Latest Post
Tampilkan postingan dengan label info. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label info. Tampilkan semua postingan

JEJAK JEJAK MISTERIUS ULAR BERKOKOK PENGHUNI GOA TAMBANG EMAS 02 11 2015

Written By Rachmat.M.Flimban on 05 Desember 2018 | 12/05/2018 04:11:00 PM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Ramadhan, 10 Gambar Ucapan Ramadhan

Written By Rachmat.M.Flimban on 04 Mei 2017 | 5/04/2017 02:42:00 AM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Informasi Loket Pelayanan | Web Terpadu Kabupaten Tangerang

Written By Rachmat.M.Flimban on 03 Mei 2017 | 5/03/2017 12:15:00 AM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Hadits,YANG PERLU ANDA KETAHUI DARI HADITS-6

Written By Rachmat.M.Flimban on 31 Maret 2017 | 3/31/2017 09:08:00 PM

Artikel Hadits :
YANG PERLU ANDA KETAHUI DARI HADITS-6
(Bagaimana Cara Mengenali Seorang Shahabat?)

Tanya:
Bagaimana kita mengenali seorang shahabat?
Jawab:
Kita mengenalinya melalui salah satu dari hal-hal berikut:
1. Tawaatur (Pemberitaan tentangnya secara mutawatir alias mustahil terjadi kebohongan karena banyaknya periwayat terpercaya menyatakan hal itu); apakah ada orang yang meragukan Abu Bakar dan ‘Umar bin al-Khaththab RA sebagai shahabat? Jawabannya, tentu, tidak.!
2. Syuhrah (Ketenaran) dan banyaknya riwayat yang mengisahkannya melalui beberapa hal. Contohnya:
a. Dhimaam bin Tsa’lbah RA yang tenar dengan hadits kedatangannya menemui Nabi SAW
b. ‘Ukasyah bin Mihshan RA yang kisahnya dijadikan permisalan/pepatah (yaitu ucapan Rasulullah SAW, “Sabaqoka ‘Ukaasyah’ ; ‘Ukasyah sudah terlebih dulu darimu-red).*
3. Dimuatnya hal itu dalam hadits yang shahih, seperti ada salah satu hadits menyebutkan bahwa Nabi SAW didatangi oleh si fulan bin fulan atau hadits tersebut bersambung sanadnya kepada seorang laki-laki yang menginformasikan bahwa si fulan termasuk orang-orang yang mati syahid dalam perang bersama Rasulullah SAW. Atau informasi apa saja dengan cara tertentu bahwa orang ini atau itu sudah terbukti Shuhbah-nya (bertemu dan beriman dengan Rasulullah SAW dan mati dalam kondisi itu).
4. Penuturan tertulis dari seorang Tabi’i (generasi setelah shahabat) bahwa si fulan adalah seorang shahabat. Yaitu seperti ia mengucapkan, “Aku mendengar salah seorang shahabat Nabi SAW, yaitu si fulan bin fulan.”
5. Penuturan shahabat itu sendiri bahwa ia bertemu Nabi SAW, seperti perkataannya, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda begini dan begitu.” Atau “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menemani (bershahabat) dengan Nabi SAW.” Tetapi hal ini perlu beberapa syarat, di antaranya:
a. Ia seorang yang adil pada dirinya
b. Klaimnya tersebut memungkinkan; bila kejadian ia mengklaim hal itu sebelum tahun 110 H maka ini memungkinkan sedangkan bila ia mengklaimnya setelah tahun 110 H, maka klaimnya tersebut tertolak sebab Nabi SAW telah menginformasikan di akhir hayatnya, “Tidakkah aku melihat kalian pada malam ini? Sesungguhnya di atas 100 tahun kemudian (dari malam ini), tidak ada lagi seorang pun yang tersisa di atas muka bumi ini.” (HR.al-Bukhari, I:211, No.116; Muslim, No.2537; Abu Daud, No.348)
Ini merupakan argumentasi paling kuat terhadap orang yang mengklaim nabi Khidhir masih hidup hingga saat ini segaimana klaim kaum Sufi di mana salah satu dari mereka sering mengaku telah bertemu nabi Khidhir dan berbicara secara lisan dengannya.!?
Intermezzo
Seorang laki-laki India bernama Rotan pada abad VI mengaku bahwa dirinya adalah shahabat Nabi SAW dan dia telah dipanjangkan umurnya hingga tanggal tersebut. Kejadian itu sempat menggemparkan masyarakat kala itu. Maka, para ulama pada masanya atau pun setelahnya membantah pengakuannya tersebut. Di antaranya, al-Hafizh adz-Dzahabi dalam bukunya yang berjudul “Kasr Watsan Rotan.”
* Pepatah tersebut diungkapkan orang Arab untuk menyatakan ketidak beruntungann seseorang dalam memperoleh sesuatu karena sudah ada orang lain yang lebih dahulu memperolehnya. Seperti misalnya, bila ada seseorang memberikan hadiah kepada seseorang yang bisa menjawab pertanyaannya, lalu ada yang menjawabnya sedangkan hadiah itu hanya untuk satu orang saja. Kemudian ada orang lain meminta diberi pertanyaan lagi agar dapat menjawabnya dan memperoleh hadiah. Maka orang yang memberikan itu tadi, mengatakan kepadanya pepatah tersebut. Artinya, terlambat, si fulan sudah terlebih dahulu (kamu sudah keduluan sama si fulan.!!), wallahu a’lam-red
Dikutip dari eBook, pakdenono.com
(SUMBER: Fataawa Hadiitsiyyah, Syaikh Sa’d bin ‘Abdullah Alu Humaid, hal.30-31)
Sumber Artikel; alsofwah.or.id, Situs Dakwah & Informasi Islam

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

hadits, Yang Perlu Anda Ketahui Dari Hadits-3-4 dan 5

Yang Perlu Anda Ketahui Dari Hadits-3-4
dan 5
(Definisi Sanad Dan Matan)

TANYA: Apa makna ‘Thariiq’ (Sanad)? Dan apa pula makna matan? Tolong berikan contohnya
JAWAB: Makna Thariiq (Sanad) adalah mata rantai (jalur) para periwayat yang menghubungkan matan.
Sedangkan Matan adalah ucapan (teks) setelah sanad.
Contohnya, hadits yang dikeluarkan al-Bukhary, Muslim dan Abu Daud (lafaznya diambil dari Abu Daud);
Sulaiman bin Harb menceritakan kepada kami, (ia berkata), Hammad menceritakan kepada kami, (ia berkata), dari Ayyub, dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu larang para wanita hamba Allah untuk (memasuki) masjid-masjid Allah.”
(Mata rantai orang-orang yang meriwayatkan mulai dari Sulaiman hingga Ibn ‘Umar dinamakan sanad/thariiq sedangkan ucapan Rasulllah SAW setelah itu dinamakan ‘matan’.-red)
(SUMBER: As’ilah Wa Ajwibah Fi Mushthalah al-Hadiits karya Syaikh Mushthafa al-‘Adawy, hal.7)

YANG PERLU ANDA KETAHUI DARI HADITS-4
(Berapa Jumlah Hadits Shahih al-Bukhari Dan Muslim Yang Dikritik?)
TANYA: Berapa jumlah hadits di dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim Yang Dikritik Imam ad-Daaruquthni?
JAWAB:
Secara global ada sekitar dua ratusan hadits. Terhadap Shahih al-Bukhari sebanyak 110 hadits, termasuk 32 hadits yang juga dikeluarkan oleh Imam Muslim. Dan terhadap Shahih Muslim sebanyak 95 hadits termasuk di dalamnya hadits yang dikeluarkan juga oleh Imam al-Bukhari. Silahkan lihat, mukaddimah kitab Fat-hul Bari karya al-Hafizh Ibn Hajar dan Risaalah Bayna al-Imaamain; Muslim Wa ad-Daaruquthni karya Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali serta Risaalah al-Ilzaamaat Wa at-Tatabbu’ karya Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’iy.
TANYA: Apakah Imam ad-Daaruquthni mengeritik seluruh aspek?
JAWAB:
Kritikannya tidak meliputi semua aspek, sebagian yang dinyatakannya ada benarnya dan sebagian lagi keliru. Terkadang –bahkan seringkali- ia hanya mengeritik sisi sanad (jalur transmisi) hadits tanpa matan (teks)-nya.
NB:
Sekalipun demikian, adanya kritik ini tidak mengurangi atau pun mempengaruhi kesepakatan umat Islam untuk menerima hadits-hadits dalam shahih al-Bukhari dan Muslim dan penilaian bahwa keduanya adalah yang paling benar setelah al-Qur’an al-Karim-red.
(SUMBER: As’ilah Wa Ajwibah Fi Mushthalah al-Hadiits karya Syaikh Mushthafa al-‘Adawy, hal.37)

YANG PERLU ANDA KETAHUI DARI HADITS-5
(Membatasi Diri Pada Kitab ash-Shahihain, Tepatkah?)
TANYA: Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) saja tanpa mau melirik kepada kitab-kitab sunnah yang lain? Apakah al-Bukhari dan Muslim mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja?
JAWAB: Tidak dapat disangkal lagi, bahwa pendapat itu jauh dari benar bahkan bisa terjerumus ke dalam kesesatan karena sama artinya dengan menolak sunnah Rasulullah SAW.
Al-Bukhari dan Muslim tidak mensyaratkan untuk mengeluarkan semua hadits yang shahih saja. Seperti yang diinformasikan para ulama dari al-Bukhari, bahwa ia pernah berkata, “Aku hafal 100 ribu hadits shahih.” Para ulama itu juga menukil darinya yang mengatakan, “Tapi aku tinggalkan hadits-hadits lain yang shahih karena khawatir terlalu panjang (bertele-tele).”
Al-Bukhari sendiri telah menshahihkan sendiri hadits-hadits yang bukan shahih. Hal ini nampak secara jelas sekali dalam pertanyaan-pertanyaan at-Turmudzi kepadanya seperti yang terdapat di dalam Sunan at-Turmudzi.
Para ulama juga menukil dari Muslim hal serupa di mana ia pernah mengatakan, “Bukan segala sesuatu yang menurutku shahih lalu aku muat di sini.”
Jadi, tidak dapat diragukan lagi kebablasan orang yang hanya membatasi diri pada kitab ash-Shahihain saja dan menolak kitab selain keduanya.

(SUMBER: As’ilah Wa Ajwibah Fii Mustholah al-Hadiits karya Musthafa al-‘Adawi, hal.14-15, no.28)
Sumber Artikel; Alsofwah.or.id
Disalin dari eBook, pakdenono.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Hadits, Yang Perlu Anda Ketahui Dari Hadits-2

Yang Perlu Anda Ketahui Dari Hadits-2
(Mana Yang Paling Shahih Antara Sunan Abi Daud Dan Sunan an-Nasa`iy)

TANYA: Dari aspek keshahihan, mana yang diunggulkan; Sunan Abi Daud atau kah Sunan an-Nasa`iy?
JAWAB:
Bila kita melihat kitab Sunan an-Nasa`iy dengan maksud ia adalah as-Sunan al-Kubra, maka Sunan Abi Daud lebih shahih daripadanya. Sedangkan bila yang dimaksud dengan Sunan an-Nasa`iy di sini adalah kitab al-Mujtaba, di sini perlu didiskusikan kembali pendapat tadi.
Bila kita melihat kitab Sunan an-Nasa`iy, maka akan jelas bagi kita bahwa ia (Sunan an-Nasa`iy) yang dinamakan dengan al-Mujtaba sekarang ini –yang nampak bagi saya- bukanlah karangan Imam an-Nasa`iy sendiri. Ia merupakan karangan Ibn as-Sunny yang tidak lain adalah salah seorang periwayat kitab Sunan an-Nasa`iy. Secara umum, yang dimaksud dengan Sunan an-Nasa`iy adalah as-Sunan al-Kubra. Karena itu, sebagian orang dari satu sisi, menilai sisi kebagusan hadits-haditsnya atau membuang hadits-hadits Mawdlu’ (palsu) dan Munkar yang ada pada Sunan an-Nasa`iy yang disebut al-Mujtaba alias as-Sunan ash-Shughra sebagaimana yang dikatakan sebagian orang, karena mengira ia merupakan karangan Imam an-Nasa`iy.
Yang menjadi indikasi untuk semua itu, bahwa kitab al-Mujtaba (artinya, ringkasan, intisari-red.,) dari sisi hadits-haditsnya memang lebih bagus (mengesankan) daripada as-Sunan al-Kubra akan tetapi apakah benar Imam an-Nasa`iy yang meringkas/mengintisarinya dari hadits-hadits tersebut (sehingga dinamai al-Mujtaba-red.,) atau orang selain dia?. Hal ini akan kami jelaskan sebentar lagi, insya Allah.
Yang jelas, bila kita membanding-bandingkan antara al-Mujtaba dan Sunan Abi Daud, maka pembandingan ini –menurut saya- butuh kajian yang serius dan teliti. Sebab, sementara orang ada yang langsung saja menyatakan bahwa Sunan Abi Daud lebih unggul. Sikap seperti ini banyak diambil oleh para ulama terdahulu. Setiap orang yang membicarakan Sunan Abi Daud, pasti ia akan mengunggulkannya atas kitab-kitab lainnya bahkan sebagian mereka ada yang mengunggulkannya atas Shahih Muslim akan tetapi pendapat ini tidak benar. Sebagian orang lagi, khususnya di zaman sekarang ini, kita menemukan ada orang yang berusaha mengunggulkan Sunan an-Nasa`iy atas Sunan Abi Daud.
Menurut saya, bila ijtihad-ijtihad seperti ini keluar dari seseorang yang ingin agar ucapannya tepat, maka hendaknya berpijak pada ucapan yang ilmiah atau metode ilmiah yang komprehensif dengan cara melakukan penelitian terhadap Sunan Abi Dauddan Sunan an-Nasa`iyyang bernama al-Mujtaba itu, kemudian melihat jumlah hadits-hadits yang dimuat di masing-masing kitab tersebut, lalu jumlah hadits yang dikritisi dari masing-masingnya; berapa persentasenya secara keseluruhan untuk masing-masing kitab. Dari situ, akan kita dapatkan persentase hadits-hadits yang dikritisi di dalam kitab Sunan Abi Dauddan juga di dalam kitab Sunan an-Nasa`iy.
Selain itu, hadits-hadits yang dikritisi ini juga bisa diklasifikasi lagi antara yang Dla’if, Dla’if Sekali dan Kemungkinan Dla’if (masih fity-fifty). Masing-masingnya perlu dibubuhkan berapa persentasenya.
Di samping itu, perlu juga dilihat; apakah pengarang kitab menjelaskan dan mengomentari hadits-hadits yang dikritisi tersebut atau kah tidak? Sebab, Abu Daud dan an-Nasa`iy ada mengomentari sebagian hadits. Kemudian, dilihat pula berapa persentase komentar yang dikeluarkan masing-masing pengarang kitab terhadap hadits-hadits yang dikritisi tersebut. Setelah itu, barulah kita dapat mengeluarkan gambaran yang jelas melalui penelitian yang seksama, apakah Sunan Abi Daudyang lebih bagus (mengesankan) atau kah sebaliknya? Inilah pendapat saya mengenai hal ini.
SUMBER: Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Sa’d bin ‘Abdullah Al Humaid, Juz.I, h.106-107)
Sumber Artikel; Alsofwah.or.id
Disalin dari; eBook - pakdenono.com
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Hadits,Yang Perlu Anda Ketahui Dari Hadits-1

Yang Perlu Anda Ketahui Dari Hadits-1
Mukaddimah
Dalam kajian ini kami ketengahkan beberapa hal yang berkenaan dengan ilmu hadits, yang kirannya perlu kita ketahui untuk menambah wawasan dan kami kemas dalam bentuk tanya jawab sehingga lebih mudah untuk dipahami.

(1)-TANYA: Kenapa kita harus menuntut ilmu Hadits?
JAWAB:
1. Karena ia merupakan ilmu yang paling mulia
2. Karena para penuntutnya adalah orang-orang yang menjadi lentera kegelapan. Kalau kita melihat keempat imam madzhab, tiga orang dari mereka (selain Abu Hanifah) dikenal sebagai ahli hadits.
Imam Malik memiliki kitab al-Muwaththa` yang berisi banyak hadits. Imam asy-Syafi’i memiliki kitab al-Umm yang banyak berisi hadits-hadits yang beliau ketengahkan sendiri dengan sanadnya, demikian juga dengan bukunya yang terkenal ar-Risalah. Bahkan salah seorang muridnya mengarang Musnad Imam asy-Syafi’i yang diringkasnya dari hadits-hadits yang diriwayatkan beliau di dalam kitab-kitabnya sehingga kitab tersebut lebih dikenal dengan nama Musnad asy-Syafi’i, begitu pula kitab as-Sunnan.
Sedangkan Imam Ahmad memang dikenal sebagai tokoh utama Ahli hadits dan justeru tidak diketahui kalau beliau ada mengarang buku dalam masalah fiqih. Hanya saja perlu diketahui, bahwa beliau juga terhitung sebagai Ahli fiqih. Beliau melarang para muridnya menulis sesuatu dengan hanya berpedoman pada akal semata dan menganjurkan mereka menulis hadits.
(SUMBER: Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr. Sa’d bin ‘Abdullah al-Humaid, hal.5)
(2)- TANYA: Apa perbedaan antara ungkapan “Haddatsana” ([Fulan] telah menceritakan kepada kami) dan “Akhbarana” ([Fulan] telah memberitahukan kepada kami)?
JAWAB: Di dalam tata cara Talaqqi (mentransfer, menerima) hadits, para ulama hadits membedakan antara lafazh yang ditransfer langsung dari Syaikh (Guru) dan yang dibacakan kepada syaikh. Bila Syaikh menceritakan tentang hadits, baik dari hafalannya atau pun dari kitab (tulisan)-nya dan membacakan kepada para murid sementara mereka menyalin hadits-hadits yang dibicarakan Syaikh tersebut; maka ini dinamakan dengan as-Samaa’ yang sering diungkapkan dengan kalimat “Yuhadditsuni” atau “Haddatsani.” Bila seorang penuntut ilmu mentransfer hadits tersebut di majlis seperti ini, maka ia harus menggunakan bentuk plural (jamak), yaitu “Haddatsanaa” karena berarti ia mentrasfer hadits itu bersama peserta yang lainnya. Dan jika ia mentransfernya secara pribadi (sendirian) dari Syaikh langsung, maka ia mengungkapkannya dengan “Hadtsani” yakni secara sendirian.
Adapun bila hadits tersebut dibacakan kepada Syaikh (dengan metode Qiraa`ah), seperti misalnya, Imam Malik menyerahkan kitabnya “al-Muwaththa`” kepada salah seorang muridnya, lalu ia (si murid) membaca dan beliau mendengar; jika si murid ini salah, maka ia menjawab dan meluruskan kesalahannya, bila tidak ada yang salah, ia terus mendengar. Metode ini dinamai oleh para ulama hadits dengan metode “al-‘Ardh” (pemaparan) dan “Qiraa`ah ‘Ala asy-Syaikh” (membaca kepada Syaikh). Mereka (para ulama hadits) mengungkap dengan lafazh seperti ini secara lebih detail manakala seseorang ingin menceritakan (meriwayatkan) hadits, maka ia harus mengungkapkan dengan “Akhbarani” bukan dengan “Haddatsani” . Maksudnya bahwa ia menerima (Mentransfer) hadits tersebut bukan dari lafazh Syaikh secara langsung tetapi melalui murid yang membacakannya kepada Syaikh tersebut.
Inilah sebabnya kenapa mereka membedakan antara penggunaan lafazh “Haddatsana” dan lafazh “Akhbarana.” Sebagian Ahli Hadits mengatakan bahwa keduanya sama saja, baik dibacakan kepada Syaikh atau Syaikh sendiri yang membacakannya, semua itu sama saja. Akan tetapi Imam Muslim Rahimahullah tidak menilai hal itu sama saja. Beliau membedakan antara keduanya. Karena itu, dalam banyak haditsnya, kita menemukan beliau memuat hal tersebut. Beliau selalu mengatakan, “Haddatsana….Wa Qaala Fulan, ‘Akhbarana” ([Si fulan menceritakan begini….Dan si Fulan [periwayat lain] mengatakan, ‘telah memberitahu kami’ [Akhbarana] , demikian seterusnya.
(SUMBER: Fataawa Hadiitsiyyah karya Syaikh Dr. Sa’d bin ‘Abdullah al-Humaid, hal.61-62)
Sumber Artikel; alsofwah.or.id, Situs Dakwah & Informasi Islam
Dikutip dari eBook, pakdenono.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Pompeii,Mengulang Sejarah Kaum Luth

Pompeii: Mengulang Sejarah Kaum Luth
Oleh; HARUN YAHYA

Alqur'an mengisahkan kepada kita bahwa tidak ada perubahan dalam hukum Allah (sunnatullah):
"Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah mereka kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu” (QS. Al-Faathir, 35:42-43).
Begitulah, “…sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah…”. Siapapun yang menentang hukum Allah dan berusaha melawan-Nya akan terkena sunatullah yang sama. Pompeii, yang merupakan simbol dari degradasi akhlaq yang dialami kekaisaran Romawi, adalah pusat perzinaan dan homoseks. Nasib Pompeii mirip dengan kaum Nabi Luth. Kehancuran Pompeii terjadi melalui letusan gunung berapi Vesuvius.
Gunung Vesuvius adalah simbol negara Italia, khususnya kota Naples. Gunung yang telah membisu sejak dua ribu tahun yang lalu itu juga dinamai “The Mountain of Warning” (Gunung Peringatan). Tentunya pemberian nama ini bukanlah tanpa sebab. Adzab yang menimpa penduduk Sodom dan Gommorah, yakni kaum Nabi Luth as, sangatlah mirip dengan bencana yang menghancurkan kota Pompeii.
Di sebelah kanan gunung Vesuvius terletak kota Naples, sedangkan kota Pompeii berada di sebelah timur gunung tersebut. Lava dan debu dari letusan maha dasyat gunung tersebut yang terjadi dua milenia yang lalu membumihanguskan penduduk kota. Malapetaka itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa segala sesuatu yang ada di kota termasuk segala aktifitas sehari-hari yang tengah berlangsung. Aktifitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan yang ada ketika bencana terjadi kini masih tertinggal persis sama seperti ketika bencana tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu, seolah-olah waktu tidak bergeser dari tempatnya.
Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi; akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.
Dalam konteks ini, terdapat aspek dari bencana tersebut yang sangat sulit untuk dimengerti. Bagaimana bisa terjadi ribuan manusia tertimpa maut tanpa melihat dan mendengar sesuatu apapun?
Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur'an, sebab Alqur'an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika mengisahkan peristiwa yang demikian ini. Misalnya, “penduduk suatu negeri” sebagaimana disebut dalam surat Yaasiin ayat 13 musnah bersama-sama secara keseluruhan dalam waktu sekejap. Keadaan ini diceritakan sebagaimana berikut:
“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.” (QS. Yaasiin, 36:29)
Di surat Al-Qamar ayat 31, pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum Tsamud dikisahkan:
“Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.”
Kematian masal penduduk kota Pompeii terjadi dalam waktu yang sangat singkat persis sebagaimana adzab yang dikisahkan dalam kedua ayat di atas.
Kendatipun semua peringatan ini, tidak banyak yang berubah di wilayah di mana Pompeii dulunya pernah ada. Distrik-distrik Naples tempat segala kemaksiatan tersebar luas tidaklah jauh berbeda dengan distrik-distrik bejat di Pompeii. Pulau Capri adalah tempat di mana para kaum homoseksual dan nudis (orang-orang yang hidup telanjang tanpa busana) tinggal. Pulau Capri diiklankan sebagai “surga kaum homoseks” di industri wisata. Tidak hanya di pulau Capri dan di Italia, bahkan hampir di seantero dunia, kerusakan moral tengah terjadi dan sayangnya mereka tetap saja tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang dialami kaum-kaum terdahulu.
captions:
(please refer to the Perished Nations book, 2nd edition, TaHa publisher)
picture on page 57: Kemewahan dan kemakmuran kota Pompeii sebelum terjadinya bencana.
picture on page 58: Mayat-mayat yang terawetkan hasil penggalian yang dilakukan di kota Pompeii.
picture on page 60 & 61: Pemandangan lain dari mayat-mayat manusia yang terawetkan di antara reruntuhan kota Pompeii.
picture on page 62: Contoh yang mengisyaratkan betapa cepatnya peristiwa adzab yang terjadi.

Sumber; www.harunyahya.com
Disalin dari ; eBook Harun Yahya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Belalai Gajah, Lebih dari Sekadar Hidung

Belalai Gajah: Lebih dari Sekadar Hidung

Oleh; HARUN YAHYA

Gajah adalah binatang darat terbesar di bumi. Tubuh raksasa mereka berukuran hampir sebesar rumah bertingkat satu. Bobot seekor gajah menyamai berat sekitar 50 orang. Umur gajah biasanya mencapai 70 tahun.
Umumnya, gajah hidup berkelompok dengan jumlah anggota 30 ekor. Seekor gajah betina mengawasi kawanannya, dan yang lain bekerja sama melaksanakan perintah sang pemimpin. Dalam kawanan ini senantiasa terdapat disiplin ketat dan jenjang kepemimpinan.
Si Jago Makan
Seekor gajah menghabiskan 225 kg makanan per hari. Berarti, sekawanan gajah beranggotakan 30 ekor menghabiskan sekitar 7000 kg makanan per harinya. Bagi hewan sebesar ini, hidup di bawah sengatan terik matahari adalah ancaman serius. Untuk menghindari rasa haus, mereka harus mencari sumber air setiap hari. Untuk itu, mereka sanggup berjalan sejauh 50 km tanpa isitirahat, berkelana selama 3 hari tanpa air. Demikian, tubuh mereka telah diciptakan dengan sangat sempurna dan dengan mempertimbangkan berbagai perhitungan yang sangat cermat agar mereka dapat bertahan dalam lingkungan mereka
Tak Ada Jari, Belalai Pun Jadi
Belalai adalah harta paling berharga bagi gajah. Ia mampu melakukan sejumlah fungsi yang berbeda. Pada tahun 1700-an, para ilmuwan percaya bahwa belalai gajah tersusun atas satu otot saja. Tapi, penelitian modern kemudian membantahnya.
Otot penyusun tubuh manusia berjumlah sekitar 639 buah, sedangkan pada belalai gajah berjumlah puluhan ribu. Otot ini menyerupai lingkaran yang saling bertumpuk satu di atas yang lain sehingga memungkinkan gajah bergerak dengan sangat leluasa.
Belalai tersusun atas dua kelompok otot utama. Otot yang bersambungan secara diagonal memungkinkan belalai untuk membengkok dan berputar ke arah mana pun. Kelompok otot ini memungkinkan belalai berfungsi layaknya pengungkit. Ia mampu mengangkat beban yang berat. Kelompok otot lainnya memungkinkan gajah melakukan pekerjaan paling rumit dengan sistem kendali super canggih.
Bagian belalai ini sama terampilnya dengan jari-jemari manusia. Belalai bukanlah sekedar hidung gajah. Ia adalah segalanya. Bila belalainya cedera, seekor gajah akan mati dalam waktu singkat.
Pendukung teori evolusi menyatakan, ciri-ciri istimewa pada binatang terbentuk dengan sendirinya, sedikit demi sedikit, secara bertahap tanpa perancangan sengaja. Namun, rancangan rumit dan sempurna pada belalai gajah dapat berfungsi hanya jika ratusan ribu otot ada secara bersamaan dan bekerja secara bersamaan pula. Misalnya, jika satu kelompok saja dari otot ini tidak ada, maka gajah takkan mampu menggerakan belalainya dan akan segera mati. Namun, gajah telah menggunakan belalai mereka dengan baik sejak jutaan tahun yang lalu.
Rancangan sempurna tanpa cacat dalam tubuh gajah sekali lagi membuktikan pada kita, Allah lah yang telah menciptakan seluruh makhluk hidup.
Gajah pun Memakai 'Sepatu'
Gajah memiliki bobot 5 ton lebih. Meski sangat berat, mereka berjalan dengan ringan dan nyaman. Semua ini terjadi karena adanya suatu rancangan khusus pada tubuh gajah. Andai saja ukuran mereka sedikit lebih besar, maka kaki mereka takkan mampu menopangnya. Tapi gajah memiliki kaki yang sungguh merupakan keajaiban perancangan. Sehingga, walau tubuh gajah sangat berat, mereka berjalan dengan amat ringan.
Bantalan tebal berupa jaringan kenyal, yang tumbuh sebagai lapisan pada bagian bawah setiap telapak kaki gajah, menyerap guncangan berat badannya. Lapisan bantalan ini menyebarkan efek tekanan yang dikenakan gajah ke permukaan tanah. Itu memungkinkannya mengangkat kaki dengan mudah. Berkat bantalan ini, gajah mampu berjalan menempuh jarak yang jauh meskipun tubuhnya amat berat. Menurut hukum fisika, seorang wanita bersepatu hak tinggi akan memberikan tekanan lebih besar pada permukaan tanah daripada satu kaki gajah.
Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup berevolusi hingga menjadi bentuknya yang sempurna sebagaimana sekarang. Jika teori ini benar, maka gajah yang tidak memiliki jaringan kenyal ini pada kakinya takkan mampu berjalan sejak hari pertama mereka muncul ke dunia, dan karenanya akan mati kelaparan dan kehausan.
Ini tidak terjadi, sebab sejak awal gajah telah dicptakan dalam bentuknya yang memang telah lengkap dan sempurna, tanpa kekurangan sedikit pun. Ini semua menunjukkan kita pada satu kenyataan penting: gajah adalah bukti kesempurnaan ciptaan Sang Mahaagung lagi Maha Mengetahui. Dialah Allah, Pencipta segala sesuatu.
Besar Tubuhnya, Tak Terdengar Bicaranya
Para ilmuwan telah lama meneliti sistem komunikasi gajah. Penelitian menunjukkan, mereka berkomunikasi dengan menggunakan suara infrasonik yang tak terdengar oleh telinga manusia. Suara infrasonik memungkinkan gajah berbicara menggunakan bahasa khusus dengan gajah lain yang terpisah sejauh 4 km. Selain itu, para ilmuwan telah menemukan 30 jenis panggilan gajah yang berbeda.
Sinyal infrasonik terbentuk saat benda bermassa besar bergerak sebagaimana pada meletusnya gunung berapi. Ini serupa dengan suara yang hanya dapat dirasakan. Suara infrasonik sangatlah kuat, tapi termasuk gelombang berfrekuensi rendah. Manusia dapat mendengarnya hanya dengan bantuan alat perekam khusus. Awalnya, binatang yang diyakini mampu menghasilkan suara jenis ini hanyalah ikan paus, makhluk laut terbesar. Namun kini kita tahu, gajah juga menggunakan cara yang sama untuk berkomunikasi sesama mereka.
Menurut para ilmuwan, dalam cuaca yang baik, gajah mampu mendengar panggilan yang berjarak 10 km dengan gelombang infrasonik. Kemampuan mengagumkan ini mengungkapkan pada kita akan adanya jaringan komunikasi yang menjangkau kawasan sangat luas. Perangkat komunikasi khusus ini merupakan keahlian menakjubkan yang diciptakan Allah untuk gajah.
Keunggulan utama gelombang infrasonik terletak pada daya rambatannya. Suara berfrekuensi tinggi dengan gelombang pendek akan kehilangan kekuatannya dalam waktu singkat. Namun, suara infrasonik memiliki gelombang sangat panjang sehingga perlu waktu lama untuk melemah. Karenanya, gajah mampu mengatur pergerakan kawanannya yang terpencar sejauh beberapa kilometer.
Dalam keadaan bahaya, gajah memiliki cara unik lain untuk berkomunikasi. Misalnya, saat bertemu badak mereka menghentakkan kaki dengan keras ke permukaan tanah sehingga menghasilkan getaran yang memperingatkan anggota kawanan yang lain. Dengan cara ini, mereka dapat melakukan pencegahan untuk menyelamatkan para anggotanya sebelum bahaya tersebut terjadi.
Keahlian khusus pada makhluk hidup adalah bukti nyata bahwa Allah telah menciptakan mereka. Kebenaran ini dinyatakan dalam Alquran, "Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini." (QS Al Jaatsiyah[45]:4)
Setiap hal baru tentang gajah memperlihatkan kebenaran yang sama: binatang darat terbesar di bumi, beserta ciri istimewanya, telah diciptakan Allah, Tuhan Yang Mahaagung!

Sumber Artikel; www.harunyahya.com
Disalin dari ; eBook Karya Harun Yahya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kaum Nabi Nuh

Kaum Nabi Nuh
HARUN YAHYA

Kaum atau bangsa pertama yang dibinasakan secara massal oleh Allah adalah kaum Nabi Nuh. Allah memusnahkan mereka dengan mendatangkan banjir besar yang menenggelamkan mereka. “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (Surat Al-A’raaf ayat 64).
Menurut Perjanjian Lama, kitab suci orang Yahudi dan Nasrani yang sudah tidak asli itu, banjir zaman Nabi Nuh itu melanda seluruh dunia: Dan Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi adalah besar, dan bahwa setiap imajinasi dari pikiran-pikiran dalam hatinya hanya perbuatan jahat. Dan ini menjadikan Allah menyesali bahwa Dia telah menciptakan manusia di bumi, dan ini menyedihkan hati-Nya. Dan Tuhan berkata, “Aku akan membinasakah manusia yang telah Kuciptakan dari permukaan bumi, kedua jenis yang ada, manusia dan binatang, dan segala yang merayap, dan unggas-unggas di udara, yang mereka telah mengecewakan-Ku yang telah menciptakan mereka. Akan tetapi, (Nabi) Nuh mendapatkan kasih sayang di mata Tuhan. (Kejadian, 6: 5-8).
Namun menurut penyelidikan para ahli, banjir yang terjadi saat itu tidak melanda seluruh dunia, melainkan hanya terjadi di daerah Mesopotamia (kini termasuk wilayah Iraq), khususnya di daerah lembah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris. Namun karena lembah itu demikian luasnya sehingga ketika terjadi hujan super lebat berhari-hari, meluaplah kedua sungai itu lalu airnya menenggelamkan lembah di antara dua sungai tersebut. Demikian banyak airnya sehingga lembah itu berubah seperti laut lalu menenggelamkan seluruh ummat Nabi Nuh yang ingkar di lembah itu.
Pada tahun 1922 sampai 1934 Leonard Woolley dari The British Museum dan University of Pensylvania mempimpin sebuah penggalian arkeologis di tengah padang pasir antara Baghdad dengan Teluk Persia. Di tempat yang diperkirakan dulunya pernah berdiri sebuah kota bernama Ur, mereka melakukan penggalian.
Dari permukaan tanah hingga lima meter ke bawah terdapat sebuah lapisan tanah yang berisi berbagai benda yang terbuat dari perunggu dan perak. Ini benda-benda peninggalan bangsa Sumeria yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Mereka bangsa yang telah dapat membuat benda dari logam.
Di bawah lapisan pertama itu mereka menemukan sebuah lapisan kedua berisi deposit pasir dan tanah liat setebal 2,5 meter. Pada lapisan itu masih terdapat sisa-sisa hewan laut berukuran kecil.
Yang mengejutkan, di bawah lapisan pasir dan tanah liat itu terdapat lapisan ketiga berisi benda-benda rumahtangga yang terbuat dari tembikar. Tembikar itu dibuat oleh tangan manusia. Tidak ditemukan benda logam satu pun di lapisan itu. Diperkirakan benda-benda peninggalan masyarakat Sumeria kuno yang hidup di Zaman Batu.
Diperkirakan oleh para ahli, lapisan kedua itu adalah endapan lumpur akibat banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Banjir itu telah menenggelamkan masyarakat Sumeria kuno —yang kemungkinan besar mereka adalah kaum Nabi Nuh— lalu lumpur yang terbawa banjir itu menimbun sisa perabadan masyarakat tersebut. Berabad-abad, atau puluhan abad kemudian setelah banjir berlalu, barulah hadir kembali masyarakat baru di atas lapisan kedua itu, yakni masyarakat Sumeria ‘baru’ yang peradabannya jauh lebih maju daripada masyarakat Zaman Batu yang tertimbun lumpur itu.
Penyelidikan arkeologis di beberapa tempat mendapatkan keterangan, banjir melanda daerah yang memang sangat luas, yakni membentang 600 km dari utara ke selatan dan 160 km dari barat ke timur. Banjir itu telah menenggelamkan sedikitnya empat kota masyarakat Sumeria kuno, yakni Ur, Erech, Shuruppak dan Kish.
Terbukti, banjir itu tidak melanda seluruh dunia, tetapi hanya melanda wilayah yang didiami ummat Nabi Nuh. Daerah lain yang bukan wilayah ummat Nabi Nuh tidak terlanda banjir. Hasil penyelidikan para arkeolog tersebut dengan firman Allah dalam Al-Quran, bahwa Ia hanya membinasakan masyarakat suatu negeri yang telah diutus seorang Rasul kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya. Negeri lain tidak. “ Dan tidaklah Rabbmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman. (Surat Al-Qashash ayat59)
Dalam Al-Quran diriwayatkan, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk mengangkut masing-masing hewan sepasang (jantan dan betina) ke dalam bahteranya: Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: ”Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (Surat Hud ayat 40).
Pertanyaan yang mungkin muncul, apakah seluruh hewan di muka bumi ini dinaikkan ke perahu Nabi Nuh? Para ahli kitab dari kalangan Kristen menafsirkan, seluruh hewan yang ada di muka bumi, masing-masing sepasang, dinaikkan ke perahu Nabi Nuh. Sebab, seperti dikatakan di awal, dalam kitab mereka dikatakan banjir terjadi secara global. Jadi yang harus diselamatkan pun harus seluruh spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.
Penafsiran seperti itu jelas membingungkan mereka sendiri. Pertama, pengikut Nabi Nuh sangat sedikit —karena kebanyakan mereka ingkar. Dengan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat rendah serta personil mereka yang sangat sedikit, bagaimana caranya mereka mengumpulkan ribuan atau ratusan ribu spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini?
Berarti harus ada pengikut Nabi Nuh yang dikirim ke berbagai penjuru dunia, lalu membawa pulang ribuan spesies yang mereka temui dengan bahtera yang sangat besar. Ada pengikut Nabi Nuh yang dengan sebuah bahtera besar dikirim kutub utara dan selatan untuk membawa sepasang beruang kutub, sepasang burung pelikan, sepasang anjing laut dan berbagai hewan kutub lainnya, lalu semua itu dibawa pulang negeri mereka.
Juga harus ada satu ekspedisi bahtera yang dikirim ke benua Amerika untuk membawa sepasang bison, sepasang harimau, sepasang beruang, sepasang ular anaconda, sepasang lintah, sepasang ikan piranha, sepasang sapi, sepasang cheetah, sepasan kambing, sepasang burung nasar, sepasang serigala, sepasang kutu anjing, serta sepasang ribuan spesies hewan lainnya dari benua itu.
Berapa tahun yang mereka butuhkan untuk dapat mengumpulkan semua hewan itu? Berapa banyak makanan hewan yang harus mereka siapkan? Bagaimana mereka bisa membedakan kutu jantan dan kutu betina? Ada berapa ribu kandang yang harus mereka siapkan di bahtera agar para hewan itu tidak saling memangsa?
Setelah sekian bahtera itu kembali pulang, ribuan atau ratusan ribu spesies hewan dari seluruh penjuru dunia itu dimasukkan ke dalam satu bahtera Nabi Nuh. Bagaimana ratusan ribu spesies dari berbagai penjuru dunia bisa bertahan hidup terpisah dengan habitat alamiahnya hingga banjir surut? Apakah sementara itu siklus rantai makanan berhenti berputar? Tidak mungkin!
Berbagai pertanyaan itu tidak akan dapat dijawab dengan logis oleh mereka yang mendukung tafsiran banjir global pada zaman Nabi Nuh.
Adapun Al-Quran tidak menyebut banjir masa Nabi Nuh melanda seluruh dunia. Sebagaimana dijelaskan pada berbagai ayat Al-Quran, adzab Allah hanya ditimpakan kepada kaum yang zhalim yang mendustakan ajaran nabinya, tidak kepada kaum lain. Jadi adzabnya pun hanya bersifat lokal atau regional.
Karenanya hewan yang diangkut Nabi Nuh pun tidak berasal dari seluruh dunia, melainkan hanya hewan yang terdapat di wilayah itu, khususnya hewan yang biasa dipelihara dan diternakkan manusia, seperti sapi, kambing, kuda, unggas, unta dan sejenisnya. Hewan-hewan itulah yang dibutuhkan Nabi Nuh dan pengikutnya untuk menyangga kehidupan baru mereka pasca banjir besar
Sumber Artikel; Harunyahya.com
Disalin dari eBook Karya ; Harunyahya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Al-Asma, kamus nama-nama anak Islami gratis

Written By Rachmat.M.Flimban on 29 Maret 2017 | 3/29/2017 08:35:00 AM

Al-Asma, kamus nama-nama anak Islami gratis

Mencari nama untuk si buah hati menjadi tugas yang kadang tidak mudah, mengingat nama bisa berarti doa, mencarikan nama yang baik adalah kewajiban bagi orang tua. Untuk mempermudah menemukan nama yang baik, kini kita bisa memanfaatkan program gratis (freeware) al-asma, Kamus nama-nama anak Islami.

Setelah beberapa lama jarang mengembangkan software baru lagi, alhamdulillah atas dukungan dan bantuan Istri (juga adiknya), kini hadir sebuah software gratis sederhana, al-Asma. Program ini merupakan kamus nama-nama anak Islami dengan beberapa fitur pencarian serta tampilan yang menarik.
Di Internet memang kita sudah bisa menemukan website yang memberikan fitur untuk mencari nama-nama anak dan mungkin dengan data yang lebih banyak. Tetapi al-Asma mencoba memberikan sesuatu yang berbeda, selengkapnya bisa membaca fitur-fiturnya dibagian bawah berikut. Program al-Asma versi 1.0 ini menyertakan sekitar 3.386 nama plus nama-nama serupa (mirip atau sama artinya).


Beberapa fitur al-Asma’ antara lain :
100% gratis (freeware)

1 Portable, langsung jalankan tanpa perlu install. Ukuran hanya sekitar
468 KB

2 Nama-nama anak dalam bahasa Indonesia, arab (tulisan arab), arti dalam
bahasa Indonesia (dan Inggris), serta nama-nama serupa
3 Pencarian berdasar kriteria jenis kelamin (laki-laki, wanita atau semua), nama, tulisan arab dan juga arti

4 Menyertakan tombol huruf Arab untuk memudahkan mencari dalam bahasa Arab

Penggunaan Kamus ini cukup mudah, setelah dijalankan kita bisa langsung mengetikkan di kotak pencarian, baik nama, arti maupun tulisan arab. selanjutnya tekan tombol cari atau enter untuk menampilkan nama yang dicari. Hasil untuk nama anak laki-laki dan wanita ditampilkan dengan 2 warna yang berbeda.
Untuk mencari dalam tulisan Arab, klik tombol bergambar keyboard disamping
tombol CARI. Lalu tuliskan sesuai dengan yang di inginkan. Untuk pencarian tulisan arab, tidak perlu menyertakan harokat. Jika kriteria tidak dipilih, maka kamus ini akan mencari di semua kolom yang memuat hasil pencarian, baik kolom Nama, arab, arti maupun nama serupa.


Kamus al-Asma’ ini dapat berjalan di Windows 2000 ke atas ( 2000, Xp, Vista,
7/8). Untuk Windows Vista keatas, tampilan tulisan arab seharusnya sudah otomatis bersambung (tampil dengan benar). Bagi pengguna Windows XP, jika tampilan bahasa Arab masih putus-putus, maka perlu diatur terlebih dahulu bagian Regional & Language Options, caranya sebagai berikut:

1 Buka Klik Star, Pilih/klik Control Panel,pilih (double klik) Regional & Language Options
2 Setelah tampil window Regional & Language Options, pilih tabLanguages
3 Beri tanda cek untuk opsi “Install files for complex script and right-to-left languages (including Thai)” dan klik OK di tampilan konfirmasi.
4 Selanjutnya klik tombol OK atau Apply sehingga windows akan meminta CD Master Windows XP (Insert Disk). Masukkan CD Master windows XP ke CD/DVD-ROM Drive, dan ikuti langkah selanjutnya yang tampil
5 Restart komputer dan setelah itu seharusnya bahasa Arab akan tampil dengan benar

Jika ada masukan, saran, atau perbaikan lainnya silahkan langsung mengirimkan email ke ebta.setiawan [at] gmail [.] com atau langsung menuliskan pada bagian komentar di artikel ini. Download
kamus al-Asma
‘ ( 468 KB) (Link download alternatif :
al-Asma (1),
al-asma (2)


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

TAFSIR SURAT AL-‘ALAQ

Written By Rachmat.M.Flimban on 10 Februari 2017 | 2/10/2017 02:04:00 AM

TAFSIR SURAT 
AL-‘ALAQ
Oleh:
Imam Ibnu
Katsir Asy-Syafi’i

رحمه الله

سورة الغاشية

TAFSIR SURAT AL - 'ALAQ

(Segumpal Darah)

Surat Makkiyyah, Surat ke-96: 19 ayat

"Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang."

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ
(٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)

1. Bacalah dengan (menyebut) Nama Rabb-mu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. 3. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. 5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-‘Alaq [96]: 1-5)

"Wahyu yang pertama kali
diturunkan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah mimpi yang benar melalui
tidur.


Di mana beliau tidak bermimpi melainkan datang sesuatu seperti Shubuh. Setelah itu, beliau menjadi lebih senang mengasingkan diri. Kemudian beliau mendatangi
gua Hira. Di sana beliau beribadah untuk beberapa malam dengan membawa perbekalan yang cukup. Setelah itu, beliau pulang kembali kepada Khadijah untuk
mengambil bekal yang sama sampai akhirnya datang kepada beliau wahyu secara tiba-tiba, yang ketika itu beliau masih berada di gua Hira. Di gua itu beliau
didatangi oleh Malaikat Jibril seraya berkata, 'Bacalah!' Rasulullah صلى الله
عليه وسلم bersabda, "Maka kukatakan: 'Aku tidak dapat membaca."


Lebih lanjut, beliau bersabda: "Lalu Jibril memegangku seraya mendekapku sampai
aku merasa kepayahan. Selanjutnya, Jibril melepaskanku dan berkata: 'Bacalah',
‘Aku tidak dapat membaca,' jawabaku. Kemudian Jibril mendekapku untuk kedua
kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Selanjutnya, dia melepaskanku lagi
seraya berkata, 'Bacalah’, Aku tetap menjawab: 'Aku tidak dapat membaca.’ Lalu
dia mendekapku untuk ketiga kalinya sampai aku benar;benar keparahan. Setelah
itu, dia melepaskanku lagi seraya berkata: (اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ) 'Bacalah dengan Nama Rabb-mu yang menciptakan’ -sampai pada pada ayat- (مَا
لَمْ يَعْلَمْ) 'Apa yang tidak  diketahuinya'.

Dia berkata: "Maka beliau pun pulang dengan sekujur tubuh dalam keadaan menggigil hingga akhirnya masuk menemui Khadijah dan berkata: "Selimuti aku, selimuti aku." Mereka pun segera menyelimuti beliau sampai akhirnya rasa takut beliau hilang. Selanjutnya, beliau bersabda, "Apa yang terjadi padaku?" Lalu beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya seraya bersabda, "Aku khawatir sesuatu akan menimpa diriku."

Maka Khadijah pun berkata kepada beliau: "Tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu, Sesungguhnya engkau adalah orang yang paling suka menyambung tali silaturahmi, berkata jujur, menanggung beban,
menghormati tamu, dan membantu menegakkan pilar-pilar kebenaran.”

Kemudian Khadijah mengajak beliau pergi hingga akhirnya dia mem-bawa beliau menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin 'Abdil 'Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah, saudara laki-laki ayahnya. Dia seorang penganut Nasrani pada masa Jahiliyyah. Dia yang menulis sebuah kitab berbahasa Arab dan juga menulis Injil dengan bahasa Arab dengan kehendak Allah. Dia adalah seorang yang sudah berumur lagi buta.

Lalu Khadijah berkata, "Wahai anak paman, dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini."
Kemudian Waraqah berkata,
"Wahai anak saudaraku, apa yang telah terjadi padamu?"


Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم menceritakan apa yang beliau alami kepadanya.

Lalu Waraqah berkata, "Ini adalah Namus (Malaikat Jibril) yang diturunkan kepada Musa, Andai saja saat ku aku masih muda. Andai saja nanti aku masih hidup saat engkau diusir oleh kaummu."
Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?"

Waraqah menjawab, "Ya, Tidak akan ada seorang pun yang datang dengan membawa apa yang engkau bawa melainkan akan disakiti.

Dan jika aku masih hidup
pada masamu, niscaya aku akan mendukungmu dengan pertolongan yang sangat besar."

Dan tidak lama kemudian,
Waraqah meninggal dunia dan wahyu terhenti, sehingga Rasulullah صلى الله عليه
وسلم benar-benar bersedih hati.

Hadits di atas diriwayatkan di dalam kitab ash-Shohihain, dari hadits az-Zuhri. Dan kami telah membicarakan sanad, matan, dan pengertian hadits ini di awal syarah kami untuk kitab Shahih al-Bukhari secara rinci. Oleh karena itu bagi
yang berminat, di buku itulah penjelasannya.

Dan segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah.
Ayat al-Qur-an yang pertama turun adalah ayat-ayat yang mulia lagi penuh berkah ini. Ayat-ayat
tersebut merupakan rahmat pertama yang dengannya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya sekaligus sebagai nikmat pertama yang diberikan kepada mereka.
Di dalam ayat-ayat
tersebut juga termuat peringatan mengenai permulaan penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan bahwasanya di antara kemurahan Allah Ta'ala adalah Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dengan demikian, Dia telah
memuliakannya dengan ilmu. Dan itulah hal yang menjadikan bapak ummat manusia ini, Adam mempunyai kelebihan atas Malaikat.

Terkadang, ilmu berada di
dalam akal pikiran dan terkadang juga berada dalam lisan. Juga terkadang berada dalam tulisan. Secara akal, lisan, dan tulisan mengharuskan perolehan ilmu, dan
tidak sebaliknya.

Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman,

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ.
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ)

"Bacalah, dan Rabb-mulah
Yang Paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Di dalam atsar disebutkan:
قَيْدُ الْعِلْمَ بِالكِتَابَةِ "Ikatlah ilmu itu dengan tulisan."
Selain itu, di dalam atsar juga disebutkan:
"Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya apa yang tidak diketahui sebelumnya"

كَلا إِنَّ الإنْسَانَ
لَيَطْغَى (٦) أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (٧) إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى (٨)
أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى (٩) عَبْدًا إِذَا صَلَّى (١٠) أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ
عَلَى الْهُدَى (١١)

أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى
(١٢) أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (١٣) أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ
يَرَى (١٤) كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (١٥) نَاصِيَةٍ
كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ (١٦) فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ (١٧)

سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ
(١٨) كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ (١٩)

6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

7. karena dia melihat dirinya serba cukup
8.
Sesungguhnya hanya kepada Rabb-mulah kembalimu.

9.
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,

10.
seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat,

11.
bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12.
atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah).

13.
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14.
Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
15.
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami
tarik ubun-ubunnya,

16.
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.

17.
Maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),

18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,

19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujud dan dekatkanlah (dirimu
kepada Rabb). (QS. al-‘Alaq [96]: 6-19)

Allah Ta'ala memberitahukan tentang manusia, bahwa ia merupakan makhluk yang bisa senang,
jahat, sombong, dan sewenang-wenang jika dia melihatnya dirinya telah merasa cukup dan memiliki banyak harta. Kemudian Dia memberikan peringatan, mengancam
sekaligus menasihatinya, di mana Dia berfirman: (إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى)
''Sesungguhnya hanya kepada Rabb-mulah kembali(mu)." Yakni, hanya kepada Allah tempat kembali. Dan Dia akan menghisabmu atas harta yang engkau miliki, dari
mana engkau mengumpulkannya dan untuk apa pula engkau membelanjakannya.

Lebih lanjut, Allah Ta'ala
berfirman: (أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى. عَبْداً إِذَا صَلَّى)

"Bagaimana pendapatmu
tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat."

Ayat ini turun berkenaan
dengan Abu Jahal, semoga Allah melaknatnya, yang mengancam Nabi صلى الله عليه
وسلم jika akan mengerjakan shalat di Baitullah, Kemudian Allah menasihati beliau dengan sesuatu yang lebih baik.

Untuk langkah pertama, di
mana beliau bertanya, (أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى) "Bagaimana
pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran."

Maksudnya, bagaimana
dugaanmu jika orang yang engkau larang itu berada di jalan yang lurus dalam perbuatannya itu atau menyuruh untuk bertakwa melalui ucapannya, sedang dirimu
justru melarang dan mengancamnya atas shalat yang dikerjakannya itu.

Oleh karena itu, Dia
berfirman: (أَلَـمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى)

"Tidakkah dia mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”, Maksudnya, tidakkah orang yang melarang itu mengetahui bahwa Allah melihatnya dan mendengar
ucapannya serta akan memberi ganjaran atas apa yang telah dia kerjakan itu dengan ganjaran yang benar-benar sempurna.

Kemudian, dengan nada
mengancam dan mengintimidasi, Allah Ta'ala berfirman, (كَلَّا لَئِن لَّـمْ
يَنتَهِ)

"Ketahuilah, sungguh jika
dia tidak berhenti," yakni jika dia tidak kembali dari keingkaran dan pembangkangannya itu, (لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ) "Niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya," yakni Kami akan warnai dia dengan warna hitam pada hari Kiamat kelak.

Selanjutnya, Dia berfirman,
(نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ) "Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi
durhaka."

Yaitu ubun-ubun Abu Jahal
yang penuh kebohongan dalam ucapannya dan menyimpang dalam perbuatannya. (فَلْيَدْعُ
نَادِيَه) "Maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya)," yakni
kaum dan kelompoknya. Maksudnya, hendaklah dia memanggil mereka untuk meminta pertolongan kepada mereka, (سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ) "Kelak Kami akan memanggil
Malaikat Zabaniyah.”

Mereka Itu adalah para Malaikat adzab, sehingga dia dapat mengetahui, apakah
pasukan kami yang menang ataukah pasukannya? Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما, dia berkata: "Abu Jahal pernah berkata, 'Jika aku
melihat Muhammad mengerjakan shalat di Ka'bah, niscaya akan aku injak lehernya.'

Kemudian Nabi صلى الله
عليه وسلم mendengar berita tersebut dan berkata, “Jika dia berani melakukan hal
tersebut, pasti Malaikat akan menghukumnya.'

Demikianlah yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasa-i.

Imam Ahmad, at-Tirmidzi,
an-Nasa-i, dan Ibnu jarir meriwayatkan, dan ini adalah lafazhnya dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما, di mana dia berkata;

"Rasulullah صلى الله عليه
وسلم pernah mengerjakan shalat di maqam, lalu Abu Jahal bin Hisyam melewatinya seraya berkata, ‘Hai Muhammad, bukankah aku telah melarangmu mengerjakan ini?'

Dia mengancam beliau. Maka
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersikap kasar terhadapnya seraya menghardiknya,
lalu dia berkata, 'Hai Muhammad, dengan apa engkau mengancamku?

Demi Allah, sesungguhnya aku memiliki kelompok yang lebih banyak di lembah ini.'

Lalu Allah menurunkan ayat:
(فَلْيَدْعُ نَادِيَه. سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ)

'Maka biarkanlah dia
memanggil golongannya (untuk menolongnya).

Kelak Kami akan memanggil
Malaikat Zabaniyah." Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما
mengatakan,
"Seandainya dia memanggil
kelompoknya, pasti Malaikat adzab akan menimpakan adzab kepadanya saat itu juga."

At-Tirmidzi mengatakan: "Hadits
ini hasan shahih."

Dan firman Allah Ta'ala: (كَلَّا
لَا تُطِعْهُ) ''Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya."

Maksudnya, hai Muhammad, janganlah kamu mentaati larangannya itu, yaitu larangan
untuk terus beribadah dan memperbanyaknya. Shalatlah sekehendak hatimu dan jangan engkau mempedulikannya, karena Allah akan selalu menjaga dan menolongmu,
dan Dia senantiasa memeliharamu dari orang-orang. (وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ) "Dan
sujud dan dekatkanlah."

Sebagaimana yang telah
disebutkan hadits shahih di dalam Shahih Muslim,

dari Abu Hurairah رضي الله
عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم

pernah bersabda: أَقْرَبُ
مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

"Saat paling dekat antara
seorang hamba dengan Rabb-nya adalah saat dia melakukan sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa."

Rasulullah juga bersujud saat membaca surat (إِذَا السَّمَاءُ انشَقَّتْ) dan
surat (اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ)


Disalin
dari kitab Tafsir Ibnu Katsir jilid 8 terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Sunan ad-Darimi,
bab Min Rukhshati Kitaabil 'llm.


Diriwayatkan oleh an-Nasa-i dari ats-Tsauri dari Abu Hurairah, bahwa mereka biasa melakukan Sujud saat membacanya bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم

Disalindari eBook Ibnumajjah


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger