Latest Post
Tampilkan postingan dengan label risalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label risalah. Tampilkan semua postingan

Keistimewaan Rasulullah Muhammad SAW Bag 1

Written By Rachmat.M.Flimban on 28 Mei 2022 | 5/28/2022 08:33:00 PM

Keistimewaan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (Bag. 1)

by dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya, yaitu: Menggunakan kodew Warna; swar " hitam, pemarah, kehitam-hitaman

Keistimewaan pertama, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi yang paling agung dan memiliki kedudukan paling tinggi di sisi Allah Ta’ala

Keistimewaan pertama, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi yang paling agung dan memiliki kedudukan paling tinggi di sisi Allah Ta’ala

Sesungguhnya Allah Ta’ala telah melebihkan atau mengistimewakan sebagian Rasul-Nya di atas sebagian Rasul yang lain. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,


تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ

“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.” (QS. Al-Baqarah: 253)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْض

“Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain).” (QS. Al-Isra’: 55)

Allah Ta’ala telah menjadikan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul yang paling agung. Dalam hadis tentang syafaat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,

أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ القِيَامَةِ

“Aku adalah pemimpin seluruh manusia pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 4712 dan Muslim no. 194)

Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penutup para Nabi, imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa, dan pemimpin para Rasul.” (Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 38)

Al-Ajuri rahimahullah berkata, “Ketahuilah, semoga Allah merahmati kami dan kalian, sesungguhnya Allah Ta’ala telah memuliakan Nabi-Nya Muhammad dengan kemuliaan yang tertinggi, menyifati beliau dengan p>sifat yang paling baik, menggambarkan beliau dengan karakter yang paling indah, dan mendudukkannya pada kedudukan yang tertinggi.” (Asy-Syari’ah, 3: 1386)

Ibnu Abil ‘Iz Al-Hanafi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu mengabarkan kepada kita bahwa beliau adalah pemimpin anak keturunan Adam hanyalah karena kita tidak mungkin mengetahui hal itu, kecuali melalui berita yang disampaikan oleh beliau sendiri. Hal ini karena tidak ada lagi Nabi sepeninggal beliau yang akan mengabarkan kepada kita agungnya kedudukan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di sisi Allah. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada kita tentang keutamaan para Nabi sebelum beliau, shallallahu ‘alaihim ajma’in.” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 164)

Baca Juga; Bagaimankah Al-Qur'an Turun kepada Nabi Muhammag?

Keistiwaan kedua, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada seluruh umat manusia dan bangsa jin sekaligus

Sesungguhnya risalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu bersifat umum, ini termasuk salah satu keistimewaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Risalah yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu memiliki dua keumuman:

Pertama, umum ditinjau dari kepada siapa risalah tersebut ditujukan. Risalah beliau mencakup seluruh manusia dan jin, tidak ada satu pun pengecualian.

Kedua, umum ditinjau dari kandungan risalah yang dibawa, karena mencakup semua yang dibutuhkan oleh umatnya, baik dari sisi pokok (ushul) maupun cabang (furu’) dalam agama.Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’: 28)

Qatadah rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala mengutus Muhammad kepada bangsa Arab dan bangsa non-Arab. Yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling taat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Tafsir Ath-Thabari, 20: 405

Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala mengatakan, ‘Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad hanya kepada orang-orang musyrik dari kaummu saja. Akan tetapi, Kami mengutusmu kepada umat manusia seluruhnya, baik bangsa Arab ataupun bangsa non-Arab, sebagai pembawa berita bagi siapa saja yang taat kepadamu, dan sebagai pemberi peringatan bagi siapa saja yang mendustakanmu. Akan tetapi, kebanyakan manusia tiada mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala mengutusmu kepada seluruh umat manusia.’” (Tafsir Ath-Thabari, 20: 405)

Allah Ta'ala berfirman

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً

Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.’” (QS. Al-A’raf: 158)

Baca Juga; Ciri Khas Umat Muhammad pada Hari Kiamat: Ghurrah dan Tahjiil

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Seruan ini ditujukan kepada bangsa Arab maupun non-Arab, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua’, maksudnya seluruh manusia. Ini merupakan kemuliaan dan keagungan beliau shallallahu ‘laihi wasallam, bahwa beliau adalah penutup para Nabi, dan sesungguhnya beliau diutus kepada seluruh umat manusia.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3: 489)

Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata menegaskan keistimewaan ini, “Dan beliau diutus kepada seluruh jin dan manusia dengan membawa kebenaran dan petunjuk, (dan dengan membawa) cahaya dan penerang.” (Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 39)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu diutus kepada ‘ats-tsaqolain’ (dua golongan, yaitu jin dan manusia, pent.) berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.” (Majmu’ Al-Fataawa, 11: 303)

Adapun para Nabi yang lain; risalah mereka hanya khusus di tujukan kepa kamumnya saja Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ

و“Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (QS. Ibrahim: 4)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah sunnatullah yang berlaku bagi makhluk-Nya, bahwa sesungguhnya Allah tidaklah mengutus seorang Nabi kepada suatu kaum, kecuali dengan bahasa mereka. Maka setiap Na bi hanya khusus menyampaikan risalahnya kepada umatnya saja, tidak kepada selain mereka. Sedangkan Muhammad bin Abdillah memiliki keistimewaan bahwa risalahnya mencakup seluruh umat manusia.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4: 477)

Di antara dalil yang menguatkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً

“Para nabi diutus khusus untuk kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.” (HR. Bukhari no. 335)

Juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi dan Nasrani, mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim no. 153)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga diutus kepada golongan jin. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَراً مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِم مُّنذِرِين

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri pembacaannya, mereka berkata, ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).’ Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.”

قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَاباً أُنزِلَ مِن بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Mereka berkata, “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.”

يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

“Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.”

وَمَن لَّا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِن دُونِهِ أَولِيَاء أُوْلَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahqaf: 29-32)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kaum muslimin bersepakat bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada jin dan manusia. Sesungguhnya wajib atas bangsa jin untuk taat kepada beliau, sebagaimana umat manusia juga wajib taat kepada beliau.” (Thariqul Hijratain, hal. 417)

Baca Juga: Membenci dan Mengolok-olok Syariat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Ketika menjelaskan surah Al-Ahqaf ayat 31, Syekh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata, “Pemahaman langsung (baca: manthuq) dari ayat ini adalah bahwa siapa saja yang menerima seruan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan beriman kepadanya dan beriman kepada ajaran kebenaran yang beliau bawa, maka Allah akan mengampuni dosanya dan melepaskannya dari azab yang pedih. Adapun pemahaman kebalikan (baca: mafhum mukhalafah) dari ayat ini bahwa siapa saja dari bangsa jin yang tidak menerima seruan beliau, tidak beriman kepadanya, maka Allah tidak mengampuninya dan tidak melepaskannya dari azab yang pedih, bahkan Allah akan menazabnya dan memasukkannya ke dalam neraka. Pemahaman ini dijelaskan dengan gamblang di ayat yang lain,

وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan, sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS. Huud: 119)

Dan juga firman Allah Ta’ala,

وَلَكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Akan tetapi, telah tetaplah perkataan dari-Ku, ‘Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama.’” (QS. As-Sajdah: 13) (Adhwaul Bayaan, 7: 226)

[Bersambung Insya Allah]
Baca Juga ; Beografi Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Penjelasan Kasyfus Syubuhat (8): Tugas Nabi Muhammad
***** Dikutip dari Sumber Artikel; muslim.or; https://muslim.or.id/75212-keistimewaan-rasulullah-muhammad-bag-1.html
Catatan kaki;
Disarikan dari kitab Al-Mabaahits Al-‘Aqdiyyah Al-Muta’alliqah bil Imaan bir Rusul karya Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najar, hal. 55-59.
Sampaikanlah Walau Satu Ayat, Ilmu Salaf, Ayat Alquran Tentang Istri, Lauful Mahfuz, Sholat Tasbih Sesuai Sunnah
Penulis Salinan; Rachmat.M.Ma
Tags: KEISTIMEWAAN NABI MUHAMMADKEITIMEWAAN RASULULLAHKEMULIAAN NABI MUHAMMADKEUTAMAAN NABI MUHAMMADKEUTAMAAN RASULULLAHMENGENAL NABI MUHAMMADMENGENAL RASULULLAHNASIHATNASIHAT ISLAMSEJARAH NABI MUHAMMAD

Psstt, ... Ingin bisa baca Qur'an hanya dalam tiga (3) hari? Klik di sini untuk solusinya!

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Risalah dari Yaman, Mungkin Ini Lebih Baik

Written By Rachmat.M.Flimban on 13 November 2018 | 11/13/2018 08:32:00 PM


Kisah Dari Yaman, Mungkin Ini Lebih Baik

Oleh Ustadz Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai




Pertengahan awal bulan Agustus 2007.

Satu rombongan kecil,hanya satu mobil,bergerak menjauh meninggalkan sebuah hotel di Shan’a,ibukota Yaman. Tujuan mereka adalah bandara internasional Yaman.Sebab,ada empat orang yang akan terbang menuju Indonesia,kampung halaman masing-masing. Setibanya di bandara,setelah urus sana urus sini,ternyata rombongan kecil tersebut tidak memperoleh ijin untuk masuk bandara.Karena,satu dan lain halnya,tentunya.

Sungguh kecewa berpadu dengan kesedihan. Ingin rasanya hari itu juga terbang dan tiba di Indonesia namun pesawat yang akan kami naiki justru telah terbang menembus awan-awan tipis di Shan’a. Seorang kawan dari Yaman yang turut menemani, kemudian berusaha meneduhkan hati,”Bersabarlah.Mungkin,ini lebih baik!”



Lalu sang kawan pun menceritakan sebuah kisah nyata tentang saudaranya. Kejadiannya sama persis dengan kejadian “pahit” yang baru saja kamu alami ; rencana penerbangan yang gagal. Namun,beberapa waktu selanjutnya tersiar berita jika pesawat yang akan saudaranya naiki mengalami kecelakaan.

Allahu Akbar!

Cerita sang kawan dari Yaman tadi lalu seolah menjadi pegangan hidup kala muncul goncangan-goncangan dalam langkah kehidupan.

Mungkin,ini lebih baik!


Pembaca,rahimakallahu…

Inilah kehidupan dunia! Terkadang kenyataan tak seindah angan-angan. Ada sebuah keinginan indah –menurut kita- yang diharap-harap untuk terwujud namun keinginan tersebut juga tak kunjung tiba. Ada juga sesuatu yang coba kita hindari karena buruk –masih menurut kita- malah terjadi. Memang,terkadang kenyataan tak seindah angan-angan. Masihkah Anda mengingat apa yang terjadi dalam peristiwa Hudaibiyah? Kala umat Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah mengadakan perjanjian bersejarah bersama kaum musyrikin Quraisy?

Ada beberapa butir perjanjian –dzahirnya demikian- sangat merugikan kaum muslimin. Sampai-sampai Umar bin Khatab menemui Rasulullah dan menyatakan,”Bukankah Anda adalah nabi Allah? Bukankah kita di atas kebenaran sementara mereka di atas kebatilan? Bukankah yang mati dari kita masuk surga sementara yang mati dari mereka masuk neraka?”

Rasulullah dengan tegas menjawab,

يَا ابْنَ الْخَطَّابِ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِي اللَّهُ أَبَدًا

”Wahai putra Al Khatab,sesungguhnya aku adalah utusan Allah.Dan Allah tidak akan mungkin mensia-siakan aku”[1]

Dan,subhanallah…

Perjanjian Hudaibiyah ternyata menjadi sebuah pendahuluan untuk menatap sebuah kemenangan besar. Perjanjian Hudaibiyah adalah titik kilas balik dari karunia Allah untuk kemudian disempurnakan dengan jatuhnya kota Mekkah ke pangkuan kaum muslimin.

Melalui perjanjian Hudaibiyah,kaum muslimin dapat menyampaikan dakwah dan memperdengarkan Al Qur’an kepada orang-orang kafir. Lalu banyaklah yang kemudian tertarik lalu masuk Islam.

Pembaca,hafidzakallahu…

Justru yang terpenting adalah keyakinan kita,sebagai hamba, jika segala sesuatunya hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Adapun kita sangatlah terbatas kemampuan dan pengetahuannya.Sudut pandang kita dalam menilai sangatlah sempit. Terkadang –dengan sudut pandang kita yang sempit- menilai sesuatu sangat baik dan indah untuk kita.Padahal belum tentu,bukan?

Kadang pula masih dengan sudut pandang sempit kita- menghukumi sesuatu sebagai hal yang buruk dan merugikan.Padahal belum tentu! Sebab,baik dan buruk atau indah dan pahit hanya Allah yang menentukan.

Inilah salah satu pelajaran penting dari kisah penciptaan Adam sebagai khalifah di atas muka bumi. Saat itu Allah menyampaikan kepada para malaikat akan kehendak Nya ; mengangkat seorang khalifah di atas muka bumi.

Para malaikat,dengan segala penghormatan dan pengagungan,menyatakan ;

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau”

Allah menjawab dengan firman Nya:

إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. 2:30)

Pembaca, baarakallahu fiik…

Seharusnya,ayat di atas selalu teringat di saat kita berharap untuk meraih impian atau berharap terhindar dari kepahitan. Ingatlah selalu! Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Yakinlah selalu! Segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Cepat atau lambat hikmah dan rahasia itu akan tersingkap.Sekalipun tidak di dunia fana,tentu di akhirat sana.

Siapa yang tak ingin harta? Tiap-tiap jiwa yang mampu bernafas tentu sangat tertarik dengan harta. Usaha demi usaha lalu dilanjutkan lagi dengan usaha,ternyata harta belum juga diraih. Hidup dalam kefakiran dan kekurangan. Siapa yang tak ingin kaya? Siapa pula yang ingin hidup menderita?

Berbaiklah prasangka dengan kefakiran Anda! Mungkin,itu lebih baik!

Hiburlah hati dengan mendengar sabda Nabi,

اِثْنَتَانِ يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدَمَ المَوْتُ وَالمَوْتُ خَيْرٌ مِنَ الفِتْنَةِ وَيَكْرَهُ قِلَّةَ المَالِ وَقِلَّةُ المَالِ أَقَلُّ لِلْحِسَابِ

“Ada dua hal yang tidak disuka manusia.Kematian,padahal kematian lebih baik daripada ujian akan agama.Kurang harta,padahal sedikit harta akan lebih mempermudah dalam hisab”[2]

Hiburlah hati dengan mendengar firman Allah,

وَلَوْ بَسَطَ اللهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي اْلأَرْضِ وَلَكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّايَشَآءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat (QS. 42:27)

Ya…mungkin,ini lebih baik! Belum tentu jika kita berharta,kita akan mampu menggunakannya di jalan Allah. Barangkali jika berharta,kita justru lupa dan lalai dari Nya.

Pembaca,rahimakallahu…

Demikianlah sikap dan karakter seorang muslim! Menyerahkan dan pasrah dengan sepenuh hati dengan keputusan Allah.Kita hanya berencana dan Allah yang mengatur. Kita ingin ini ingin itu,berharap ini juga berharap itu .Sangat banyak keinginan kita. Kita pun tidak ingin begini tidak ingin begitu,tidak mau ke sana tidak mau ke sini.Banyak hal yang tidak kita inginkan.

Namun,camkanlah dengan kuat ayat Allah berikut ini,

وَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرُُ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. 2:216)

Syaikh As Sa’di menerangkan ayat ini,

“Ayat-ayat ini berlaku secara umum. Perbuatan-perbuatan kebaikan,yang tidak disuka oleh jiwa karena dirasa berat,sesungguhnya adalah kebaikan,tanpa ada keraguan sedikit pun.

Demikian pula,amalan-amalan buruk,walau disenangi oleh jiwa karena ada bayangan semu akan ketenangan dan kelezatan,sesungguhnya adalah kejahatan,tanpa ada sedikit pun keraguan.”

Adapun urusan dunia tidak selamanya demikian. Terkadang, seorang hamba mukmin jika ia menginginkan sesuatu lalu Allah menghadirkan sebuah sebab yang menghalangi dirinya untuk meraih apa yang ia harapkan,justru hal itu lebih baik untuknya.

Semestinya,ia malah bersyukur dan meyakini bahwa keputusan yang terjadi adalah lebih baik. Sebab,hamba mukmin sangat meyakini jika Allah lebih mengasihi dirinya dibandingkan ia terhadap dirinya sendiri.Ia pun yakin jika Allah Maha Tahu dan Maha Mampu untuk memberikan yang terbaik untuknya”[3]

Pembaca,hafidzakallahu…

Jelasnya,tugas hamba adalah berusaha dan berikhtiar. Tidak lupa ia hiasi dengan doa dan permohonan kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Kemudian,apapun keputusan dari Nya,setiap hamba harus berprasangka baik.

Mungkin,ini lebih baik!

Rasulullah bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ

“Semangatlah! Untuk meraih hal-hal bermanfaat bagi dirimu.Mohonlah pertolongan selalu kepada Allah.Jangan merasa lemah![4]

Mudah-mudahan kita selalu berada di dalam lingkaran ridha dan sabar atas ketentuan-ketentuan Allah Ta’ala.Sedih dan kecewa lumrah saja jika muncul karena harapan yang “belum” terwujud.Namun,sedih dan kecewa itu hanyalah sementara.Tidak akan berkepanjangan.

Sebab kita yakin ; mungkin,ini lebih baik!

Wallahu a’lam



Catatan Kaki;

[1] Bukhari (10/210) Muslim (2/141) dari sahabat Sahl bin Hunaif

[2] Hadits Mahmud bin Labid riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani

[3] Tafsir As Sa’di

[4] Hadits Abu Hurairah riwayat Muslim


Dinukil dari; "Salafy.or.id"

Artikel Terkait; " "

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kisah, Mengenal Ikhwalnul Muslimin

Written By Rachmat.M.Flimban on 15 Juli 2017 | 7/15/2017 08:23:00 PM

Mengenal Ikhwalnul Muslimin
dan Sosok Pendirinya
By


Nama Hasan Albanna tidak asing lagi ditelinga para aktivis harakah/pergerakan. Seorang pelopor gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang lahir pada tahun 1904, yang mereka gelari dengan Asy-Syahid, mujaddid/reformis, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab dan gelar-gelar setumpuk lainnya. Namun pernahkah mereka merenungkan sejenak, siapa jati diri sebenarnya sang idola? Apakah pujian dan sanjungan ini hanya dilatar belakangi oleh semangat yang membabi buta sehingga tidak tahu mana yang harus dipuji dan mana yang harus dibenci? Timbangan yang manakah yang mereka pakai untuk mengenal sosok sang pahlawan fanatik golongan ataukah kejahilan?
Dalam kesempatan kali ini, marilah kita bersama-sama menyaksikan sendiri sebagian penyimpangan-penyimpangan Hasan Albanna dengan hati yang lapang dada dan penuh ketulusan serta keikhlasan demi mencari kebenaran.
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur’an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” (QS. Al-An’am : 55)
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:
كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه و سلم عن الخير و كنت أساله عن الشر مخافة أن يدركني
Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah r tentang kebaikan tapi aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan agar jangan sampai menimpaku. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang penyair mengatakan:
عرفت الشر لا للش ر لكن لتوقيه
ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
Aku mengenal kejelekan bukan untuk berbuat kejelekan
Akan tetapi untuk aku menjauhinya
Dan barangsiapa yang tidak mengetahui kejelekan
dari kebaikan maka (kejelekan) itu akan menimpanya
Dan penyair lain mengatakan:
القدح ليس بغيبة في ستة متظلم ومعرف ومحذر
ومجاهر فسقا ومستفت ومن طلب الإعانة على إزالة منكر
Celaan itu bukan termasuk ghibah/mengunjing dalam enam perkara
Orang yang mengadukan kedzaliman, memperkenalkan, memperingatkan[1]
Dan orang yang terang-terangan berbuat kefasikan, orang yang minta fatwa
serta orang yang minta pertolongan untuk menghilangkan kemungkaran
Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata dalam kitab Talbis Iblis hal.209 : Dan kami menyebutkan apa yang sampai kepada kami dari kesalahan mereka (orang-orang sufi-pent). Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kami tidaklah bermaksud menjelaskan kesalahan orang yang menyimpang melainkan untuk mensucikan syariat dan sebagai bentuk kecemburuan terhadap syariat dari virus-virus yang merasuk ke dalamnya. Tidak ada sama sekali dendam pribadi kepada orang tersebut. Sesungguhnya kami melaksanakan ini semua demi menjalankan amanah ilmiah. Senantiasa para ulama menjelaskan kesalahan sebagian yang lain untuk menampakkan yang haq/benar, bukan untuk caci makian. Dan tidak perlu kita menggubris ucapan orang jahil yang mengatakan: Bagaimana dia membantah si fulan yang zuhud lagi mulia? karena tunduk dan patuh itu hanya kepada syariat bukan kepada perorangan. Bisa jadi orang itu termasuk wali-wali Allah dan penghuni surga tapi ini semua tidak mencegah kita untuk menjelaskan penyimpangan-penyimpangannya.
1. Hasan Albanna adalah seorang sufi bukan sunni.
Hasan Albanna berkata tentang dirinya sendiri dalam kitabnya Mudzakkirah Ad-Dakwah Wa ad-da’iyah hal.27 : Aku berteman dengan teman-teman tarekat Hasofiyah di Damanhur dan aku rajin berkumpul di masjid Taubah setiap malam….lalu hadir Sayyid Abdul Wahhab tokoh tarekat Hasofiyah Syadziliyah dan akupun mengambil tarekat Hasofiyah Syadziliyah darinya dan aku diizinkan untuk memegang tugas-tugasnya.
Umar Tilmisani pemimpin ketiga Ikhwanul Muslimin berkata dalam bukunya Dzikkrayaatun laa mudzakkiraathal. 56 : Semenjak muda Hasan Albanna telah berguru kepada syaikh-syaikh tarekat Hasofiyah.[2]
Muhammad Syauki Zaki (pendukung Ikhwanul muslimin) berkata dalam bukunya Al-Ikhwanul Muslimun wal mujtama’ Al-Misri hal.14 : Kemudian berkembanglah pemikiran dalam benak beliau setelah masuk sekolah Mu’allimin di Damanhur dan beliau menisbatkan diri kepada tarekat Hashofiyah. Beliau amat kagum dengan syaikh tarekat dan amat sangat terpengaruh dengan mereka. Beliaupun bersama teman-teman Hashofiyah mendirikan yayasan Hashofiyah Khairiyah dan beliau menjabat sebagai sekretarisnya.
Jabir Rizqi menukil ucapan Abdurrahman Albanna –saudara kandung Hasan Albanna– dalam kitabnya Hasan Albanna bi aqlaami talaamidzatihi wa mu’aashirihi hal.70-71 : Setelah shalat Isya’ saudaraku (Hasan Albanna) duduk bersama dengan jama’ah dzikir tarekat Hashofiyah.
Diantara yang menunjukkan akan kesufiannya adalah pujiannya terhadap kitab Ihya’ ulumuddin oleh Abu Hamid Al-Ghazali rahimahullahu yang merupakan kitab sufi/tasawwuf. Berkata Mahmud Abdul Halim -seorang tokoh Ikhwanul muslimun- dalam kitabnya Ikhwanul muslimun ahdaatsun shana’at at-taarikh hal.61 : Dahulu ustadz al-mursyid (Hasan Albanna) berpendapat bahwa kitab (Ihya’ ulumuddin) adalah kitab ensiklopedi Islam yang termulia dan di antara cita-cita beliau adalah mengajarkan kitab tersebut.”
*Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata dalam Talbis Iblis hal.205 : Lalu datanglah Abu Hamid Al-Ghazali dan dia mengarang untuk mereka (orang-orang sufi) kitab Ihya’ ulumuddin[3] dengan metode sufi. Dia penuhi buku tersebut dengan hadits-hadits batil sedang dia tidak mengerti akan kebatilannya. Dan dia berbicara tentang ilmu kasyf (penyingkapan) hingga beliau keluar dari batasan syariat.
Beliau juga berkata tentang orang-orang sufi dalam Talbis Iblis hal.203 : Mereka berada diantara kekufuran dan kebid’ahan, kemudian terpecahlah mereka menjadi tarekat-tarekat hingga rusaklah aqidah mereka.
2. Hasan Albanna seorang mufawwidhah [4] dan berdusta atas nama salaf
Hasan Albanna berkata dalam kitabnya Al-‘Aqaaid hal.66 : Adapun salaf ridhwanullahi ‘alaihim berkata : Kita beriman dengan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat seperti apa adanya dan kita menyerahkan maknanya kepada Allah tabaaraka wa ta’ala. Mereka menetapkan tangan, mata, istiwa’/bersemayam, tertawa dan ta’ajub…Semua itu kita tidak mengetahui maknanya dan kita serahkan maknanya kepada Allah.
Dia juga berkata pada hal. 70 : Aku telah menjelaskan kepada anda bahwa salaf ridhwanullahi ‘alaihim beriman dengan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat Allah seperti apa adanya dan mereka menyerahkan maknanya kepada Allah tabaaraka wa ta’ala dengan meyakini ketidak adanya serupaan dengan makhluk-Nya.
Dia juga berkata pada hal.76 : Kita yakini bahwa pendapat salaf yang diam dan menyerahkan makna ayat-ayat dan hadits-hadits sifat kepada Allah adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti (Aula bil ittiba’).
* Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata dalam Al-Fatawa Al-Hamawiyah Al-kubro hal.282-289 : Adapun kelompok yang menyelisihi jalan salaf (dalam masalah asma’ dan sifat-pent) ada tiga : ahli takhyiil, ahli takwil dan ahli tajhil.
.Ahli takhyiil adalah orang-orang filsafat dan yang mengikuti jejak mereka dari kalangan ahli kalam dan orang-orang tasawwuf/sufi.
.Ahli takwil adalah orang-orang yang mengatakan bahwa nash-nash yang berkaitan dengan sifat Allah tidak seperti yang dimaksudkan oleh rasul (secara dzohir) untuk manusia meyakini kebatilannya. Akan tetapi beliau menginginkan maksud yang lain namun tidak beliau jelaskan apa maknanya. Beliau menginginkan agar mereka sendirilah yang menjelaskan maknanya sesuai dengan akal-akal mereka.
.Ahli tajhil adalah orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai pengikut sunnah dan salaf. Mereka berkata bahwa Rasul r tidak mengetahui makna apa yang Allah turunkan dari ayat-ayat sifat….makna hadits-hadist sifat tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.[5]
Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullahu berkata dalam Syarah Aqidah Thahawiyah hal.802 : Adapun ahli tajhil dan tadhlil (mufawwidhah), pada hakikatnya mereka mengatakan bahwa para Nabi dan pengikutnya adalah orang-orang bodoh dan sesat. Mereka tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh Allah tentang apa yang Dia sifatkan diri-Nya dengan sifat tersebut melalui ayat-ayat dan ucapan para nabi, Ahli tajhil mengatakan : Mungkin nash tersebut memiliki makna yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Jibril tidak mengetahuinya, demikian pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para nabi-nabi yang lain terlebih lagi para sahabat dan tabi’in serta yang mengikuti mereka dengan baik. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membaca firman Allah :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy.” (QS. Thaha : 5)
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ
“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik.” (QS. Fathir : 10)
مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.”(QS. Shaad : 75)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui makna ayat-ayat tersebut, Makna ayat-ayat tersebut tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah ta’ala. Mereka mengira ini adalah jalan salaf [6]“.
Aqidah salaf hanya menyerahkan hakekat sifat Allah bukan maknanya, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik rahimahullahu : Bersemayamnya Allah itu sudah diketahui (maknanya), tapi kaifiyahnya (hakikatnya) tidak diketahui. Beriman dengan sifat tersebut adalah wajib, adapun menanyakan bagaimananya (hakikat) sifat tersebut ini adalah bid’ah.[7]
3. Hasan Albanna mengkaburkan hakikat wala’ (cinta) dan bara’ (benci)
Hasan Albanna mengatakan dalam kitab Mawaaqif fid dakwah wat tarbiyah hal.120 oleh Abbas As-Siisy : Sudah dimaklumi oleh Jama’ah Ikhwanul muslimin bahwa mereka menyeru dan berdakwah untuk berhukum kepada Al-Qur’an Al- karim. Dan hal ini membuat ketakutan serta keraguan pada diri saudara-saudara kita orang-orang Nashara.
Dia juga berkata dalam kitab Al-Ikhwanul muslimun ahdaatsun shanaat at-taarikh hal.409 : Saya menyatakan bahwa sesungguhnya permusuhan kita dengan orang-orang Yahudi bukanlah karena agama. Sebab Al-Qur’an menganjurkan untuk bersatu dan bersahabat dengan mereka. Agama Islam adalah agama insani/kemanusiaan sebelum menjadi agama qaumi (kaum/kelompok). Allah telah memuji mereka dan menjadikan antara kita dan mereka kesepakatan.
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka.” (QS. Al-Ankabut : 46)
Ketika Al-Qur’an berbicara tentang orang-orang Yahudi, Al-Qur’an hanya berbicara dari sisi ekonomi dan undang-undang. Allah ta’ala berfirman dan Dialah yang paling benar ucapan-Nya :
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا(160)وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil.” (QS. An-Nisa’ : 160-161)
Kita sangat menentang pengungsian Yahudi (ke Palestina) karena hal tersebut berbahaya bagi perpolitikan dan perekonomian. Kita hanya menginginkan Palestina menjadi hak orang Arab.Dan ucapan saya yang terakhir dari sisi agama, bahwasanya orang-orang yahudi berkata tentang Palestina bahwa itu adalah tanah yang dijanjikan. Menurut kita tidak ada larangan kalau orang-orang Yahudi akan bersama kita pada hari kiamat kelak.
* Subhanallahu, ucapan Hasan Al-Banna ini serupa dengan ucapan orang-orang liberal yang sesat bahkan kufur. Ucapan ini sangat menyimpang dengan apa yang telah Allah firmankan :
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ(35)مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (QS. Al-Qalam : 35-36).
Inikah sosok sang pahlawan Asy-Syahid, tokoh aktivis gerakan? Mungkin kalau bukan Hasan Albanna yang mengatakan seperti ini, mereka (para aktivis harokah) akan mengelarinya sebagai antek-antek Yahudi.
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.”(QS. Al-Maidah : 8).
Tidakkah Hasan Albanna memahami firman Allah ta’ala?
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”(QS. Al-Baqarah : 120)
dan firman-Nya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 51)
Dan firman-Nya :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila`nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Maidah : 64)
Dan firman-Nya :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah : 30)
Dan firman-Nya :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab (Yahudi dan Nashara) dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah : 6)
4. Hasan Albanna menyamakan antara Ahlussunnah dan Syiah
Hasan Albanna berkata dalam kitab Dzikkrayaatun laa mudzakkiraat hal.250 : “Ketahuilah bahwa ahlussunnah dan syiah adalah kaum muslimin yang dipersatukan oleh kalimat laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan rasulullah yang merupakan prinsip aqidah. Syiah dan sunnah sama dan serupa di dalamnya. Adapun perselisihan antara mereka hanyalah dalam perkara-perkara yang mungkin bisa didekatkan…Syiah terpecah menjadi kelompok-kelompok seperti terpecahnya empat madzhab dalam tubuh ahlussunnah[8]. Syiah Imamiyah misalnya berkata bahwasannya kepemimpinan adalah pokok yang wajib dalam Islam dan harus diwujudkan. Mereka tidak berperang melainkan bersama imam/pemimpin Al-Muntazhar (yang ditunggu), karena imam adalah penjaga syariat dan ucapan imam adalah hakim atas hukum-hukum syariat serta mentaati imam adalah wajib secara mutlak. Dan masih ada perbedaan yang lain yang masih bisa dihilangkan seperti masalah nikah mut’ah, banyaknya istri bagi seorang muslim. Yang demikian ini ada pada sebagian kelompok mereka dan masalah-masalah lain yang tidak harus kita jadikan sebagai pemutus tali persaudaraan antara ahli sunnah dan syiah. Sungguh kedua kelompok ini sudah menyatu sejak ratusan tahun yang lalu dan para Imam-imam (syiah) telah banyak mengarang kitab Islami yang memenuhi perpustakaan-perpustakaan.
Umar Tilmisani mengatakan dalam kitab tersebut hal.249 : Dahulu Imam Asy-Syahid ridhwanullahi ‘alaihim sangat antusias sekali untuk menyerukan persatuan Islam dan senantiasa Ikhwanul muslimun akan menyerukan hal tersebut meski menghadapi tantangan dalam mewujudkan tujuan yang mulia ini karena kaum muslimin adalah umat yang satu seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an :
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu.” (QS. Al-Anbiya’ : 92)
Sekitar tahun 40-an, aku masih ingat bahwa Sayyid Al-Qummi –tokoh Syiah- pernah bertamu di markas besar Ikhwanul muslimin dan saat itu Imam Asy-Syahid sedang gigih untuk menyatukan berbagai kelompok agar musuh-musuh Islam tidak menjadikan perpecahan ini sebagai senjata untuk memecah belah umat Islam.
* Lihatlah wahai saudaraku akan agama Syiah yang sebenarnya sehingga akan jelas bagi kita mana kawan mana lawan. Dan pasti kita akan dapatkan kebatilan, kejahilan serta kedustaan dalam ucapan pendiri Ikhwanul Muslimin ini.
Al-Kulaini (ahli hadats Syiah) berkata dalam kitabnya Al-Kafi 8/245 : Semua orang (sahabat) sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam murtad kecuali tiga saja Miqdad bin Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari dan Salman Al-Farisi.
Dia juga berkata dalam Al-Kafi 1/186 : Kami memiliki mushaf Fatimah alaihas salam…mushaf tersebut tiga kalinya Al-Qur’an kalian. Demi Allah tidak ada satu huruf pun disana yang sama dengan Al-Qur’an.
Khumaini (dedengkot Syiah Iran) berkata dalam kitabnya Kasyful Asyrar hal. 49 : Sebagian orang berkata : Sesungguhnya meminta sesuatu kepada orang yang telah mati itu syirik, karena Rasul atau imam setelah meninggal seperti benda mati tidak bisa mendatangkan manfaat maupun madhorot. Untuk membantah persepsi ini kita mengatakan : Itu bukan syirik, mereka tidak memberikan penjelasan tentang arti syirik dan kufur hingga kita bisa menghukuminya syirik.
* Syaikh Ihsan Ilahi Dzahir rahimahullahu berkata dalam kitabnya Asy-Syi’ah was sunnah hal.72 : ” Apa yang akan dikatakan para dai yang mengingingkan persatuan dengan syiah di negeri sunnah? Apa yang bisa dikatakan oleh mereka yang ingin menyatukan semuanya? Bagaimana kita bisa bersatu dengan orang-orang yang mencaci maki Umar dan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah orang itu ingin untuk kita meninggalkan aqidah kita dan menutup mata dari celaan-celaan serta caci makian Syiah terhadap para sahabat?”
Syaikh Muhammad Maalallahu rahimahullahu berkata dalam kitabnya Mauqif Asy-Syi’ah min ahli sunnah hal.8: Diatas apakah persatuan ini? Apakah syiah benar-benar menginginkan persatuan ataukah hanya sekedar propaganda belaka? Diatas pondasi apakah persatuan ini akan dibangun?Apakah diatas pensifatan terhadap Allah dengan kebodohan dan kelupaan? Apakah diatas keyakinan bahwa Al-Qur’an itu telah diselewengkan dan dikurangi? Apakah diatas celaan dan laknat terhadap para sahabat dan para salaful ummah? Perselisihan antara ahlu sunnah dan syiah adalah perselisihan aqidah bukan masalah fiqih.
Imam Syafi’i rahimahullahu berkata : Aku tidak pernah melihat ahli bid’ah yang paling berdusta dari pada Syiah/rafidhah.[9]
Muhammad bin Yusuf rahimahullahu berkata : Aku tidak melihat Syiah/rafidhah dan Jahmiyah melainkan zindiq/munafik.[10]
Ad-Dauri rahimahullahu berkata : Aku tidak mau memakan sesembelihan orang syiah/rafidhah karena menurutku mereka itu murtad.[11]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata : Orang-orang syiah rafidhah adalah ahli bid’ah yang paling bodoh dan dzalim. Mereka memusuhi para wali-wali Allah -setelah para nabi- dari kalangan Muhajirin dan anshar yang mengikuti mereka dengan baik –Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya-. Tapi orang-orang syiah mereka cinta kepada orang-orang kafir dan munafik dari orang-orang yahudi, nashrani, orang-orang musyrikin, mulhidin/atheis seperti Nusairiyah, Ismailiyah dan orang-orang sesat lainnya. Anda akan mendapati mereka atau kebanyakan dari mereka jika berselisih antara orang muslim dan orang kafir tentang Allah atau ajaran para nabi atau perselisihan dalam ucapan dan perbuatan. Atau seperti perang antara orang muslim dan ahli kitab serta orang-orang musyrikin, maka anda akan mendapati orang-orang syiah tersebut membantu orang-orang musyrik dan ahli kitab melawan kaum muslimin. Sebagaimana yang terjadi berulang kali, mereka membantu orang-orang musyrikin dan selain mereka terhadap kaum muslimin di Khurasan, Irak, Jazirah dan selainnya. Dan mereka juga pernah membantu orang-orang Nashara melawan kaum muslimin di Syam, Mesir dan selainnya.[12]
5. Hasan Albanna pengkeramat kuburan
Hasan Albanna menceritakan sendiri akan hakikat dirinya ini dalam kitabnya Mudzakkiraat hal.28-29 : Dahulu kami setiap hari jum’at di Damanhur selalu mengusulkan untuk wisata religi di salah satu makam para wali di Damanhur. Terkadang kami berziarah ke kuburan Dasuqi, kami berjalan kaki setelah shalat subuh dan sampai disana sekitar pukul 08.00. Perjalanan tersebut memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan jarak sekitar 20 km. Kita berziarah dan melaksanakan shalat jum’at lalu istirahat…Dan terkadang kami mengunjungi Azbah An-Nawwam yang disana terdapat kuburan Syaikh Sayyid Sanjar salah satu tokoh Tarekat Hashofiyah yang terkenal akan kebaikan dan ketakwaannya…”
Sebenarnya masih banyak penyimpangan-penyimpangan Hasan Albanna dari jalan salaf[13]. Tapi kami rasa apa yang telah disebutkan diatas sudah cukup menggugah mata hati yang masih bisa melihat kebenaran tentang siapa Ikhwanul Muslminin dan pendirinya yang sebenarnya.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaaf : 37)
قد تنكر العين ضوء الشمس من رمد وينكر الفم طعم الماء من سقم
Terkadang mata ini tidak bisa melihat cahaya matahari dikarenakan sakit (mata) Dan terkadang mulut ini tidak bisa merasakan (manisnya) air karena sakit
الحق شمس والعيون نواظر لكنها تخفى على العميان
Kebenaran bak matahari dan mata-mata ini melihatnya
Akan tetapi matahari tersembunyi bagi orang yang buta

Bookmark;
[1] Memperingatkan manusia dari bahaya dan racun ahli bid’ah atau kelompok sesat seperti Ikhwanul Muslimin.
[2] Tapi Umar Tilmisani salah dalam mengartikan sufiyah. Dia mengatakan : “Sesungguhnya sufiyah menurutku merupakan setinggi-tingginya tingkatan iman…..”. Bagaimana mungkin sufiyah merupakan tingakatan iman tertinggi sedangkan sufiyah tidak pernah dikenal oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat? Tidakkah Umar Tilmisani memahami akan hadits Jibril tentang Iman dan Ihsan?
[3] Untuk mengetahui lebih terperinci ucapan para ulama tentang bahaya kitab Ihya’ ulumuddin silahkan baca Al-Qaulul mubin fit tahdzir min kitab ihya’ ulumuddin oleh Syaikh Abdul Latif bin Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh dan Ihya’ ulumuddin fii mizanil ulama wal muarrikhin oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halaby.
[3] Mufawwidhah adalah orang yang menyerahkan makna ayat-ayat maupun hadits-hadits yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah kepada Allah ta’ala.
[5] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menganggap tafwidh termasuk sejelek-jeleknya ucapan ahli bid’ah.
[6] Seolah-olah ucapan beliau ini ditujukan kepada Hasan Albanna yang mengaku-ngaku sebagai pengikut salaf.
[7] Lihat Aqidah salaf ashabil hadits hal.40 point 24 oleh Syaikhul Islam Imam Abu Utsman Ash-Shabuni rahimahullahu.
[8] Ini ucapan yang jauh dari fakta.
[9] Lihat Syarhu ushul I’tiqad ahli sunnah no.2811 oleh Al-Lalikai.
[10] Idem 2812
[11] Idem 2817.
[12] Minhajus sunnah 1/5. Oleh karena itu wahai kaum muslimin, janganlah anda tertipu oleh slogan-slogan maupun propaganda bahwasanya orang-orang syiah juga berjihad melawan orang-orang kafir dari pasukan sekutu dan lainnya atau tertipu dengan sandiwara orang-orang syiah di Iran dengan orang-orang yahudi Amerika. Mereka semuanya sama, seperti yang dikatakan oleh orang Arab جد الكلاب واحد “Nenek moyang anjing itu satu” dan seperti yang dikatakan oleh para ulama bahwa الكفر ملة واحدة “Kekafiran itu agama yang satu”. Terlebih lagi telah diketahui bersama bahwa pelopor syiah adalah seorang yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’.
[13] Lebih jelasnya lihat Al-Maurid Al-‘Adzbu Az-Zulal oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, , Al-Ajwibah Al-Mufiidah oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dan makalah Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis di http://www.aleqtisadiah.com.
Dinukil dari Abunamira.wordpress.com


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Mutiara Kisah, Dajjal Malapetaka Akhir Zaman

Written By Rachmat.M.Flimban on 19 Mei 2017 | 5/19/2017 01:25:00 PM


Dajjal Malapetaka Akhir Zaman
Mutiara Kisah
By, Ustadz Ubu Faiz al-Atsari خفظه الله

Kisah ini merupakan sebagian gambaran kehidupan akhir zaman, yang bersumber dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم, sehingga tidak diragukan lagi kebenarannya dan pasti akan terjadi, maka mengimaninya adalah suatu kewajiban mutlak bagi setiap mukmin yang bersaksi bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah hamba dan utusan Alloh سبحانه و تعالى. Orang-orang yang cerdik dan pandai, akan selalu mengambil pelajaran dari semua hal ini. Kisah ini mengandung beberapa faidah berharga, di antaranya:
1. Kisah ini menunjukkan keutamaan kota Damaskus yang mana Nabiyulloh Isa عليه السلام akan turun di tempat tersebut. Berkata al-Imam Nawawi رحمه الله: "Dan menara putih itu sekarang sudah ada yaitu di sebelah timur kota Damaskus." (Lihat Tuhfatul Ahwadzi 6/414)
2. Dajjal adalah salah satu dari makhluk ciptaan Alloh عزّوجلّ yang akan muncul di akhir zaman sebagai pertanda dekatnya kiamat. Adapun sebagian sifat Dajjal, telah disebutkan Nabi صلى الله عليه وسلم dalam sebuah hadits:
أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الدَّجَّالِ فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ ، أَلاَ وَإِنَّ أَعْوَرُ عَيْنُهُ الْيُمْنَى، كَأَنَّهَا عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ
Bahwasannya beliau صلى الله عليه وسلم ditanya tentang Dajjal, maka beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: "Ketahuilah bahwa Robb kalian tidaklah juling, dan ketahuilah bahwa Dajjal juling matanya yang sebelah kanan, seolah-olah biji matanya seperti anggur yang menonjol." (HR. at- Tirmidzi 2342)
3. Menunjukkan keutamaan Surat al-Kahfi, yang dapat menjadi benteng dari fitnah Dajjal berdasarkan Nash dari Nabi صلى الله عليه وسلم. Berkata at-Tiibi رحمه الله: "Membaca permulaan surat al-Kahfi merupakan jaminan keamanan dari fitnah Dajjal." (Lihat Tuhfatul Ahwadzi 6/419)
4. Kiamat tidak akan tegak kecuali pada sejelek-jelek manusia, yaitu tatkala semua manusia yang memiliki keimanan telah di wafatkan oleh Alloh سبحانه و تعالى dengan dihembuskannya angin yang sangat lembut, sehingga hanya tersisa orang-orang Musyrik Kafir yang sangat buruk keadaannya, hingga dikisahkan bahwa mereka berani terang-terangan mengumpuli istri-istri mereka di tempat umum layaknya khimar tanpa rasa malu sedikitpun. Na'udzu billah.
Hal ini secara jelas disebutkan dalam hadits Abu Mas'ud رضي الله عنه beliau mengatakan:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ
“Tidaklah akan tegak hari kiamat kecuali atas sejelek-jelek manusia.” (HR. Muslim 2949)
Dan dalam hadits Anas رضي الله عنه, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالَ فِى الأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ
“Tidaklah akan tegak hari kiamat, sampai sudah tidak diucapkan lagi kalimat Alloh, Alloh di muka bumi ini.” (HR. Muslim 148 dan at-Tirmidzi 2207)
5. Kebenaran dan orang-orang yang membawanya akan senantiasa ada sampai Alloh mewafatkan mereka semua kelak di akhir zaman, dengan dihembuskannya angin yang sangat lembut yang dengannya Alloh عزّوجلّ mewafatkan semua manusia yang masih memiliki keimanan di dada-dada mereka. Dalam sebuah hadits, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرِيْنَ عَلَى اْلحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ وَلاَ مَنْ خَذَلَـهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ عَلَى كَذَلِكَ
“Akan senantiasa ada suatu kaum dari umatku yang menang di atas kebenaran, tidak ada yang me- madhorotkan mereka orang yang menyelisihi mereka, tidak pula ada yang merendahkan mereka sampai datang perkara Alloh sedang mereka tetap di atasnya" (HR. Bukhori- Muslim)
6. Kisah di atas menunjukkan kasih sayang dan kelembutan Rosululloh صلى الله عليه وسلم kepada kaum muslimin, dimana beliau selalu berwasiat dan memberikan peringatan kepada umatnya, agar tetap kokoh di atas aqidah yang benar sekalipun fitnah yang begitu besar tengah melanda dan menyerang keimanan mereka. Seandainya fitnah itu datang ketika Rosululloh صلى الله عليه وسلم berada di tengah-tengah mereka, maka beliaulah yang akan menghadapinya, Namun beliau adalah manusia seperti yang lain, yang akan mengalami kematian. Karena itulah, setiap orang wajib menjaga dirinya sendiri, dan Alloh akan menjadi penolong bagi setiap muslim.
7. Apabila penduduk bumi mau beriman dan kembali kepada ajaran al-Qur'an yang sesungguhnya, maka dengan izin Alloh bumi tempat tinggal kita akan mengeluarkan keberkahannya dan akan dibukakan pula keberkahan dari langit, karena segala sesuatu yang ada di dunia ini disediakan untuk hamba Alloh dalam rangka beribadah kepada-Nya semata.
Alloh سبحانه و تعالى berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (QS al-A'rof [7]: 96)
Inilah beberapa faidah yang terdapat dalam kisah ini. Kita berlindung kepada Alloh dari buruknya fitnah Dajjal dan semoga Alloh memantapkan kita di jalan yang lurus ini.
Wallohul a'lam wa Huwal Muwaffiq.[]
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger