Latest Post
Tampilkan postingan dengan label syariat-islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label syariat-islam. Tampilkan semua postingan

Kebenaran Untuk Anak, Berangkat Tidur di Malam Hari

Written By Rachmat.M.Flimban on 09 Februari 2017 | 2/09/2017 02:06:00 AM

Kebenaran Untuk Anak,
Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan
Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an
Oleh Harun Yahya

 
Berangkat Tidur di Malam Hari
 
Bagi semua orang yang berpikir, ada banyak hal untuk direnungkan dalam penciptaan malam. Allah mengemukakan ini kepada manusia dalam ayat Al Qur'an berikut: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta-merta mereka berada dalam kegelapan” (QS Ya Sin, 36:37). Salah satu hal penting dalam penciptaan itu tersimpan dalam hilangnya cahaya secara perlahan-lahan dan semakin gelapnya langit. Karena peralihan yang lambat ini, makhluk hidup dengan mudah menjadi terbiasa dengan perbedaan cahaya dan suhu antara siang dan malam dan tidak menghadapi bahaya karena perbedaan tersebut. Allah, dengan ilmu dan kekuasaan-Nya Yang Mahatinggi, memiliki belas kasih kepada hamba-Nya dan semua makhluk hidup, dan dia memberikan nikmat tersebut kepada semua orang. Namun sebagian besar manusia tidak memikirkannya walau hanya sekali saja dalam kehidupan mereka.
Ketika seseorang yang menjalani hidup menurut nilai-nilai Al Qur'an memikirkan hal ini, dia melihat bukti lain dari apa yang difirmankan Allah dalam ayat ke-92 Surat Yusuf: “… dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." Tidak ada keraguan bahwa bergantinya siang dan malam merupakan salah satu dari nikmat yang tidak terhitung jumlahnya yang diciptakan Allah untuk manusia. Supaya dapat memahami ini dengan lebih baik, Allah mengajak kita memperhatikan akan hal ini di dalam Al Qur'an:
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?" Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu agar kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS Al Qashash, 28:71-72)
Allah menciptakan keadaan, keseimbangan, dan sistem yang diperlukan untuk siang dan malam. Hanya Allah yang mampu menolong jika salah satu dari semua hal ini tidak ada. Apabila Allah menghendaki, dia dapat menciptakan siang terus-menerus atau malam terus-menerus. Akan tetapi, makhluk hidup tidak mampu bertahan hidup dalam keadaan semacam itu. Jika keadaan semacam itu terjadi, kehidupan di bumi akan berakhir. Tidak ada keraguan bahwa Allah menciptakan siang dan malam dalam keteraturan yang sempurna, yang menyediakan lingkungan tempat makhluk hidup mampu bertahan. Ini adalah tanda kasih sayang dan belas kasihan-Nya. Dalam ayat yang mengikuti ayat sebelumnya, Allah berfirman sebagai berikut:
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (QS Al Qasas, 28:73)
Orang yang merenungkan alasan di balik bergantinya siang dan malam hanyalah orang yang menggunakan akal pikiran untuk memikirkan penciptaan tersebut, dan mereka yang takut kepada Allah, yaitu, yang menjalani hidup sesuai dengan Al Qur'an. Allah menerangkan ini dalam beberapa ayat:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS Ali ‘Imran, 3:190)
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa. (QS Yunus, 10:6)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS Al Baqarah, 2:164)
Allah menciptakan metabolisme manusia yang membutuhkan istirahat di malam hari. Dia menerangkan hal ini dalam ayat-ayat berikut:
Dialah yang menjadikan malam bagimu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang-benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar (QS Yunus, 10:67).
Allah-lah yang menjadikan malam untukmu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang-benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (QS Al Mukmin, 40:61).
Selain sebagai waktu beristirahat, malam memiliki sifat lain yang sangat istimewa. Salah satu alasan diciptakannya malam adalah karena waktu yang penuh kedamaian dan ketenangan di seluruh penjuru dunia ini sangat bernilai untuk kegiatan ibadah tertentu. Dibandingkan dengan siang hari, malam hari lebih memberikan kemudahan untuk berpikir, membaca, dan berdoa. Allah menerangkan ini di dalam Al Qur'an:
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (QS Al Muzzammil, 73:8)
Adalah lebih mudah bagi kita untuk memusatkan pikiran di malam hari untuk memikirkan keajaiban ciptaan Allah, membaca Al Qur'an dan berdoa. Orang beriman yang menyadari hal ini tidak akan menghabiskan seluruh malam hanya dengan tidur atau beristirahat. Diam-diam dia akan menghadap Allah untuk menyampaikan kebutuhannya dan memohon pengampunan atas segala kekeliruan dan kesalahannya. Dia akan menilai hari yang telah berlalu, meninjau ulang kekeliruan yang telah dibuatnya, menyesali kesalahannnya, dan memohon ampun. Dia akan menjalani waktunya di jalan yang disukai Allah, mengingat-Nya, dan mencoba untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dia akan memikirkan banyak hal seperti keberadaan Allah dan kemuliaan-Nya, Al Qur'an, rancangan alam semesta yang luar biasa, makhluk hidup di bumi dengan sistem yang tanpa cacat, nikmat yang terus-menerus diciptakan Allah, Surga, Neraka, dan keabadian. Perilaku orang beriman yang mengabdikan sebagian malam untuk beribadah dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat Al Qur'an:
(Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu ialah)… orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (QS Al Furqan, 25:64)
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdo'a kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap. (QS As Sajdah, 32:16)
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar, 39:9)
Dengan jalan ini, orang beriman melaksanakan Sunnah Nabi kita SAW yang menghabiskan sebagian waktu setiap malam dengan berdoa, renungan, dan dengan ibadah. Hal ini disebutkan dalam satu ayat:
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu… (QS Al Muzzammil, 73:20)
Sebuah hadis telah disampaikan kepada kita, bahwa Nabi kita SAW berdoa agar Allah memberinya watak dan perbuatan yang baik. Diriwayatkan bahwa beliau berdoa sebagai berikut:
“ Ya Allah, jadikanlah jalan dan perbuatanku menjadi baik. Ya Allah, selamatkanlah aku dari sifat dan perbuatan yang buruk.” (Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin)
Tidak boleh dilupakan bahwa, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, tidur adalah layaknya kematian. Bila Allah menghendaki, seseorang tidak akan bangun lagi. Dengan alasan ini, menit terakhir sebelum tidur bisa jadi merupakan kesempatan terakhir bagi seseorang untuk memohon ampun. Allah menerangkan ini dalam Al Qur'an:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS Az Zumar, 39:42)
Orang beriman yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur'an mengetahui nilai dari kesempatan yang diberikan oleh Allah kepadanya ini (mungkin yang terakhir baginya) sebelum tidur. Dia menyimpannya dalam ingatan dan dengan ikhlas mendekatkan diri kepada Allah; dia memohon ampun atas tindakannya yang salah, memohon pertolongan Allah dalam segala hal, dan berdoa hanya kepada-Nya dalam larutnya malam.
Disalin dari eBook Harun Yahya
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kebenaran Untuk Anak, Berdo'a

Kebenaran Untuk Anak
Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan
Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an
Oleh Harun Yahya

 
Berdo'a
Ayat ke-56 Surat Adz Dzariyat yang berbunyi: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” menyatakan bahwa Allah telah menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya. Dengan kata lain, tujuan diciptakannya manusia adalah, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an, untuk mengabdi kepada Allah yang telah menciptakan segalanya. Untuk itu, orang yang menerima Al Qur'an sebagai pedoman hidup mereka akan menempatkan pengabdian kepada Allah di atas segalanya. Mereka menggunakan kehidupan singkat mereka (sekitar 70 tahun bila Allah menghendakinya) dengan memperhatikan kehidupan akhirat dan meraih ridha Allah. Hal ini terlihat dengan sendirinya dalam setiap saat di kehidupan duniawi mereka.
 
Orang beriman selalu menyadari bahwa ajaran Al Qur'an berlaku tidak hanya pada sebagian saja dari hidupnya di dunia ini, atau pada saat atau tahapan tertentu di dalamnya, melainkan pada seluruh hidupnya. Dia mematuhi semua perintah Allah dengan sepenuh kemampuannya dan melakukan sebanyak mungkin kebajikan yang dapat dia lakukan, Dia menghabiskan waktunya dengan amal ibadah sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam Al Qur'an. Di saat dia telah menyelesaikan pekerjaannya, dia melanjutkan ke pekerjaan berikutnya. Karena Allah berfirman dalam ayat 162 Surat Al An’am, (6:162): “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” dia mengejar apa yang baik dan bermanfaat, dan tidak ada kata henti, tunggu, atau batasan dalam usahanya tersebut. Bagi orang beriman, memulai pekerjaan baru setelah yang sebelumnya diselesaikan adalah penting karena dia tahu bahwa dia harus menghabiskan setiap detik yang diberikan kepadanya di dunia ini dengan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah. Dia akan memberi perhatian kepada hidup setelah mati dalam setiap saat yang telah dilewatinya di dunia ini. Untuk itu, dia menghabiskan setiap menit dengan hanya mengharapkan ridha Allah, dan mengerjakan semua yang dia harapkan paling diridhai oleh Allah. Dalam Al Qur'an, Allah menyampaikan kepada orang beriman untuk mencurahkan usahanya menuju ke arah tersebut:
 
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS Alam-Nasyrah, 94:7)
Perbuatan orang beriman untuk mendapatkan ridha Allah tidak berhenti dari hari ke hari. Hal ini ditunjukkan dalam ayat ke-76 Surat Maryam: “Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” Dan dalam ayat yang lain, Allah menerangkan bahwa Dia menginginkan agar manusia tekun dalam ibadah mereka:
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (QS Maryam, 19:65)
 
Jalan pemikiran sesat dari sebagian kaum jahiliyah dalam persoalan ini, menjerumuskan mereka ke dalam keragu-raguan akan keberadaan kehidupan setelah mati dan hanya melakukan beberapa kegiatan peribadatan dari waktu ke waktu saja.
Sebagian orang membuat kekeliruan yang sangat besar ketika berusaha memperoleh nikmat di dunia ini, yang mereka jadikan sebagai tujuan. Mereka melakukan apa saja untuk menjadi kaya, mendapat jabatan, dan mendapatkan hal lain yang mereka inginkan. Dalam waktu yang sangat singkat mereka terlibat dalam sebuah perlombaan yang besar demi “harga yang sedikit” (QS. At-Taubah, 9:9) yang akan segera lenyap dari mereka. Namun orang beriman yang mengejar ridha Allah dan jalan menuju Surga, berjuang hanya demi Allah. Al Qur'an menggambarkan sifat orang beriman ini:
 
 
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. (QS Al Isra’, 17:19)
Orang beriman yang menghabiskan seluruh harinya dengan mencari ridha Allah giat dan bersemangat dalam menunaikan sholatnya. Dia mengingat Allah sepanjang hari di dalam hatinya dan dalam kegiatannya dan merenungi dalam-dalam kekuasaan-Nya, kecerdasan-Nya, pengetahuan-Nya, karya seni-Nya, dan sifat-sifat-Nya yang lain. Sikap ini merupakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dari perintah yang ada dalam ayat-ayat berikut:
 
“…Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (QS Ali ‘Imran, 3:41)
 
Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang. (QS Al A’raf, 7:205)
Dalam ayat 28 Surat ar-Ra’d, Allah berfirman bahwa hati hanya akan merasa damai jika mengingat Allah:
 
… (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah… (QS. ar-Ra’d, 13:28)
 
Seseorang yang menjadikan Al Qur'an sebagai petunjuknya akan sangat berhati-hati dalam melakukan ibadah seperti sholat lima waktu, berpuasa, dan berwudhu, sebagaimana yang telah Allah perintahkan. Misalnya, sholat tepat waktu adalah hal yang penting. Dia tidak membiarkan urusan dunia menghalanginya dalam menunaikan sholat. Setiap dia sholat, dia melakukannya dengan rendah hati, suka-cita dan bersemangat, berharap bahwa hal itu akan membawanya semakin dekat kepada Allah.
 
Namun demikian, orang yang tidak mendekatkan diri kepada Allah dengan semangat yang benar, melainkan untuk pamer atau takut akan pendapat orang lain, tidak dapat merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah. Saat mereka melakukan sholat, mereka tidak tahu bahwa itu dapat mendekatkan dirinya kepada Allah. Pikiran mereka terlalu tenggelam dalam urusan sehari-hari sehingga sulit untuk dapat mengingat Allah dan memuji-Nya. Dalam Al Qur'an, Allah memperingatkan orang-orang yang lalai dalam sholatnya:
 
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya. (QS Al Ma’un, 107:6)
Ini berarti, mereka menunda sholat dari waktu yang telah ditentukan dan bahkan tidak melaksanakannya sama sekali. Sekalipun demikian, meski Surat tersebut tidak merujuk pada hal itu, orang yang cerdas akan melihat peringatan akan kelalaian dalam sholat.
 
Orang yang lalai keliru ketika berpikir bahwa mereka melakukan sesuatu untuk Allah tanpa takut kepada-Nya, memikirkan-Nya dan tanpa merasakan kehadiran atau kedekatan-Nya. Perilaku yang akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah meliputi keiklasan dalam mendirikan sholat, takut kepada Allah dan kepatuhan serta merendahkan-diri di hadapan-Nya.
 
Sebagian orang memiliki pandangan yang sangat sempit tentang sholat, menganggap bahwa cukuplah mematuhi beberapa perintah Allah saja dalam sehari. Padahal, menurut Al Qur'an, ibadah tidak hanya terbatas pada perintah agama seperti sholat, berpuasa, haji, dan bersedekah.
 
Ibadah berarti melayani. Jadi, ibadah meliputi tingkah laku seseorang dan pikirannya serta segala hal yang dilakukan dan diucapkan sebagai hamba Allah. Sepenting apa pun sebuah kewajiban sholat sebagai sebuah amal ibadah pribadi, begitu pula halnya mengalahkan kemarahan, menggunakan tutur kata yang sopan, melakukan kebaikan dan melarang kejahatan, memberikan kepercayaan kepada muslim yang lain dan tidak bersikap menang sendiri; semua ini juga termasuk perbuatan ibadah. (Untuk lebih lengkapnya bacalah karya Harun Yahya Commonly Disregarded Rulings of the Qur'an (dalam Bahasa Indonesia berarti, Aturan Al Qur’an yang Sering Diabaikan). Karena itu, perilaku baik termasuk hal yang harus dilaksanakan dan diterapkan dengan cara yang sama dalam hal semangat dan kekhusyukan dengan amal ibadah. Tentu, sejalan dengan itu, seorang Muslim harus mengetahui berbagai hubungan muamalah di dunia, seperti jual-beli, sewa-menyewa, pernikahan, dan perceraian yang dapat diterima, serta cara yang benar untuk melakukan hal-hal tersebut. Singkatnya, orang beriman menunjukkan kepedulian yang sangat besar di setiap saat dalam hidupnya pada perintah Allah dalam Al Qur'an serta terhadap perintah, larangan, dan tuntunan Rasulullah SAW.
 
Salah satu amal ibadah yang paling penting yang dapat dilaksanakan oleh orang beriman sepanjang hari adalah berdakwah, yaitu mengajak manusia mengikuti jalan yang benar, menyampaikan kebaikan kepada mereka, dan memperingatkan mereka akan kejahatan, serta mengajak mereka untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai Islam, Iman, dan Ihsan serta membaca Al Qur'an. Ibadah ini merupakan bagian penting dalam kegiatan mereka sehari-hari. Orang beriman bertanggung jawab setiap saat sebagai wakil Allah di antara makhluk-Nya dan menyerukan agama Allah melalui perkataannya, perilakunya, dan keberadaan dirinya sendiri. Tanggung jawab ini tidak semata-mata terbatas pada kegiatan ibadah. Orang beriman akan berusaha menjadi teladan bagi orang di sekitarnya dengan bertindak dengan cara sebaik mungkin. Allah berfirman mengenai hal ini dalam Al Qur'an:
 
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS At Taubah, 9:71).
 
Orang beriman bersemangat untuk melakukan semua yang bisa dia lakukan untuk mengajak orang lain kepada Allah dan kepada jalan-Nya. Dia akan menyampaikan kepada mereka mengenai Allah, Keesaan-Nya, dan sifat-sifat-Nya, tujuan penciptaan mereka, perilaku, dan perbuatan baik serta bentuk kehidupan yang disukai oleh Allah. Mereka juga menyampaikan kebaikan, kejahatan, kebenaran, dan kekeliruan yang difirmankan dalam Al Qur'an, Hari pembalasan, Neraka dan Surga, dan pembahasan lain semacam itu. Dia akan menyampaikan kepada mereka mengenai Nabi Muhammad SAW dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat mereka tertarik kepadanya, untuk mengikuti dan meneladaninya.
 
Perbincangan antar-orang beriman benar-benar menjadi peringatan bersama. Mereka saling mengajak untuk mematuhi perintah Allah dan hidup berdasarkan Sunnah Rasul-Nya SAW dan untuk menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam. Singkatnya, jalan yang lazim ditempuh oleh orang beriman adalah saling mengingatkan dan memberi peringatan.
Orang beriman menggunakan cara lisan maupun tulisan sebagai peringatan, dan mereka dapat memanfaatkan sarana komunikasi massa yang sangat maju saat ini. Dalam memanggil orang kepada ajaran Al Qur'an, mereka dapat memanfaatkan televisi, radio, buku, majalah, surat kabar, internet, atau media lainnya.
 
Sama pentingnya dengan dakwah harian kepada Islam oleh orang beriman yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur'an, ada waktu yang mereka sediakan untuk mempersiapkan dakwah tersebut. Dalam Al Qur'an, Allah menunjukkan bahwa orang yang ingin melaksanakan perjuangan pemikiran di jalan-Nya, pertama-tama harus melakukan persiapan untuk itu. Untuk itu, sangatlah penting agar seseorang mempersiapkan diri dengan berbagai cara untuk pekerjaan ini. Allah berfirman: “Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu.” (QS At Taubah, 9:46)
 
Untuk menyampaikan pesan Allah, salah satu hal yang harus dilakukan oleh orang beriman yang memenuhi syarat untuk berdakwah adalah mengembangkan dirinya sendiri dan mempelajari berbagai macam pengetahuan yang berguna untuk dapat menyampaikan agama Allah. Yaitu, dia harus mendidik dirinya sendiri, baik dalam hal agama maupun kecerdasan. Dia harus melakukan segala usaha untuk berbicara dan menulis dengan tepat, langsung pada pokok masalah dan tepat sasaran, mampu meyakinkan orang lain, tepat guna, dan memuaskan pendengarnya dengan kearifan yang dipelajarinya dari agama Allah. Syarat utamanya adalah orang beriman mempelajari agama Islam, makna ayat-ayat Al Qur'an, dan memahami perbuatan dan perkataan Nabi kita Muhammad SAW. Jadi, semua persiapan dan usaha ini mendapat tempat istimewa dalam kehidupan sehari-hari orang beriman yang mampu dan berhak untuk menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya.
 
Bersambung ; Berangkat Tidur di Malam Hari
Disalin dari, eBook Harun Yahya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kehidupan Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an

Kebenaran Untuk Anak, Olahraga dan Latihan Fisik
Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan
Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an
Oleh Harun Yahya

 
Olahraga dan Latihan Fisik
Setiap orang beriman mengetahui bahwa tubuhnya telah diamanahkan kepadanya untuk digunakan dalam waktu yang singkat di kehidupan dunia ini. Dia bertanggung jawab untuk memeliharanya sebaik mungkin. Oleh karena itu dia berhati-hati menjaga kesehatannya. Untuk itu, dia menyediakan waktu dengan sungguh-sungguh dalam kegiatannya sehari-hari untuk melakukan olahraga atau latihan fisik. Olahraga dan latihan fisik membantu menguatkan tubuh, memberikannya daya tahan, dan membuat tubuh mampu berfungsi teratur dan sehat. Olahraga memungkinkan orang beriman untuk bekerja lebih baik lagi untuk mendapatkan ridha Allah dan beramal saleh.
Metabolisme (kerja tubuh) manusia tidak akan baik jika kita tidak melakukan kegiatan. Metabolisme diciptakan untuk mendukung pergerakan. Saat ini diketahui bahwa olahraga memiliki banyak manfaat: olahraga memperkuat kekebalan tubuh, peredaran darah, pernapasan, dan sistem saraf.Olahraga membuat tubuh memiliki daya tahan lebih terhadap kumandan penyakit. Olahragamenjamin keteraturan fungsi sistem hormon, hati dan pembuluhdarah. Olahraga memperkuat otot, sendi, dan urat otot. Olahraga meningkatkan kondisi tubuh dan kekuatan. Olahraga membantu memelihara keseimbangan dalam gula darah, mengurangi tingkat kolesterol “jahat”, dan menambah tingkat kolesterol “baik”.
Alasan lain mengapa orang beriman berusaha berolahraga dengan baik, adalah karena kesehatan fisik adalah ciri yang disorot oleh Allah dalam Al Qur'an, untuk kita perhatikan. Misalnya, dapat dilihat pada ayat 144 Surat al-A’raf, ketika Allah berkata kepada Musa AS dan memilihnya untuk memimpin Bani Israil. Kisah tersebut menceritakan tentang kekuatan fisiknya. Ayat lain menceritakan kekuatan fisik Talut AS yang diutus untuk memimpin kaumnya:
Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab, "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah, 2:247)
Ada alasan lain, mengapa orang beriman harus dengan seksama memperhatikan kebutuhan olahraga: apabila orang yang menyampaikan ajaran Al Qur'an berpenampilan fisik yang kuat dan menarik, dia akan memiliki pengaruh terhadap orang lain. Penampilan luar orang tersebut yang terhormat dan menarik akan memberi kesan yang baik bagi mereka yang sedang diajaknya berbicara.
Oleh karena itu, orang beriman harus selalu berusaha untuk memelihara tubuh yang kuat dan sehat. Mereka tidak boleh malas, teledor, atau ceroboh dalam hal ini.
Disalin dari eBook Harun Yahya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kebenaran Untuk Anak, Berbelanja

Written By Rachmat.M.Flimban on 08 Februari 2017 | 2/08/2017 10:36:00 PM


Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan

Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an

Oleh Harun Yahya



Berbelanja

Saat ini berbelanja
merupakan kegiatan penting bagi banyak orang. Misalnya, banyak orang
menghabiskan berjam-jam, bahkan berhari-hari mendatangi toko demi mendapatkan
busana untuk dipamerkan kepada teman-teman mereka. Mereka menghabiskan banyak
uang untuk pakaian yang akan dikenakan beberapa saat saja dalam hidup mereka.
Tanpa peduli dengan keadaan lemari mereka yang sudah penuh, mereka mungkin akan
membeli pakaian baru dengan hasrat yang tidak berkurang. Bagi orang ini,
berbelanja lebih dari sekadar sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjadi
bagian penting dalam hidup mereka. Inilah sifat orang yang lupa diri saat
berbelanja dan seringkali membeli barang kemudian mereka sesali telah membelinya.

Sudah barang tentu,
berbelanja adalah penting bagi setiap orang dan bahkan bisa menjadi sebuah
kegiatan sehari-hari yang menyenangkan. Namun yang salah adalah jika belanja
dapat menimbulkan hasrat duniawi dalam diri manusia dan membuat mereka
sepenuhnya lalai akan kehidupan setelah mati. Mereka mencurahkan seluruh hidup,
pikiran, dan kegiatan untuk kegiatan ini. Bukan mencari jalan yang diridhai oleh
Allah Yang telah menciptakan mereka, mereka malah mencoba mencari kepuasan dalam
pekerjaan sepele seperti berbelanja.

Seperti dalam bagian lain
dari kehidupan, seseorang yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an pun akan
mencoba memandang kegiatan berbelanja sebagai kebaikan yang telah diciptakan
oleh Allah serta makna di balik peristiwa yang terjadi. Baginya, berbelanja
bukan sekadar berjalan-jalan tanpa tujuan, melainkan kesempatan untuk mencukupi
dirinya dan keluarganya dengan barang yang dia butuhkan. Berbelanja sudah pasti
tidak akan menjauhkannya dari melakukan kewajibannya kepada Allah. Allah
memerintahkan orang beriman di dalam Al Qur’an:

Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap ridha-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya;
dan adalah keadaan (mereka itu) melewati batas. (QS Al Kahfi, 18:28)

Orang beriman yang pergi
berbelanja akan selalu ingat: Allah telah menciptakan berbagai macam makanan,
pakaian, dan nikmat-nikmat lainnya bagi orang beriman. Namun di banyak negara,
karena pengangguran, kemiskinan atau konflik, orang tidak dapat menemukan apa
pun untuk dimakan. Walaupun tinggal di negara yang kaya akan sumber daya alam,
ada orang yang terlalu miskin untuk dapat membeli kebutuhan mereka. Semua ini
berada di bawah kekuasaan Allah. Jumlah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk diberikan kepada manusia memiliki alasan tersendiri. Allah mengingatkan
kita akan hal ini dalam Al Qur’an:

Dan tidakkah mereka
mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang
dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. (QS Az Zumar, 39:52)

Allah telah menciptakan
berbagai macam keadaan untuk menguji manusia. Dan orang beriman tidak akan
berhenti bersyukur atas apa yang diterimanya, dalam keadaan apa pun dia berada.
Dia menyadari bahwa ujian dan keadaan dirinya hanyalah bersifat sementara. Untuk
itu, dia berkemauan keras untuk bertindak setiap saat dengan cara yang disukai
Allah. Dia mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah atas nikmat-Nya di dalam
hati, dalam ucapannya, dan dalam tindakannya. Dia membelanjakan karunia yang
dimilikinya pada amal saleh, dan jika Allah membatasi nikmat yang diterimanya,
dia akan bersabar dan tetap bersyukur dengan ikhlas kepada-Nya. Dia tahu bahwa
dia sedang diuji dengan kemiskinan dan berdoa agar Allah memberinya kesabaran.
Dalam segala keadaan, orang beriman ridha atas keputusan Allah dan berharap agar
Allah merasa ridha dengannya.

Namun manusia yang
mengikuti tradisi, kebiasaan, dan norma masyarakat yang tidak hidup berdasarkan
ajaran Al Qur'an, segera kehilangan rasa bersyukur mereka di saat berhadapan
dengan ketidaknyamanan yang paling kecil sekalipun. Allah melaknat mereka dalam
Al Qur'an, sebagai kehinaan karena tidak mampu melihat bahwa kekayaan dan
kemakmuran mereka adalah sebuah cobaan yang sama dengan pengalaman mereka akan
kemiskinan dan kekurangan:

Adapun manusia, apabila
Tuhannya mengujinya, lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
akan berkata, "Tuhanku telah memuliakanku." Adapun bila Tuhannya mengujinya,
lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku." (QS Al Fajr,
89:15-16)

Allah telah menciptakan
nikmat yang tidak terhitung jumlahnya di bumi ini. Namun, orang yang tidak
menyadari hal ini lupa bahwa hanya atas kehendak Allah dan izin-Nya sajalah
mereka dapat membeli makanan dan pakaian mereka. Mereka tidak berterima kasih
kepada Allah. Mereka justru terus-menerus bertindak di bawah kendali hawa nafsu.
Semua yang mereka pikirkan di saat berbelanja adalah pakaian mana yang akan
dikagumi teman-teman mereka. Apa yang memenuhi pikiran mereka seringkali adalah:
di mana mereka dapat membeli pakaian dengan model terbaru dan paling menarik
dalam hal warna dan mutu yang mereka inginkan. Mereka selalu menaruh perhatian
kepada apa yang dimiliki orang lain. Mereka iri akan semua itu. Mereka tidak
sanggup hidup tanpa harta benda maupun materi. Mereka sangat menginginkan
memiliki kekayaan dan harta benda. Mereka membandingkan apa yang telah mereka
terima dengan apa yang diterima oleh orang lain. Mereka menjadi tidak sabar.
Mereka berpikir bahwa mereka diperlakukan tidak adil dan mereka tidak bersyukur.
Dalam Al Qur'an, Allah menerangkan sikap tidak bersyukur orang yang tidak puas
dengan apa yang mereka miliki dan selalu menginginkan lebih banyak lagi:

Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia,
tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). (QS An Naml, 27:73)

Orang beriman yang hidup
sesuai dengan ajaran Al Qur'an mengetahui bahwa nikmat yang ada di sekelilingnya
merupakan pemberian dari Allah. Mereka berhati-hati untuk tidak membelanjakan
uang dengan tergesa-gesa. Di saat sedang berbelanja, dia berusaha sekuat tenaga
untuk menghindari buang-buang uang dan waktu. Dia bertindak sesuai dengan firman
Allah dalam Al Qur'an:

“.. makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan (QS Al A’raf, 7:27).

Dia tidak pernah lupa
bahwa Allah menyebut orang yang menghambur-hamburkan uang secara berlebihan
sebagai “saudara-saudara setan” (QS Al Isra’, 17:27).

Al Qur'an menuntut kita
untuk tidak menghamburkan uang dalam berbelanja atau membeli barang lainnya.
Seperti itu pula kita dituntut untuk bersifat dermawan. Allah menerangkan hal
ini di dalam Surat al-Furqan: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah yang demikian (QS. al-Furqan, 25:67)”. Ayat ini meningkatkan
kearifan yang ditunjukkan oleh orang-orang beriman dalam cara mereka berbelanja.

Bersambung
» Olahraga dan Latihan Fisik

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kebenaran Untuk Anak, Ditempat kerja


Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan

Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an


Oleh Harun Yahya


Di Tempat Kerja

Pada umumnya orang dewasa menghabiskan sebagian besar hari mereka untuk
bekerja. Namun mereka yang bertindak sesuai dengan ajaran Al Qur’an sangat berbeda dengan rekan-rekan kerjanya, yang memiliki kesamaan nilai moral. Bagi
orang beriman, tidak peduli betapa penting urusannya di hari itu, melakukan pengabdian dan menyembah Allah adalah lebih penting daripada apa pun. Allah
menerangkan hal ini dalam Al Qur’an:

Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan," dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki." (QS Al Jumu'ah, 62:11)

Orang beriman menyadari hal ini, dan tidak ada pekerjaan yang akan
mencegahnya dari mengingat nama Allah atau melakukan sholat. Dia tidak akan mengabaikan atau menunda kewajiban agama apa pun demi meraih materi. Allah
mengajak kita untuk memperhatikan ini dalam sebuah ayat Al Qur’an:

Bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (QS An Nur, 24:36-37)

Alasan di balik memberikan perhatian pada perniagaan dalam ayat ini adalah
karena keinginan yang besar akan keuntungan materi merupakan salah satu kelemahan terbesar pada manusia. Sebagian orang rela mengabaikan ajaran agama
demi mendapatkan uang lebih banyak, memperoleh harta lebih banyak, dan meraih kekuasaan lebih besar. Misalnya, mereka tidak melaksanakan sholat atau
menunaikan kewajiban lainnya, dan mereka tidak menunjukkan watak terpuji, walaupun mereka mampu melakukannya.

Ada beberapa hal yang mereka harap dapat diraih dari pekerjaan mereka. Mereka
menginginkan kehidupan yang baik di dunia ini, menjadi kaya-raya, mendapat jabatan dan penghormatan dan dimuliakan masyarakat, memiliki perkawinan yang
baik dan anak-anak yang terpuji.. Hal-hal inilah yang memisahkan manusia dari nilai-nilai Al Qur’an, bahkan tersesat lebih jauh dengan mengutamakannya
daripada kehidupan setelah mati. Memang benar, semua itu adalah nikmat yang boleh kita tuju untuk meraih ridha Allah dan menggapai akhirat sebagai cita-cita.
Orang beriman juga ingin mendapatkan nikmat yang sama: pekerjaan yang berguna, mendapatkan uang dan harta milik sendiri. Namun mereka memiliki beberapa sifat
yang membedakan mereka dari orang lain: mereka melakukan semua pekerjaan mereka demi ridha Allah, membelanjakan uang mereka di jalan yang dituntun oleh Allah.
Dan dalam perniagaan mereka, sebagaimana dalam hal lainnya, mereka sangat berhati-hati mematuhi perintah Allah.

Di dalam ayat Al Qur’an, Allah mengajak kita memperhatikan bahaya karena
mengutamakan perniagaan di atas agama:

Katakanlah, "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik." (QS At Taubah, 9:24)

Orang beriman dengan iman yang sangat mendalam akan berbuat sekuat tenaga
untuk menghindar dari terjebak dalam nafsu semacam ini. Ada sebuah sifat mulia yang dikehendaki oleh Allah dari orang beriman, dan yang akan mereka tunjukkan,
dalam pekerjaan apa pun yang mereka lakukan. Dalam melakukan pekerjaan mereka jujur, ikhlas, rela berkorban, bekerja keras, adil, dan sederhana. Seluruh
perhatian mereka diarahkan untuk meraih ridha Allah dan menjaga batasan yang telah ditetapkan antara yang benar dan yang salah. Allah telah memerintahkan
orang beriman bahwa dalam bekerja mereka dilarang melanggar hak orang lain, mereka harus memberikan takaran dan berat yang sempurna berdasarkan keadilan,
dan tidak mengurangi hak milik orang lain. (Surah Hud: 85).

Dalam beberapa ayat Allah menerangkan pentingnya kejujuran dalam bekerja,
memperlakukan orang dengan adil dan, dalam melakukan itu, menunjukkan sikap mencari ridha Allah:

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS Al Isra', 17:35)

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu. (QS Ar Rahman, 55:9)

Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bagaimana seharusnya kita melakukan
perdagangan dan perniagaan. Pertama-tama, Allah dengan jelas melarang riba: ".. padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. " (QS Al
Baqarah, 2:275)

Hal lain yang diterangkan oleh Allah adalah bagaimana mengatur perdagangan
dan utang-piutang. Allah memerintahkan bahwa, dalam bekerja, saat berutang (yang akan dibayar di kemudian hari pada waktu yang telah ditentukan), dia harus
menuliskannya. Apabila orang yang berutang tersebut tidak mampu atau lemah atau tidak mampu menyebutkannya, maka walinya harus menyebutkan untuknya dengan adil.
Dan dua orang dari golongan mereka harus harus menjadi saksi. (QS Al Baqarah, 2:282)

Hal lain yang harus dilakukan dengan seksama oleh orang beriman dalam
pekerjaan mereka adalah membahas pandangan orang lain saat mengambil keputusan, memulai usaha baru, dan memajukan kegiatan mereka. Allah berfirman dalam Al
Qur’an bahwa hal ini adalah sifat dari orang beriman.

Seperti halnya dalam setiap segi kehidupan, begitu pula dalam perdagangan dan perniagaan, Al Qur’an membawa hal terbaik, termudah, dan paling benar ke dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, Al Qur’an membantu manusia keluar stress dan
tekanan batin dan memungkinkan mereka bekerja dalam lingkungan yang sehat dan damai, tempat mereka dapat berserah diri kepada Allah, mengambil keputusan yang
tepat, dan berunding dengan orang lain saat mengambil keputusan.

Di samping itu, orang beriman sangat berpikiran terbuka dalam kehidupan
kerjanya, dalam menyusun rencana, baik jangka panjang maupun jangka pendek dan merancang berbagai tahapannya. Dan setelah dia mulai bekerja, dia akan
benar-benar memperhitungkan tahapan selanjutnya, tindakan apa yang akan memastikan kesuksesan baginya untuk waktu yang lama dan kemungkinan jalan lain.
Dan dia akan memperhatikan segala peringatan yang telah diberikan Allah dalam Al Qur’an untuk memastikan bahwa langkah yang menurutnya bermanfaat untuk dilakukan
tidak akan merugikannya di tahapan berikutnya. Selagi terlibat dalam pekerjaannya, dia akan berdoa terus-menerus kepada Allah di dalam hati, meminta
Allah untuk memudahkannya dan dia akan memahami bahwa tidak ada perusahaan yang berhasil, kecuali Allah menghendaki. Dia berharap agar pekerjaan yang dia
kerjakan menjadi sarana untuk meraih ridha Allah.

Di masa kita hidup saat ini, penemuan baru dan perkembangan ilmu pengetahuan
telah terjadi. Orang-orang di masa lampau bahkan tidak pernah dapat membayangkannya. Ajaran Al Qur’an mewajibkan kita untuk berterima kasih atas
kesempatan yang tidak ada bandingannya ini. Misalnya, ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi canggih, dan komunikasi telah mencapai tingkatan
kemajuan seperti saat ini. Berkat komputer dan teknologi internet, orang dari seluruh dunia dapat saling berkomunikasi dalam hitungan detik, berbagi informasi,
dan menjalin hubungan. Tentu saja, semuanya adalah nikmat yang harus direnungkan dalam-dalam. Para nabi yang telah dijadikan sebagai contoh oleh Allah dalam Al
Qur’an senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan ikhlas, dan senantiasa mengingat Allah serta bersyukur kepada-Nya di saat menjalani pekerjaan mereka.
Dalam Surat Saba’, Allah berfirman:

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya (dalam bentuk)
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung serta piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah, Hai
keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. (QS Saba', 34:13)

Bersambung ; »Berbelanja

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kebenaran Untuk Anank, Dalam Perjalanan



Kebenaran Untuk Anak



Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan



Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an



Oleh Harus Yahya





Dalam Perjalanan


Orang yang telah selesai makan pagi dan telah berbenah diri, siap menyambut
berbagai tantangan di tempat kerja mereka, sekolah, atau tempat lainnya.
Sebagian besar orang memperoleh yang mereka butuhkan sebelum hari itu berakhir.
Allah menggambarkan keadaan ini dalam Al Qur’an:

Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (QS Al
Muzzammil, 73:7)


… dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (QS. al-Furqan, 25:47)


Orang beriman melihat hari di hadapannya sebagai kesempatan untuk meraih cinta
dan ridha Allah serta untuk mendapatkan Surga. Untuk itu dia perlu bekerja keras
melakukan pekerjaan yang baik. Bagaimanapun sibuknya, dia tetap waspada agar
tidak lalai dari mencari ridha Allah. Dia meneladani doa Nabi Sulayman AS,
sebagaimana difirmankan dalam ayat ke-19 Surat An Naml, dengan harapan bahwa
Allah akan memberinya petunjuk dalam kegiatannya sepanjang hari:


"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS An Naml, 27:19)


Setiap orang yang meninggalkan rumah menuju ke sekolah atau bekerja, akan
menghadapi banyak orang, hal, dan kejadian yang dapat direnungkan. Setiap hal
yang dilihat oleh seorang manusia ada dalam pengetahuan Allah, muncul atas
kehendak-Nya, dan terjadi dengan alasan tertentu. Maka, ketika orang beriman
memandang ke langit dalam renungan ini, dia melihat bahwa semua itu telah
diciptakan dengan cara yang menakjubkan. Dia memahami bahwa kebenaran ayat
berikut berada di hadapannya: "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara…" (QS Al Anbiya', 21:32)



Orang yang telah selesai makan pagi dan telah berbenah diri, siap menyambut
berbagai tantangan di tempat kerja mereka, sekolah, atau tempat lainnya.
Sebagian besar orang memperoleh yang mereka butuhkan sebelum hari itu berakhir.
Allah menggambarkan keadaan ini dalam Al Qur’an:

Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (QS Al
Muzzammil, 73:7)


… dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (QS. al-Furqan, 25:47)


Orang beriman melihat hari di hadapannya sebagai kesempatan untuk meraih cinta
dan ridha Allah serta untuk mendapatkan Surga. Untuk itu dia perlu bekerja keras
melakukan pekerjaan yang baik. Bagaimanapun sibuknya, dia tetap waspada agar
tidak lalai dari mencari ridha Allah. Dia meneladani doa Nabi Sulayman AS,
sebagaimana difirmankan dalam ayat ke-19 Surat An Naml, dengan harapan bahwa
Allah akan memberinya petunjuk dalam kegiatannya sepanjang hari:


"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS An Naml, 27:19)


Setiap orang yang meninggalkan rumah menuju ke sekolah atau bekerja, akan
menghadapi banyak orang, hal, dan kejadian yang dapat direnungkan. Setiap hal
yang dilihat oleh seorang manusia ada dalam pengetahuan Allah, muncul atas
kehendak-Nya, dan terjadi dengan alasan tertentu. Maka, ketika orang beriman
memandang ke langit dalam renungan ini, dia melihat bahwa semua itu telah
diciptakan dengan cara yang menakjubkan. Dia memahami bahwa kebenaran ayat
berikut berada di hadapannya: "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara…" (QS Al Anbiya', 21:32)


Orang beriman yang melihat dengan mata yang penuh renungan akan memperhatikan
keindahan di sekelilingnya dan ciptaan yang menakjubkan. Misalnya, karena
merupakan nikmat Allah, burung di langit, buah-buahan yang menghiasi jendela
pajang toko dengan warnanya yang menarik, dan bau sedap yang berasal dari toko
roti punya makna bagi orang beriman. Makna ini tidak dapat dimengerti oleh orang
lain.


Orang beriman yang merenungkan berbagai macam bukti yang tidak terhitung
jumlahnya yang dia temui selagi berjalan di jalanan juga akan berhati-hati dalam
berperilaku. Sebagai contoh, dia akan berjalan tanpa menyombongkan diri atau
pamer karena Allah berfirman dalam sebuah ayat: “Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan…" (QS Luqman, 31:19). Orang yang rendah hati patuh pada perintah Allah
dan, seperti dalam aktivitas-aktivitasnya yang lain, tidak berlebihan dalam cara
berjalan. Hal ini dapat disukai dalam pandangan Allah maupun di mata orang
beriman.


Orang beriman mengetahui bahwa Allah telah menciptakan manusia dan mengaruniai
mereka dengan semua sifat-sifatnya. Namun orang-orang yang tidak mengikuti
ajaran Al Qur’an tidak akan peduli pada kenyataan ini dan menganggap bahwa sifat
yang ada pada mereka merupakan milik mereka sendiri. Orang-orang yang berpikir
bahwa kecantikan, kemakmuran, pengetahuan, dan kesuksesan mereka adalah milik
mereka sendiri menjadi bangga dan sombong. Karena kesombongan tersebut, mereka
ingin menunjukkan keunggulan mereka dengan menindas orang lain. Tingkah laku ini
terlihat dari cara mereka berjalan sebagaimana cara mereka berbicara dan
bertindak. Padahal, semua orang tidak ada artinya di hadapan ilmu dan kekuasaan
Allah. Kita membutuhkan Allah di tiap saat dalam hidup kita. Dalam Al Qur’an,
Allah memperingatkan kita mengenai hal ini dan melarang kita untuk bersikap
sombong:


Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqman, 31:18)


Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung. (QS Al Isra', 17:37)


Setiap orang yang hidup berdasarkan ajaran Al Qur’an selalu menyadari
ketidakberdayaannya, dan dia hidup berdasarkan kehendak Allah. Hanya Tuhan
Semesta Alam saja yang telah memberikan apa yang dia miliki. Dan karena dia
hidup dalam kesadaran ini, dia memahami semua yang terjadi di sekitarnya
berdasarkan Al Qur’an.


Jelaslah bahwa seseorang tidak dapat menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki
dalam sehari. Mudah untuk menempuh jarak yang dekat. Kemampuan untuk berjalan
memang merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah. Namun, manusia tidak mampu
berkelana menempuh jarak yang sangat jauh dengan berjalan kaki. Tubuh mereka
akan menjadi lelah dan dalam batas tertentu tidak mampu berjalan lebih jauh lagi.
Allah mengetahui kelemahan hamba-hamba-Nya ini dan telah menciptakan binatang
dan kendaraan untuk membawa mereka, dan telah membuat transportasi menjadi mudah.
Berikut adalah beberapa ayat Al Qur’an yang terkait dengan nikmat Allah yang
menunjukkan kemuliaan, kasih sayang, dan belas kasih-Nya kepada hamba-Nya:


Dan mereka (ternak-ternakmu) memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu
tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang
menyulitkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang
kamu tidak mengetahuinya. (QS An Nahl, 16:7-8)


Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal
dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (QS Az Zukhruf, 43:12)


Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di
bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda)
langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia. (QS Al Hajj, 22:65)


Dengan menggunakan akal, jelaslah bagi kita bahwa Allah-lah Yang telah
menciptakan bahan-bahan seperti besi dan baja yang memiliki kemampuan tertentu,
dan mengilhami manusia untuk memanfaatkannya dalam menciptakan bermacam-macam
kendaraan. Dan dengan kehendak Allah pula orang membuat kendaraan seperti mobil,
bus, kereta, kapal dan pesawat terbang. Ya, Allah telah mempermudah kita untuk
menempuh perjalanan yang tidak mungkin kita lakukan seorang diri. Apa yang harus
kita lakukan sebagai balasan atas nikmat ini adalah dengan mengingat Allah di
saat kita naik ke atas kendaraan, memuji nama-Nya, dan berterima kasih
kepada-Nya. Allah berfirman kepada kita mengenai ini:


Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila
kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang
telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya." (QS Az Zukhruf, 43:13)


Berjalan jauh masa kini jauh lebih cepat, mudah dan nyaman daripada masa lalu.
Bagi orang yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an, merenungkan hal ini
merupakan cara penting untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bersyukur
kepada-Nya dengan ikhlas atas segala nikmat-Nya.


Orang beriman juga mengingat Allah ketika dia berada dalam perjalanan. Dia
merenungkan orang di sampingnya yang mengemudikan mobil, model dan warna mobil
tersebut, mobil lain dan orang di sekelilingnya, pergerakan mereka, tulisan di
jendela belakang mobil yang ada di depannya, barisan bangunan sepanjang jalan,
bentuknya, jendelanya, papan reklame, dan tulisan yang ada padanya. Semuanya
telah diciptakan oleh Allah atas perintah-Nya. Allah menyampaikan ini kepada
manusia dalam ayat berikut:


Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS Al Qamar,
54:49)


Allah menciptakan benda-benda yang kita temui setiap saat dalam hidup kita,
bukan hanya untuk orang tertentu, tetapi juga untuk miliaran manusia di bumi.
Bagi seseorang yang hidup mengikuti ajaran Al Qur’an, memikirkan hal ini adalah
sebuah jalan baginya untuk mengetahui bahwa Allah senantiasa berada di sisinya,
dan Dia melihat setiap gerak-gerik dan perbuatannya. Karena kesadaran akan
kenyataan ini senantiasa bersamanya sepanjang hari, kemacetan, atau kendaraan
yang mengambil jalurnya, atau kesulitan lain yang dia alami tidak akan mengubah
sikap berserah dirinya kepada Allah.


Sebagian orang memandang ketidakberuntungan kecil saja sebagai sebuah hambatan
besar. Mereka menjadi tidak sabar dan terkadang kehilangan kendali atas diri
sendiri, bertingkah laku secara tidak masuk akal. Mereka mungkin mulai
menggerutu sendiri atau berteriak. Mereka tidak memiliki kesabaran saat mereka
terjebak dalam kemacetan dan mereka menunjukkannya dengan membunyikan klakson
terus-menerus dan mengganggu orang lain. Semua itu adalah karena mereka telah
lupa bahwa segalanya berada dalam kendali Allah.


Bagi orang yang berpaling dari Allah, transportasi bukanlah sebuah nikmat,
melainkan sebuah gangguan dan hal yang menjengkelkan. Misalnya, lubang di jalan,
kemacetan lalu-lintas, hujan angin tiba-tiba dan banyak hal lainnya memenuhi
pikirannya sepanjang hari. Padahal, pikiran yang tak berguna ini tidaklah
bermanfaat baginya, baik dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang.
Sebagian orang mengaku bahwa hal utama yang mencegah mereka dari berpikir
terlalu dalam mengenai masalah ini adalah perjuangan yang mereka lakukan di
dunia. Karena waktu yang harus mereka korbankan untuk memenuhi kebutuhan makan,
tempat tinggal dan kesehatan, mereka mengaku tidak punya waktu untuk berpikir
mengenai keberadaan Allah atau bukti-bukti yang menuntun kepada iman. Namun ini
tak lain hanyalah tindakan menghindari tanggung jawab. Tugas seseorang sebagai
kepala keluarga dan jabatannya tidak ada hubungannya dengan berpikir. Seseorang
yang, dalam rangka meraih ridha Allah, memikirkan bukti-bukti yang menuntun
kepada iman, perintah Allah, akhirat, kematian, dan merenungkan nikmat yang
telah Allah berikan kepadanya dalam kehidupan ini, akan mendapatkan pertolongan
Allah bagi dirinya. Dia akan melihat bahwa banyak permasalahannya dapat dengan
mudah diselesaikan dan dia akan mampu meluangkan waktu dan istirahat untuk
merenung.


Orang beriman tidak pernah lupa bahwa Allah telah menciptakan setiap situasi
yang dialaminya sepanjang hari. Tujuan dari penciptaan tersebut adalah agar kita
bersabar atau menggunakan pikiran kita untuk menyelesaikan masalah dengan cara
yang paling disukai Allah. Apabila ada masalah yang tidak mampu diselesaikan
seorang diri, maka yang harus dilakukan adalah bersabar. Marah, berteriak, dan
menghujat seperti yang dilakukan sebagian orang, adalah keliru dan tidak ada
artinya karena dapat membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain.


Salah jika ada orang yang menganggap bahwa cobaan hanya muncul dalam bentuk
kepedihan yang luar biasa dan tragedi sebagai ujian bagi kesabaran kita. Allah
menguji manusia sepanjang hari dengan berbagai cobaan, baik yang besar maupun
kecil. Jadi, hal yang menjengkelkan seperti terjebak kemacetan atau terlambat
menuju suatu tempat dan kecelakaan kecil adalah ujian bagi manusia. Namun, dalam
situasi ini, mereka yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an tidak merasa
jengkel dan tetap bersabar tanpa berkeluh-kesah. dalam Al Qur’an, Allah
menerangkan bahwa salah satu sifat orang beriman adalah tetap bersabar dengan
cobaan yang datang kepada mereka:


(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang
mendirikan sembahyang, dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang
telah Kami rezekikan kepada mereka. (QS Al-Hajj, 22:35)


Dalam menghadapi kecelakaan lalu lintas yang mungkin mereka alami, orang beriman
menjaga ketenangan mereka dan berserah diri kepada takdir, tidak dalam arti diam
saja, tetapi secara realistis menerima apa yang telah Allah tentukan pada mereka.
Dalam situasi tersebut mereka bertindak arif dengan menyadari bahwa Allah telah
menciptakan apa yang terjadi kepada mereka dan mereka mencoba melakukan sesuatu
untuk mengobati lukanya, mencari bantuan, dan menghentikan kerusakan. Mereka
tahu bahwa mereka bertanggung jawab setiap saat dalam kehidupan duniawi ini
untuk bertindak dengan apa yang disukai oleh Allah.


Dalam Surat Al-Mulk, Allah menerangkan tujuan penciptaan manusia dan tanggung
jawab yang diberikan kepada kita:


Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujimu, siapa di antaramu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Al Mulk, 67:2)


Orang beriman yang menjalani setiap saat dalam kehidupan dunianya sesuai dengan
ajaran Al Qur’an tidak akan membiarkan pikirannya dikuasai oleh pikiran yang
tidak berguna dan tidak masuk akal selama perjalanan. Dia mengarahkan
perhatiannya pada hal dan peristiwa yang dapat dia renungkan dengan mendalam.
Misalnya, mereka yang telah jauh dari ajaran Al Qur’an, ketika memperhatikan
burung yang terbang di udara akan melihatnya sebagai kejadian biasa. Namun
demikian, bagi orang beriman, burung yang jelas tidak menempel pada suatu apa
pun, tetapi tetap melayang di udara yang renggang dan melakukan gerakan manuver
dengan sayapnya yang lemah; dan sayap mereka yang dirancang agar mereka dapat
terbang, bergerak cepat dan melakukan manuver ini; dan paruh mereka mereka
dengan susunan yang diciptakan khusus agar mereka dapat makan dengan baik; cara
terbang mereka, susungan rangka tulang yang khusus, dan sistem pernapasan,
syaraf dan lainnya; susunan aerodinamis dan rumit dari bulu-bulu mereka; cara
pembuatan sarang mereka; alat penginderaan mereka, cara berburu dan memberi
makan, tingkah laku mereka, suara yang mereka buat di saat kawin dan waktu-waktu
lainnya; kenyataan bahwa sistem yang mereka amati pada burung jelas adalah
rancangan yang menakjubkan, adalah bukti keberadaan Allah, kekuatan, dan
ilmu-Nya. Allah menuntun kita untuk memperhatikan hal ini dalam Al Qur’an: “Dan
apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan
mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain
Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu" (QS Al Mulk,
67:19).


Di saat orang beriman berada dalam perjalanan mereka, mereka mengamati ciptaan
yang menakjubkan seperti yang ada di sekeliling mereka. Mereka menjadi saksi
setiap saat akan kekuasaan Allah yang tidak terbatas.


Bersambung > Di Tempat Kerja


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kebenaran Untuk Anak, Sarapan Pagi


Kebenaran Untuk Anak

Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan Seorang

 Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an

Oleh; Harun Yahya


 

Sarapan Pagi


Setiap orang beriman yang dikaruniai oleh Allah dengan kemampuan untuk berpikir dan memiliki pemahaman, mengerti tentang suatu hal penting saat dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Hal penting itu adalah bahwa semua nikmat
yang diciptakan dan diberikan dalam bentuk makanan dan minuman adalah bukti (penciptaan) yang menuntunnya pada keimanan.

Misalnya, api yang digunakannya untuk memasak makanan dapat menyebabkan bahaya besar baginya bahaya besar pula pada banyak makhluk lain. Api juga dapat menghancurkan. Namun panas merupakan kebutuhan dalam mengolah makanan agar dapat dimakan. Dan dari sudut pandang ini, api justru adalah nikmat yang sangat besar. Dengan kata lain, sebagaimana hal-hal lainnya di dunia, api telah ditundukkan untuk melayani manusia. Dalam Al Qur’an Allah berfirman:

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya…. (QS Al Jatsiyah, 45:13)

Selain itu, api adalah peringatan bagi orang beriman dalam hidup ini akan pedihnya api Neraka. Dalam Al Qur’an, ketika menggambarkan orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka, Allah menyebut adanya api yang pedih. Dalam beberapa ayat, Dia enggambarkan pedihnya api yang telah diciptakan-Nya untuk orang-orang yang berpaling dari-Nya:

(Hari pembalasan itu) ialah hari ketika mereka diazab di atas api neraka. (QS Adz Dzariyat, 51:13)

Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (QS Al Mu’minun, 23:104)

Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala. (QS AL Fath, 48:13)

Saat orang beriman memikirkan dengan imannya yang mendalam mengenai api yang bergejolak dalam Neraka tersebut, ketakutan kepada Allah pun muncul. Mereka berdoa kepada-Nya dan berlindung kepada-Nya dari api Neraka. Dengan cara ini, hal keseharian yang sangat remeh pun dapat menjadi peringatan akan persoalan yang besar ini, dan ini merupakan ciri amal yang sangat penting bagi orang beriman.


Seseorang yang sungguh-sungguh merenung tanpa prasangka mengenai makanan yang dimakannya untuk sarapan akan memperoleh banyak petunjuk darinya. Rasa dan aroma roti, madu, keju, tomat, teh, sari buah, pentingnya makanan dan warna-warninya
merupakan nikmat. Semuanya menyediakan protein, asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan cairan yang dibutuhkan tubuh. Untuk menjalani hidup sehat, kita harus makan secara teratur dan cukup. Yang menakjubkan, ini bukan pekerjaan yang sulit bagi kita. Ini malah merupakan sesuatu yang kita nikmati. Buah-buahan, sayuran, nasi, dan roti memenuhi kebutuhan makanan seseorang dan juga memberikan banyak kesenangan.

Sebenarnya, semua yang telah kita bahas tadi merupakan hal yang amat sepele dan diketahui dengan baik oleh setiap orang. Semua orang akrab dengan kegiatan itu dalam setiap 24 jam kesehariannya, sejak dia dilahirkan. Namun sebagian besar orang tidak merenungkan hal ini dengan benar. Dia tidak sadar bahwa semua itu telah dikaruniakan oleh Allah untuk kehidupan keseharian kita. Semuanya disepelekan begitu saja, tidak ada kesadaran tentang betapa berharganya itu semua.



Padahal, semua makanan dan minuman lezat tersebut mampu menyediakan berbagai manfaat bagi tubuh manusia, dan setiap makanan atau minuman itu merupakan ciptaan yang mengagumkan. Sebagai contoh, seekor lebah yang berbobot hanya beberapa gram menghasilkan madu. Karena vitamin dan mineral yang dikandungnya atau karena kekhasan struktur yang dimilikinya, madu berguna untuk kesehatan dan obat bagi manusia. Dalam Al Qur’an Allah berfirman bahwa Dia mengilhamkan sifat madu dan memberi ilham pada lebah madu saat bekerja:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibangun oleh manusia," kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS An Nahl, 16:68-69)

Orang beriman yang merenungkan proses pembuatan madu menjadi sadar akan keajaiban penciptaan yang terkandung di dalamnya. Dia segera mengerti bahwa mekarnya pohon yang berbuah, yang menjadi bahan mentah dasar untuk madu, yang sari bunganya diubah oleh lebah menjadi madu, maupun madu yang menakjubkan itu sendiri, tidak dapat terjadi secara kebetulan. Hal ini mendekatkan dirinya kepada Allah.

Lebih lanjut, kepatuhan tanpa syarat dari seekor lebah kecil kepada Allah juga merupakan bukti lain yang menuntun kepada iman. Orang beriman akan mengerti bahwa berdasarkan petunjuk Allah-lah, seekor lebah madu yang tidak memiliki kecerdasan ataupun kesadaran sebagaimana yang telah kita pahami, bekerja tanpa henti dan dengan disiplin sempurna melaksanakan tugasnya yang menakjubkan itu.

Pentingnya daging, susu, keju, dan manfaat lain dari binatang sebagai nikmat bagi manusia dari Allah difirmankan dalam Al Qur’an:

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagimu. Kami memberimu minum dari air susu yang ada dalam perutnya. Dan pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untukmu, sebagian darinya kamu makan. (QS Al Mu’minun, 23:21)

Ada keterangan tentang “apa yang ada dalam perutnya”, ketika ayat tersebut
menerangkan kepada kita tentang manfaat yang kita ambil dari hewan. Misalnya,
ada sesuatu yang tertinggal dalam proses pencernaan dari pakan yang dimakan oleh
sapi, air yang diminum oleh sapi, darah yang mengalir dalam pembuluh darah, dan
alat-alat tubuh sapi. Sungguh merupakan keajaiban bahwa aroma manis, bersih,
campuran putih semacam susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, dapat
dihasilkan dari campuran rumit semacam itu. Hebatnya lagi, susu dihasilkan
dengan sifat paling menyehatkan, padahal jelas susu terletak pada bagian yang
mengandung kotoran.

Petunjuk lain tentang pengetahuan Allah yang Mahaluas adalah kenyataan bahwa
satu-satunya bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan susu adalah rumput
hijau. Namun hewan yang menghasilkan susu ini dapat mengeluarkan cairan putih
dari bahan hijau kaku tersebut berkat sistem mengagumkan yang Allah ciptakan
dalam tubuh mereka. Dalam Al Qur’an, Allah menerangkan kepada kita tentang
bagaimana susu dibuat:

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu.
Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang
bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya. (QS An Nahl, 16:66)

Seperti kita ketahui, susu merupakan minuman yang sangat kaya akan beberapa
bahan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Susu merupakan cairan yang berperan
penting dalam pertumbuhan anak-anak dan orang dewasa.

Makanan lain yang berasal dari hewan, kecil bentuknya namun nilai gizinya sangat
besar, adalah telur. Pembentukan gudang protein, vitamin, dan mineral ini
merupakan keajaiban yang lain. Seekor ayam yang rendah tingkat kecerdasannya
mampu menghasilkan telur setiap hari dan melindungi telur yang dihasilkannya
dengan kemasan yang mengagumkan. Memperhatikan bagaimana kulit telur dibentuk
secara menakjubkan mengelilingi cairan yang ada di dalam kulitnya, walaupun
tanpa pelindung, meningkatkan kekaguman yang dirasakan oleh orang beriman
terhadap seni penciptaan Allah.

Berbagai minuman, yang dianggap oleh sementara manusia harus tersedia dalam
sarapan, berasal dari tumbuhan. Setelah daun-daun tumbuhan tersebut mengalami
proses tertentu, daun tersebut menjadi cairan beraroma manis. Beribu-ribu macam
tumbuhan yang tumbuh dari tanah yang sama menunjukkan kekuasaan, kekuatan, dan
kasih sayang tak terbatas dari Allah yang telah menciptakannya. Sebagaimana
difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an:

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya)… (QS Al An'am, 6:141)

Allah memberi kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Dia menciptakannya
banyak nikmat untuk kita makan. Dia menguji manusia dalam hidup di dunia ini
dengan kekayaan dan kemiskinan. Dia menyukai orang yang menunjukkan akhlak
terpuji di saat berhadapan dengan ujian ini. Dia menerangkan dalam Al Qur’an
bahwa mereka akan menerima nikmat yang kekal di dalam Surga. Sebagai contoh,
sementara sebagian orang menyantap sarapan yang lezat, orang lain hanya memiliki
sedikit makanan. Namun orang beriman, kaya atau miskin, akan selalu bertingkah
laku dengan cara diridhai oleh Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan ikhlas.
Apabila dia kaya, dia tidak akan sombong atau menjadi tinggi hati. Apabila dia
miskin, dia tidak akan khawatir dan menyesali keadaannya.

Orang beriman menyadari bahwa Allah sedang mengujinya. Dia juga menyadari bahwa
segala hal dalam hidup ini adalah tidak kekal. Al Qur’an menyatakan bahwa Allah
akan menguji manusia melalui kebaikan dan keburukan. “Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan." (QS Al Anbiya', 21:35). Dengan alasan ini, orang yang hidup
sesuai dengan Al Qur’an mengetahui bahwa bukanlah nikmat yang dia terima,
melainkan sikapnya terhadap nikmat tersebutlah yang bernilai di hadapan Allah.
Walaupun dia tidak kaya, orang beriman dengan ikhlas bersyukur kepada Allah.
Dalam Al Qur’an Allah menerangkan bahwa Dia akan menambah nikmat kepada mereka
yang bersyukur dengan ikhlas dan kesungguhan hati. Dia juga memperingatkan orang
yang tidak bersyukur akan pedihnya siksa di Neraka:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim, 14:7)

Orang yang merenungkan bukti kesempurnaan ciptaan di sekililingnya, dan juga
alasan di balik penciptaan makanan, juga akan melihat kehendak Yang Mahakuasa di
dalam susunan dan cara kerja mulut yang diciptakan untuk memakan makanan dengan
mudah. Agar manusia dapat makan, makanannya, bibirnya, gigi, lidah, rahang,
kelenjar ludah, dan jutaan sel bekerja sama dalam keselarasan yang sempurna.
Semua ini diatur sedemikian rupa sehingga beberapa fungsi dapat dilakukan pada
waktu bersamaan tanpa menimbulkan gangguan. Gigi memotong makanan menjadi
bagian-bagian kecil, dan lidah terus-menerus mendorong makanan di sela-sela gigi
untuk dikunyah. Dengan otot yang kuat, rahang membantu gigi mengunyah ketika
orang yang makan menggerakkan lidahnya dengan cara yang sesuai. Bibir berperan
sebagai pintu yang tertutup dengan rapat untuk mencegah makanan keluar dari
mulut.

Selain itu, bagian-bagian yang membentuk organ-organ tubuh ini bekerja sama
dalam keselarasan yang sempurna. Misalnya, gigi, sesuai dengan tempat dan
susunannya, menggigit makanan menjadi bagian-bagian kecil dan mengunyahnya.
Seluruh gigi diatur dan disusun pada tempatnya sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Setiap gigi tumbuh dan tinggal dalam ukuran panjang tertentu agar
dapat bekerja sama dengan baik dengan gigi yang ada di tempat yang berlawanan
dengannya. Tentunya organ ini tidak memiliki kesadaran atau kecerdasan. Gigi
tidak dapat menentukan sendiri bagaimana bekerja sama dengan gigi yang lain. Dan
koordinasi luar biasa seperti yang telah dijelaskan tersebut tidak terjadi
secara kebetulan. Setiap bagian dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu. Tidak ada keraguan bahwa rancangan menakjubkan ini berasal dari
Allah Yang “telah menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.” (QS Al Furqan, 25:2). Allah telah menciptakan semua ini
untuk memudahkan manusia memakan makanannya dan mengambil manfaat serta
menikmatinya.

Hal penting lainnya yang direnungkan oleh orang beriman adalah kenyataan bahwa
dia dapat mencium bau makanan di dapur dan mengecapnya tanpa susah payah. Hal
ini dimungkinkan oleh indera yang dimilikinya. Indera pengecap dan penciumannya,
yang tidak berhenti sepanjang hidupnya, bekerja dengan sempurna tanpa biaya apa
pun; mereka tidak pernah berlatih untuk menggunakannya dengan cara yang benar,
dan mereka pun tidak menyadari kegiatan indera tersebut.

Apabila seseorang tidak memiliki indera pengecap ini, berbagai macam rasa dari
daging, ikan, sayuran, sup, selada, buah, minuman, dan selai tidak akan ada arti
baginya. Selain itu, rasa makanan tersebut mungkan tidak akan lezat, hambar,
tawar, atau tidak mengenakkan dan memualkan perut. Tidak diragukan lagi bahwa
rasa dan indera yang menerimanya telah secara khusus diciptakan untuk manusia.
Adalah kesalahan besar jika tidak menyadarinya karena kelalaian akibat kebiasaan.
Al Qur’an menerangkan bahwa Allah menciptakan makanan yang baik dan bersih untuk
manusia:

Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap,
dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan
sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung
Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Ghafir, 40:64)

Sudah barang tentu, bagi orang-orang yang berpikir, setiap rasa merupakan sarana
untuk bersyukur kepada Allah dengan sebaik-baiknya, mengingat-Nya dengan penuh
rasa terima kasih, memuji-Nya, dan berterima kasih pada-Nya. Orang beriman yang
mengetahui bahwa setiap jenis makanan lezat dan minuman datang dari Allah,
memikirkannya saat dia duduk di meja makan, sehingga bersyukur kepada Allah.
Allah berfirman dalam Al Qur’an:

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari itulah mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (QS Ya Sin, 36:33-35)

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. Maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (QS. Ya Sin, 36: 71-73)

Sebagian orang tidak berpikir tentang pentingnya beberapa kenyataan yang sangat penting. Padahal, mereka telah menyantap makanan yang berasa dan beraroma lezat yang telah memenuhi kebutuhan mereka secara sempurna sepanjang hidup mereka. Kenyataan yang mereka abaikan tersebut adalah, bahwa Allah telah menciptakan nikmat yang tiada bandingannya ini bagi mereka, dan mereka harus bersyukur kepada Allah, Yang telah menyediakan itu semua. Jelas sebuah sikap yang keliru. Mereka seharusnya tidak melupakan bahwa mereka akan ditanya di akhirat, tentang apakah mereka telah bersyukur kepada Allah.

Orang beriman menyadari bahwa Allah telah memberikan tubuh sebagai amanat. Dia bertanggung jawab untuk menjaga nikmat tiada tara ini sebaik mungkin. Untuk itu dia harus memberi tubuh tersebut makanan dengan cara yang sehat. Dia tahu bahwa
agar bekerja dengan baik, tubuh harus sehat, sehingga harus diberi makanan yang cukup dengan menu yang seimbang. Dia tahu bahwa tubuhnya harus mendapat semua makanan yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan 100 triliun sel dan agar tubuh bisa pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi, baik di saat sarapan, maupun
pada waktu lainnya di hari tersebut, dia akan makan makanan sehat dan alami. Dia menghindari makanan yang berbahaya, walaupun terlihat menarik dan lezat. Dia tidak akan lalai atau ceroboh dalam masalah ini. Misalnya, dia tahu bahwa berfungsinya alat tubuhnya, kemampuan tubuhnya untuk membersihkan bahan beracun, dan kemampuan tubuhnya untuk menghilangkan sakit dan lelah, semuanya tergantung pada air (banyak orang mengabaikan untuk meminumnya secara teratur). Dia dengan seksama meminumnya dalam jumlah yang cukup sepanjang hari. Nabi kita, SAW dalam beberapa kesempatan menunjukkan kepada kita akan pentingnya air.

"All praise is due to Allah Who has made it delicious and sweet by His grace and has not made it either salty or unsavoury." (Imam Ghazali's Ihya Ulum ad-Din)

Sebagai contoh, dalam sebuah perjalanan dia duduk di suatu tempat dan meminta air dari orang yang berada di sebelahnya. Setelah membasuh tangan dan wajahnya dan meminum air, beliau bersabda pada pengikutnya, “Percikkan sebagian airnya
pada wajah dan dadamu.” (Sahih al-Bukhari) Nabi Muhammad, SAW bersabda setelah meminum air:

“Segala puji bagi Allah Yang telah membuatnya lezat dan manis dengan kasih sayang-Nya dan tidak membuatnya asin atau membahayakan.” (Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin)

Bersambung ; Dalam Perjalanan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger