Latest Post
Tampilkan postingan dengan label sholat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sholat. Tampilkan semua postingan

Do'a dan Dzikir, Meminta Ampun dan Taubat

Written By Rachmat.M.Flimban on 02 April 2018 | 4/02/2018 06:47:00 PM

Meminta Ampun dan Taubat

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ

Ya Rabbi! Ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang



إِنْ كُنَّا لَـنُعَدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةُ مَرَّةٍ: رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ

Sungguh, kami menghitung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majlis mengucapkan (doa) berikut sebanyak 100 kali: Ya Rabbi! Ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu)

Dalam at-Tirmidzi ada tambahan: … dalam suatu majlis sebelum Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit. Dan dalam al-Adabul Mufrad juga dalam riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan itu setelah shalat Dhuha. Lafazh Ahmad dan at-Tirmidzi dengan lafazh أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ; sedangkan dalam riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Sunni: أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ.

Mutiara Hadits

  • Betapa besar sifat tawadhu’ dan tunduk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Rabbnya. Padahai Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapat ampunan dari Allah Azza wa Jalla. Para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak istighfar sebagai bentuk ‘ubudiyyah kepada Allah Azza wa Jalla; dan bentuk pengakuan betapa lemahnya makhluk dalam menunaikan hak Allah Azza wa Jalla. Jika para Nabi seperti itu, lalu bagaimana dengan selain Nabi yang tidak mempunyai jaminan ampunan?
  • Para Sahabat punya antusias untuk mengetahui bagaimana perilaku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meneladaninya. Maka sangat perlu sekali bagi umat ini untuk memperhatikannya agar bisa meneladani Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Keutamaan istighfar dan mengulang-ulangnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda:
  • يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ، فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ

    Wahai manusia! Bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah setiap hari 100 kali.” (HR. Muslim)

  • Sudah selayaknya bagi masing-masing kita untuk memperbanyak istighfar dan taubat. Telah banyak dosa dibuat, kerusakan di darat dan lautan pun telah menyeruak. Janganlah terpedaya dengan amalan shalih yang dilakukan. Jangan sampai itu membuat kita memupuk rasa ‘ujub. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dari sikap ‘ujub:
  • لَوْ لَـمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ: العُجْبُ

    Seandainya kalian tidak berdosa, aku mengkhawatirkan atas kalian apa yang lebih parah dari hal tersebut, yaitu sikap ‘ujub. (Lihat ash-Shahihah, no. 658)

  • Di antara adab berdoa adalah agar menutup doa dengan menyebut nama Allah Azza wa Jalla yang sesuai dengan doanya. Misalnya bila meminta ampun dan rahmat, ia menyebut: Innaka anta Ghafur Rahim (Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang).

(Mir’atul Mafatih 8/57, Syarh Shahih Al-Adab Al-Mufrad 2/269, Bahjat An-Nazhirin 3/335, Fadhlullah Ash-Shamad 2/79)

Disalin dari Majalah as-Sunnah Ed. 12 Th. XIX_1437H/2016M, hal.1.

Sumber Artikel; Doandzikir.wordpress.com


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Doa Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya

Written By Rachmat.M.Flimban on 09 Maret 2018 | 3/09/2018 10:48:00 AM

Doa Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya




Allah Azza wa Jalla berfirman,

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ. وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut” Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Anfal/8: 9-10).

Firman Allah Azza wa Jalla,

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ. بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ. وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ.

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langity ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itujuga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melain-kan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali Imran/3: 123-126).

Dan firman Allah Azza wa Jalla,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ. فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ.

“(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Ali Imran/3: 173-174).


Do’a-do’a yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan dan dapat disaksikan terkabulnya dengan nyata bagaikan matahari di siang hari banyak sekali tidak terhitung banyaknya, akan tetapi sebagai contoh adalah sebagai berikut…..:

Kemudian Syaikh menyebutkan contoh-contoh do’a tersebut yang insya Allah akan kita posting secara berseri pada blog kita ini….[]

Disalin dari Kitab Agar Doa Dikabulkan Karya Syaikh Said bin Ali Wahf al-Qahthani pada Pasal V: Perhatian para Rasul terhadap do’a dan Allah Memperkenankan do’a mereka, hal. 91-92, Penerbit Darul Haq-Jakarta.

Sumber :DoanDzikir.wordpress.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Doa Saat Khawatir Hal Buruk Menimpa

Doa Saat Khawatir Hal Buruk Menimpa

Majalah as-Sunnah Ed. 4 Th. XXI_1438H/2017M, hal.1.


حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا

Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Hanya kepada Allah kami bertawakkal

Ucapan hasbalah yaitu Hasbunallah; adalah dzikir agung yang mengandung makna tawakkal kepada Allah, bersandar kepada-Nya, dan meminta pertolongan, bantuan dan taufik dari-Nya. Secara umum, kalimat ini diucapkan dalam dua kondisi:

Saat memohon suatu kemanfaatan, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla dalam Surat at-Taubah ayat 59;

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ سَيُؤْتِينَا اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللّهِ رَاغِبُونَ

Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah” (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). (QS. At-Taubah/9:59)

Saat menolak bahaya; seperti dalam Surat Ali Imran ayat 173-174;[1]

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ. فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللّهِ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ

(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (QS. Ali lmran/3:173-174)

Dan dalam Shahih al-Bukhari dinyatakan bahwa kalimat ini diucapkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ketika dilemparkan ke dalam api yang berkobar-kobar; dan diucapkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saat diancam dengan pasukan musuh yang hebat (yaitu seusai Perang Uhud di Hamra’ al-Asad, saat ada kabar pasukan musyrikin hendak menggempur Madinah). Dan memang benar, tawakkal kepada Allah adalah di antara sebab terbesar dalam menggapai kebaikan dan menolak keburukan di dunia dan akhirat.

Dan di antara tempat diucapkannya dzikir ini adalah saat merasa khawatir hal buruk terjadi, atau khawatir terjadinya hal yang genting. Ini seperti dalam sebuah hadits: Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدْ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ، فَكَأَنَّ ذَلِكَ ثَقُلَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: لَهُمْ قُولُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا

“Bagaimana mungkin aku merasakan nyaman; sedangkan Peniup sangkakala telah memasukkan (pangkal) sangkakala ke mulutnya; ia mencari-cari dengar turunnya izin (dari Allah) kapankah ia diperintahkan untuk meniup sangkakala sehingga ia akan meniupnya.” Seakan hal itu terasa berat atas diri para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepada mereka: “Ucapkanlah: Hasbunallahu wa Ni’mal Wakil, wa ‘Alallahi Tawakkalna.” (HR. At-Turmudzi)

Dalam Uddatul Hishnil Hashin dan syarahnya Tuhfat Adz-Dzakirin dikatakan: Bila menurut perkiraannya akan turun bencana (bala) atau perkara genting akan menimpa, maka hendaknya ia mengucapkan dzikir tersebut. Bala atau bencana yang dimaksudkan adalah bencana apapun, meskipun kecil. Juga diucapkan kala ada perkara gawat dan genting yang terjadi; yang membuat orang yang mendengarnya menjadi takut dan gemetar; seperti halnya perkara yang diceritakan oleh Rasulullah di atas kepada para sahabat.[2]

Maka, bila ada sesuatu yang terasa berat atas diri seseorang, hendaknya ia mengucapkan doa tersebut. Karena Allah yang akan mencukupi dan menjaga kita dari apa yang akan menimpa. Dialah sebaik-baik tempat bersandar.


لإشارات المرجعية


[1] Dari website Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr http://at-badr.net/muqolat/3206K.

[2] Tuhfat adz-Dzakirin hal 256.

Dinukil dari Sumber doandzikir.wordpress.com


Perum Duta Asri Palem 3


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Shalat Khauf

Written By Rachmat.M.Flimban on 04 Maret 2018 | 3/04/2018 08:05:00 PM

Kategori Alwajiz : Shalat Sunnah

SHALAT KHAUF

Oleh

Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

Sumber Artikel dari AlManjah.or.id


Allah Ta'ala berfirman:

وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِن وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (Sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bershalat, lalu shalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata...” [An-Nisaa': 102].

Tata Caranya

Al-Khaththabi rahimahullah berkata, "Shalat khauf banyak ragamnya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melakukannya pada keadaan dan cara yang berbeda-beda. Masing-masing disesuaikan agar shalat terlaksana lebih baik dan lebih mendukung untuk pengawasan musuh. Sekalipun tata caranya berbeda, namun intinya tetap sama. [1]

  1. Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat khauf satu raka’at bersama salah satu golongan, sementara golongan yang lain menghadap ke musuh. Kemudian golongan pertama berpaling dan menggantikan di tempat kawan-kawan mereka yang lain sambil menghadap ke arah musuh. Setelah itu, datanglah golongan kedua yang lalu shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam satu raka’at. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam salam dan golongan kedua pun meneruskan satu raka’at, begitu juga dengan golongan yang pertama." [2]
  2. Dari Sahl bin Abi Hatsmah Radhiyallahu anhu, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami para Sahabatnya pada waktu shalat khauf. Beliau membariskan mereka di belakangnya menjadi dua shaff. Kemudian beliau shalat satu raka’at bersama shaff yang dekat dengannya (shaff pertama). Setelah itu, beliau berdiri dan terus berdiri hingga para Sahabat di shaff pertama merampungkan satu raka’at (yang tersisa secara sendiri-sendiri). Kemudian para Sahabat di shaff kedua maju, dan golongan yang berada di shaff pertama mundur ke belakang. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami mereka (yang awal mulanya berada di shaff kedua) lalu duduk (dan menunggu) hingga mereka merampungkan satu raka’at (yang tertinggal). Kemudian beliau salam (beserta mereka)." [3]
  3. Dari Jabir bin 'Abdillah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Aku pernah shalat khauf bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau membariskan kami dalam dua shaff. Satu shaff di belakang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sementara musuh berada di antara kami dan kiblat. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir, lalu kami semua bertakbir. Ketika beliau ruku', kami semua pun ruku', kemudian bangkit dari ruku’, kami pun melakukannya besama-sama. Kemudian beliau dan shaff terdepan menyungkur sujud. Sedangkan shaff terakhir tetap berdiri menghadap musuh. Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shaff terdepan selesai sujud lalu berdiri, shaff belakang pun sujud lalu berdiri. Kemudian shaff belakang maju ke depan dan shaff yang di depan mundur. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam ruku', dan kami semua pun ruku'. Dan ketika bangkit dari ruku’, kami pun bangkit bersama-sama. Kemudian beliau dan shaff pertama yang sebelumnya pada raka’at pertama berada di belakang, menyungkur sujud. Sementara shaff kedua berdiri menghadap ke musuh. Saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shaff di belakang beliau selesai sujud, shaff belakang pun menyungkur sujud. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam salam, dan kemudian kami pun salam bersama-sama."[4]

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]


Footnote


[1]. Syarh Shahiih Muslim oleh an-Nawawi (VI/126).

[2]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/573 no. 839)], ini adalah lafazhnya, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/429 no. 942), Sunan Abu Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/118 no. 1230), Sunan at-Tirmidzi (II/39 no. 561), dan Sunan an-Nasa-i (III/171).

[3]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/575 no. 841)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (VII/422 no. 4131), dengan lafazh yang mirip. Sunan an-Nasa-i (III/170), dan Sunan at-Tirmidzi (II/40 no. 562).

[4]. Shahih: [Lafazh Shahiih Muslim], Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 1456), Shahiih Muslim (I/574 no. 840), dan Sunan an-Nasa-i (III/175).


Sumber Artikel dari AlManjah.or.id


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Perhatikam Dalam Adab Berdo'a

Written By Rachmat.M.Flimban on 01 Maret 2018 | 3/01/2018 07:35:00 PM

HAKIKAT DO'A

MEMAHAMI HAKIKAT DO'A

Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr حفظه الله

Diringkas, diterjemahkan secara bebas dan

diberi judul serta point-point yang sesuai oleh

Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali AM حفظه الله dari

risalah Syaikh Abdurrozaq al-Abbad al-Badr حفظه الله

berjudul Kalimah fi Fiqh ad-Du'a Cet. Pertama Thn. 1431 H

Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10 Th. ke-11_1433 H_2012 M

eBook Ibnumajjah


Yang Harus di Perhatikan Dalam Adab Berdo'a

dan

Beberapa Adab Berdo'a

Allah عزّوجلّ berfirman:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ. وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara lembut, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya, berdo'alah dengan rasa takut (tidak diterima) dan berharap (dikabulkannya), sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-A'raf [7]: 55-56)

Do'a adalah salah satu ibadah seperti ibadah lainnya yang mempunyai syarat dan ketentuan adab yang harus diperhatikan, ayat di atas mengumpulkan beberapa adab berdo'a:


Beberapa Adab Berdo'a

  1. Ikhlas dalam berdo'a, tidak memalingkan do'a kepada selain Allah; hal itu lantaran do'a adalah ibadah yang harus murni/ikhlas untuk Allah (lihat QS. al-Bayyinah [98]: 5, az-Zumar [39]: 3, dan lainnya).
  2. Merendahkan diri, dengan memohon terus-menerus, memperbanyak dan mengulang-ulang do'a, dan tidak tergesa-gesa dalam berdo'a karena hal itu sebab tidak dikabulkannya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
  3. يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

    "Akan dikabulkan do'a seseorang dari kalian selagi tidak tergesa-gesa, yaitu jika mengatakan, 'Aku telah berdo'a tetapi belum dikabulkan.'" (HR. Bukhari: 6340 dan Muslim: 2735)

  4. Merendahkan suara saat berdo'a, sekiranya seorang hamba menyampaikan hajatnya ha-nya antara dirinya bersama Allah عزّوجلّ semata. Karena itu, tatkala para sahabat mengeraskan suara mereka berdzikir saat bepergian, maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
  5. أَيُّهَا النَّاسُ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ

    "Wahai sekalian manusia pelankanlah (suara) pada diri-diri kalian! Sesungguhnya kalian tidak menyeru Zat yang tuli lagi gaib, sesungguhnya kalian menyeru Zat yang maha mendengar, maha dekat, dan Dia bersama kalian." (HR. Bukhari: 4205 dan Muslim: 2J04.)

  6. Tidak melampaui batas dalam berdo'a. Melampaui batas dalam berdo'a termasuk sebab ditolaknya do'a, dan di antara bentuk melampaui batas dalam berdo'a;
  7. - Menyekutukan Allah yaitu berdo'a kepada selain Allah عزّوجلّ, dan ini adalah yang paling besar.

    - Meninggalkan petunjuk Nabi صلى الله عليه وسلم sehingga jatuh kepada amalan bid'ah, demikian pula berdo'a meminta hal yang haram, dan selain-nya termasuk sebab ditolaknya do'a.

  8. Tidak membuat kerusakan di bumi setelah Allah عزّوجلّ memperbaikinya dengan keimanan, yaitu dengan merusak di muka bumi meng-gantikan keimanan dengan kemaksiatan dan dosa-dosa di antaranya adalah dengan makan, minum, dan berpakaian dari sesuatu yang haram.
  9. Merasa takut dan berharap, takut kepada Allah عزّوجلّ akan ditolak do'anya sebab kekurangan pada dirinya, dan berharap apa yang ada di sisi Allah عزّوجلّ berupa pengabulan do'a, ampunan, dan rahmat-Nya.

Masih banyak adab-adab berdo'a selain yang disebutkan di atas, karena tulisan ini ringkas, maka kami menyebutkan beberapa saja dan insya Allah bermanfaat. []


Dinukil dari; "eBook Dzikir Pagi dan Petang Versi Full, Karya Ibnumajjah,"

Artikel Terkait; "-"

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Hakikat Do'a, Sebab dikabulkannya Do'a 1-5

Written By Rachmat.M.Flimban on 09 Februari 2018 | 2/09/2018 01:23:00 AM

HAKIKAT DO'A

MEMAHAMI HAKIKAT DO'A

Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr حفظه الله

Diringkas, diterjemahkan secara bebas dan

diberi judul serta point-point yang sesuai oleh

Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali AM حفظه الله dari

risalah Syaikh Abdurrozaq al-Abbad al-Badr حفظه الله

berjudul Kalimah fi Fiqh ad-Du'a Cet. Pertama Thn. 1431 H

Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10 Th. ke-11_1433 H_2012 M


Sebab dikabulkannya Do'a


SEBAB-SEBAB UTAMA DIKABULKANNYA DO'A

Di antara sebab-sebab dikabulkannya do'a oleh Allah عزّوجلّ adalah:

1. Merasa yakin akan dikabulkan do'anya dengan hati yang khusuk dan tenang,sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

اُدْعُوا اللهَ تَعَالَى وَاَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالاِجَابَةِِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِّنْ قَلْبِ غَافِلٍ لاَهٍ

"Berdo'alah kepada Allah Ta'ala dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do'a dengan hati yang lalai lagi bermain-main. "1

Jika seorang hamba berdo'a kepada Tuhannya pasti akan didengar dan dikabulkan selama ter-penuhi syarat-syaratnya, bahkan Allah malu jika tidak mengabulkannya, Nabi bersabda;

إِنَّ اللهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائبَتَيْن

"Sesungguhnya Allah malu lagi maha pemurah. Dia malu jika seorang hamba-Nya berdo'a sambil mengangkat tangannya kepada-Nya, lalu Allah mengembalikannya dengan tangan hampa (tidak mengabulkannya). "2

2. Merasa sangat butuh kepada Allah yang membentangkan kebaikan dunia dan akhirat serta yang menghindarkan segala keburuan dunia dan akhirat. Jika seseorang yang meminta tidak merasa butuh kepada Allah, maka dia tidak akan serius meminta dan akhirnya tidak berdo'a. Oleh karena itu, Allah akan memperkenankan do'anya orang yang sedang dalam kondisi darurat sebab mereka pasti berdo'a karena benar-benar butuh kepada Allah dan mereka yakin yang mengabulkan hanya Allah, dalam firman-Nya:

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ

"Siapakah yang mampu memperkenankan do'anya orang yang sedang kesulitan/darurat (melainkan Allah) jika dia berdo'a kepada-Nya dan Dialah yang menghilangkan kesusahan" (QS. an-Naml [27]: 62)

3. Memperbanyak do'a tidak hanya di saat susah.

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda dalam sebuah hadits:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

"Barangsiapa yang ingin dikabulkan do'anya oleh Allah ketika lapang dan sulit, maka hendaknya memperbanyak do'anya saat lapang. "3

4. Do'a untuk kebaikan agama lebih penting dari kebaikan dunia.

Kebaikan dunia, agama, dan akhirat hanya di tangan Allah عزّوجلّ. Rasulullah صلى الله عليه وسلم meminta kepada Allah جل جلا له semua perkara itu supaya menjadi lebih baik, beliau berdo'a:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"Ya Allah perbaikilah agamaku karena (agamaku-lah) yang memelihara urusanku, perbaikilah du-niaku karena (duniakulah) tempat hidupku (sekarang), perbaikilah akhiratku karena (akhiratkulah) tempat kembaliku, dan jadikanlah hidupku semakin bertambah segala kebaikan untukku, dan jadikanlah matiku waktu istirahat dari segala keburukan." (HR. Muslim: 2720)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam do'a di atas mendahulukan do'a untuk kebaikan agama, setelah itu untuk kebaikan dunia, bukan berarti urusan dunia tidak penting atau tidak boleh mementingkan urusan dunia. Boleh mementingkan urusan dunia, tetapi jangan sampai tujuan pokok dari segala urusan adalah dunia. Oleh karena itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga berdo'a:

وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا

"Dan janganlah Engkau jadikan dunia ini menjadi tujuan pokokku serta puncak ilmu pengetahuanku."4

Setiap hamba selalu membutuhkan pertolongan Tuhannya dalam setiap urusannya karena yang memudahkan segala urusan hanyalah Allah عزّوجلّ baik urusan dunia lebih-lebih urusan ibadah dan akhiratnya, oleh karenanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpesan kepada salah seorang sahabatnya supaya setiap akhir shalat tidak melupakan do'a;

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

"Ya Allah tolonglah aku (untuk dimudahkan) berdzikir/mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan cara yang baik."5

Tidak ada yang memudahkan kita untuk shalat dan segala urusan kita kecuali Allah جل جلا له. Karena itu, para sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم pernah bersajak dengan ucapan:

وَاللهِ لَوْلاَ اللهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلاَ صُمْنَا وَلاَ ضَلَّيْنَا

"Demi Allah, jika tidak (karena) Allah, kita tidak mendapat petunjuk dan juga tidak akan berpuasa serta shalat."

5. Meminta jalan yang lurus adalah do'a yang paling bermanfaat.

Do'a yang paling besar manfaatnya tidak lain adalah do'a meminta petunjuk jalan yang lurus, dalam Surat al-Fatihah. Oleh karena itu, setiap muslim akan mengulang-ulang do'a ini dalam shalatnya minimal dalam sehari semalam sebanyak 17 kali. Orang yang mendapat jalan yang lurus pasti akan dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan, se-hingga dia tidak akan ditimpa keburukan baik di dunia atau di akhirat.6

Tidak ada selain Allah عزّوجلّ yang memudahkan kita untuk mendapatkan jalan yang lurus, dan tetap kokoh/teguh di atasnya. Allah عزّوجلّ berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh, dalam kehidupan dunia dan akhirat, dan Allah-lah yang menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah memperlakukan apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim [14]: 27)


Tanda Buku;



1. HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/493; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami': 245


2. HR. Abu Dawud: 1488; dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami': 2638


3. HR. Tirmidzi: 3382, al-Hakim 1/544; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami': 6290

4. HR. Tirmidzi: 3502; dihasankan oleh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 2492

5. HR. Abu Dawud: 1522; dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud: 1347

6. Seperti dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawanya 14/320


Dinukil dari; "eBook Dzikir Pagi dan Petang Versi Full, Karya Ibnumajjah,"


Artikel Terkait; "Perhatian Dalam Adab Berdo'a"


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Makna dan Hakikat Do'a

Written By Rachmat.M.Flimban on 08 Februari 2018 | 2/08/2018 10:30:00 AM


HAKIKAT DO'A

MEMAHAMI HAKIKAT DO'A

Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr حفظه الله

Diringkas, diterjemahkan secara bebas dan

diberi judul serta point-point yang sesuai oleh

Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali AM حفظه الله dari

risalah Syaikh Abdurrozaq al-Abbad al-Badr حفظه الله

berjudul Kalimah fi Fiqh ad-Du'a Cet. Pertama Thn. 1431 H

Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10 Th. ke-11_1433 H_2012 M


Hakikat Do'a, "Makna dan Hakikat Do'a


Makna dan Hakikat Do'a

Do'a (الدُّعَاءُ) secara bahasa bermakna permintaan, dan berdo'a berarti meminta. Sementara itu, makna do'a secara syari'at adalah meminta sesuatu yang bermanfaat, dan meminta supaya dihilangkan atau dijauhkan dari sesuatu yang membahayakan.1

Do'a tidak lepas dari permintaan supaya dilimpahi kebaikan atau supaya dihindarkan dari keburukan/marabahaya baik yang belum atau sudah terjadi. Sebab itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا يَنْزِلُ، وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ

"Do'a itu bermanfaat baik untuk sesuatu yang sudah turun atau yang belum turun."2

Jika kita memperhatikan do'a-do'a Rasulullah صلى الله عليه وسلم, maka kita dapati do'a tersebut tidak lepas dari dua perkara di atas, seperti do'a Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Allah anugerahkan kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. al-Baqarah [2]: 201)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam sebuah haditsnya juga berdo'a:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"Ya Allah perbaikilah agamaku karena (agamakulah) yang memelihara urusanku, perbaikilah duniaku karena (duniakulah) tempat hidupku (sekarang), perbaikilah akhiratku karena (akhiratkulah) tempat kembaliku, dan jadikanlah hidupku semakin bertambah segala kebaikan untukku, dan jadikanlah matiku waktu istirahat dari segala keburukan." (HR. Muslim: 2720)

Dan masih banyak lagi do'a-do'a Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang menggabungkan antara permintaan kebaikan dan permintaan dihindarkan dari keburukan, atau pada suatu waktu beliau meminta kebaikan secara tersendiri, dan pada waktu lain beliau meminta dihindarkan dari keburukan secara tersendiri, seperti meminta ketakwaan, meminta supaya dihindarkan dari sifat malas, terlilit hutang, dan sebagainya.

Oleh karena itu, jika Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjenguk orang sakit atau jika orang sakit datang kepadanya, beliau mendo'akan:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبْ الْبَاسَ وَاشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

"Ya Allah Tuhannya manusia, hilangkanlah penyakit ini, dan sembuhkanlah karena Engkau maha menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas." (HR. Bukhari: 5743 dan Muslim: 2191)

Demikian pula beliau mengajari orang yang sakit untuk berdo'a, seperti Utsman bin Abil Ash رضي الله عنه saat sakit dan datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, beliau memerintahnya untuk meletakkan tangan (Utsman) di tempat yang sedang sakit, lalu beliau bersabda:

"Ucapkan bismillah 3 (tiga) kali lalu ucapkan do'a (di bawah ini) 7 (tujuh) kali:

أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

"Aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari buruknya sesuatu yang aku jumpai atau aku khawatirkan." (HR. Muslim: 2202)


Tanda Buku;

1. Majmu' Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 15/10, dan lihat Bada'i al-Fawa'id 3/835.

2. HR. Hakim 6/70; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami': 5721


Dinukil dari; "eBook Dzikir Pagi dan Petang Versi Full, Karya Ibnumajjah,"


Artikel Terkait; "Sebab dikabulkannya Do'a"


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Hakikat Do'a, Keutamaan Do'a 7-8


HAKIKAT DO'A

MEMAHAMI HAKIKAT DO'A

Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr حفظه الله

Diringkas, diterjemahkan secara bebas dan

diberi judul serta point-point yang sesuai oleh

Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali AM حفظه الله dari

risalah Syaikh Abdurrozaq al-Abbad al-Badr حفظه الله

berjudul Kalimah fi Fiqh ad-Du'a Cet. Pertama Thn. 1431 H

Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10 Th. ke-11_1433 H_2012 M


Keutamaan Do'a


Keutamaan Do'a 7. Nabi صلى الله عليه وسلم selalu berdo'a untuk kebaikan agama, dunia, dan akhiratnya.

Jika seorang nabi yang telah dijamin surga saja masih terus berdo'a supaya agama, dunia, dan akhiratnya menjadi baik, bagaimana kiranya dengan manusia setelahnya yang tidak ada jaminan surga dari Allah عزّوجلّ Dalam sebuah hadits Nabi صلى الله عليه وسلم berdo'a:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"Ya Allah perbaikilah agamaku karena (agamakulah) yang memelihara urusanku, perbaikilah duniaku karena (duniakulah) tempat hidupku (sekarang), perbaikilah akhiratku karena (akhiratkulah) tempat kembaliku, dan jadikanlah hidupku semakin bertambah segala kebaikan untukku, dan jadikanlah matiku waktu istirahat dari segala keburukan." (HR. Muslim: 2720)

Keutamaan Do'a (8). Manusia yang paling lemah adalah yang tidak berdo'a

Orang yang tidak mampu berdo'a kepada Allah عزّوجلّ berarti dia manusia yang paling lemah di muka bumi. Bagaimana tidak, padahal do'a adalah sebuah ibadah yang tidak membutuh-kan tenaga dan biaya. Siapa saja bisa berdo'a sambil duduk, berjalan, atau berbaring, dan demikianlah kondisi Nabi kita صلى الله عليه وسلم selalu berdo'a baik ketika masuk dan keluar rumah, berkenda-raan, berjalan, masuk dan keluar masjid, dalam shalatnya, makan, dan minumnya, saat berkum-pul dengan istrinya, dan segala keadaannya tidak lepas dari berdo'a. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاء

"Manusia yang paling lemah adalah manusia yang lemah untuk berdo'a."6


Tanda Buku;

6. HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad: 1042, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah. 601


Dinukil dari; "eBook Dzikir Pagi dan Petang Versi Full, Karya Ibnumajjah,"


Artikel Terkait; "Makna dan Hakikat Do'a"


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger