadap orang-orang shalih ini sehingga dikatakan sebagai suatu kesyirikan?” Perhatikanlah ucapan Syaikh Al-Fauzan di atas! Mereka menyembahnya bukan ketika orang shalih itu masih hidup tetapi setelah meninggalnya. Mereka bangun kuburannya, buatkan sebuah rumah di atasnya, dipasangi tirai/kelambu, dijaga oleh satu atau dua orang atau bahkan lebih.

Kemudian orang-orang pun mendatanginya, menyampaikan hajat, berdo’a kepadanya atau minta dido’akan. Bukan kepada penjaga kuburan tersebut tetapi kepada orang shalih yang telah meninggal itu. Inilah keadaan mereka.
Allah mengabarkan perbuatan mereka dalam firman-Nya:

أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (٣)

Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. (QS. Az-Zumar 39: 3)

(Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.)

Kesyirikan semacam ini tidak hanya terjadi di zaman Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bahkan jauh sebelumnya telah terjadi pada kaum Nuh -alaihis salam-.

Allah berfirman saat mengisahkan perkataan mereka:

وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا (٢٣)

Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”. (QS.Nuh 71:23 ).

Penafsir Ulung Al-Qur’an, Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka telah meninggal, setan pun datang mewahyukan kepada kaum meraka untuk mendirikan patung-patung itu dengan nama orang-orang shalih, mereka pun melakukannya, tetapi orang-orang sholih itu belum disembah.

Tatkala mereka meninggal dan ilmu telah dilupakan, maka patung-patung orang shalih itu pun disembah”. [HR. Al-Bukhariy dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an (4920)]

Demikianlah pelaku kesyirikan, saling mewarisi dari zaman ke zaman; bentuknya kadang beda, tapi hakikatnya sama. Jaman nabi Nuh, orang shalih yang didatangi adalah dalam patung-patungnya, sedangkan jaman Nabi Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- yang didatangi adalah kuburannya. Adapun jaman kita sekarang, maka setiap tempat berbeda. Kadang di tempat ini, yang didatangi, dan disembah adalah patung atau pohon. Tetapi di tempat yang lain adalah kuburan. Mereka meminta dan mengharap darinya.

Mereka menjadikan orang-orang shalih sebagai berhala yang disembah selain Allah dalam bentuk mendatangi patung atau kuburannya, berdo’a kepada mereka, menyampaikan hajat-hajat keseharian kepada mereka, mengharap dan takut kepadanya, bernazar dan berkurban di sisinya. Semua ini adalah kesyirikan !!

Semua ini adalah perbuatan setan yang hendak menyesatkan manusia . Padahal jika kita memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an, kelak pada hari kiamat nanti, orang-orang shalih yang mereka sembah itu akan ditanya tentang penyembahan manusia kepadanya. Namun orang-orang shalih itu pun berlepas diri dari perbuatan mereka. Sebagai contoh, Nabi Isa –alaihis salam- dan ibunya yang dijadikan berhala oleh orang-orang nashrani.

Allah -Ta’ala- berfirman:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ (١١٦)

“Dan (Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah Aku dan ibuku, dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara-perkara ghaib”. (QS.Al-Maidah 005:116)

Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, “Ini juga merupakan perkara yang Allah bicarakan tentangnya kepada hamba dan Rasul-Nya, Isa bin Maryam -alaihis salam- seraya berfirman kepadanya pada hari kiamat di depam orang-orang yang menjadikannya, dan ibunya sebagai dua sembahan selan Allah, “Adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah Aku dan ibuku, dua orang tuhan selain Allah?”. Ini merupakan ancaman bagi orang-orang Nasrani, celaan, dan kecaman kepada mereka di depan seluruh makhluk”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (2/164)]

Al-Allamah Abdur Rahman bin Ali Ibnul Jauziy-rahimahullah- berkata dalam tafsirnya, “Lafazh ayat ini berupa pertanyaan. Sedang maknanya adalah kecaman bagi orang yang mendakwakan ketuhanan Isa”. [Lihat Zadul Masir fi Ilm At-Tafsir (2/463)]

Selain menyembah orang sholeh, sebagian manusia menyembah malaikat. Ini juga merupakan kesyirikan dan pelakunya musyrik.

Allah -Ta’ala- berfirman:

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلائِكَةِ أَهَؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ (٤٠)
قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ (٤١)

“Dan (Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya Kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”. Malaikat-malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka Telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”. (QS.Saba’ 34:40-41 ).

Allah -Ta’ala- juga berfirman:

وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (٨٠)

Dan (Tidak wajar pula bagi-Nya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?”. (QS. Ali Imran 003: 80 ).

Diantara bentuk kesyirikan, penyembahan matahari, rembulan, dan bintang-bintang.

Allah -Ta’ala- berfirman:

وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لا يَهْتَدُونَ (٢٤)

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk”. (QS. An-Naml 27:24 ).

Allah -Ta’ala- juga berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (٣٧)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah . (QS. Fushshilat 41:37 ).
Dalam ayat-ayat ini terdapat faedah bahwa kemusyrikan bukan hanya terbatas pada penyembahan arca sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang jahil, bahkan menyembah orang sholeh (baik ia malaikat, nabi atau wali) pohon, bebatuan dan lainnya, semuanya termasuk kesyirikan. Semua bentuk kesyirikan telah ada di zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Olehnya, Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimiy An-Najdiy -rahimahullah- berkata dalam Al-Qowa’id Al-Arba’ , “Sesungguhnya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- muncul di tengah manusia yang berbeda-beda dalam peribadatan mereka. Diantara mereka, ada yang mengibadahi malaikat, ada yang mengibadahi nabi-nabi, orang sholeh, ada yang menyembah batu dan pohon; ada yang menyembah matahari dan rembulan”. [Lihat Al-Majmu’ Al-Mufid fi Naqd Al-Quburiyyah wa Nushroh At-Tauhid (hal.609)]

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 52 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

Sumber almakassari.com

author; Rachmat. Flimban

Duta Asri Palem3

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين


Anda Sedang membaca artikel yang berjudul Aqidah; Ziarah Kubur Wali = Syirik? Silahkan baca artikel dari HOSE AL ISLAM Tentang , Yang lainnya. Dan Ingin Mengeprint klik tombol prin di Bawah, atau bookmark halaman ini dengan URL : https://baytal-islam.blogspot.com/2016/12/aqidah-ziarah-kubur-wali-syirik.html
Klik Untuk Print Friendly and PDF
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger