Home » , , , , , » Kebenaran Untuk Anak, Berbelanja

Kebenaran Untuk Anak, Berbelanja

Written By Rachmat.M.Flimban on 08 Februari 2017 | 2/08/2017 10:36:00 PM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan

Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an

Oleh Harun Yahya



Berbelanja

Saat ini berbelanja
merupakan kegiatan penting bagi banyak orang. Misalnya, banyak orang
menghabiskan berjam-jam, bahkan berhari-hari mendatangi toko demi mendapatkan
busana untuk dipamerkan kepada teman-teman mereka. Mereka menghabiskan banyak
uang untuk pakaian yang akan dikenakan beberapa saat saja dalam hidup mereka.
Tanpa peduli dengan keadaan lemari mereka yang sudah penuh, mereka mungkin akan
membeli pakaian baru dengan hasrat yang tidak berkurang. Bagi orang ini,
berbelanja lebih dari sekadar sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjadi
bagian penting dalam hidup mereka. Inilah sifat orang yang lupa diri saat
berbelanja dan seringkali membeli barang kemudian mereka sesali telah membelinya.

Sudah barang tentu,
berbelanja adalah penting bagi setiap orang dan bahkan bisa menjadi sebuah
kegiatan sehari-hari yang menyenangkan. Namun yang salah adalah jika belanja
dapat menimbulkan hasrat duniawi dalam diri manusia dan membuat mereka
sepenuhnya lalai akan kehidupan setelah mati. Mereka mencurahkan seluruh hidup,
pikiran, dan kegiatan untuk kegiatan ini. Bukan mencari jalan yang diridhai oleh
Allah Yang telah menciptakan mereka, mereka malah mencoba mencari kepuasan dalam
pekerjaan sepele seperti berbelanja.

Seperti dalam bagian lain
dari kehidupan, seseorang yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an pun akan
mencoba memandang kegiatan berbelanja sebagai kebaikan yang telah diciptakan
oleh Allah serta makna di balik peristiwa yang terjadi. Baginya, berbelanja
bukan sekadar berjalan-jalan tanpa tujuan, melainkan kesempatan untuk mencukupi
dirinya dan keluarganya dengan barang yang dia butuhkan. Berbelanja sudah pasti
tidak akan menjauhkannya dari melakukan kewajibannya kepada Allah. Allah
memerintahkan orang beriman di dalam Al Qur’an:

Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap ridha-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya;
dan adalah keadaan (mereka itu) melewati batas. (QS Al Kahfi, 18:28)

Orang beriman yang pergi
berbelanja akan selalu ingat: Allah telah menciptakan berbagai macam makanan,
pakaian, dan nikmat-nikmat lainnya bagi orang beriman. Namun di banyak negara,
karena pengangguran, kemiskinan atau konflik, orang tidak dapat menemukan apa
pun untuk dimakan. Walaupun tinggal di negara yang kaya akan sumber daya alam,
ada orang yang terlalu miskin untuk dapat membeli kebutuhan mereka. Semua ini
berada di bawah kekuasaan Allah. Jumlah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk diberikan kepada manusia memiliki alasan tersendiri. Allah mengingatkan
kita akan hal ini dalam Al Qur’an:

Dan tidakkah mereka
mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang
dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. (QS Az Zumar, 39:52)

Allah telah menciptakan
berbagai macam keadaan untuk menguji manusia. Dan orang beriman tidak akan
berhenti bersyukur atas apa yang diterimanya, dalam keadaan apa pun dia berada.
Dia menyadari bahwa ujian dan keadaan dirinya hanyalah bersifat sementara. Untuk
itu, dia berkemauan keras untuk bertindak setiap saat dengan cara yang disukai
Allah. Dia mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah atas nikmat-Nya di dalam
hati, dalam ucapannya, dan dalam tindakannya. Dia membelanjakan karunia yang
dimilikinya pada amal saleh, dan jika Allah membatasi nikmat yang diterimanya,
dia akan bersabar dan tetap bersyukur dengan ikhlas kepada-Nya. Dia tahu bahwa
dia sedang diuji dengan kemiskinan dan berdoa agar Allah memberinya kesabaran.
Dalam segala keadaan, orang beriman ridha atas keputusan Allah dan berharap agar
Allah merasa ridha dengannya.

Namun manusia yang
mengikuti tradisi, kebiasaan, dan norma masyarakat yang tidak hidup berdasarkan
ajaran Al Qur'an, segera kehilangan rasa bersyukur mereka di saat berhadapan
dengan ketidaknyamanan yang paling kecil sekalipun. Allah melaknat mereka dalam
Al Qur'an, sebagai kehinaan karena tidak mampu melihat bahwa kekayaan dan
kemakmuran mereka adalah sebuah cobaan yang sama dengan pengalaman mereka akan
kemiskinan dan kekurangan:

Adapun manusia, apabila
Tuhannya mengujinya, lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
akan berkata, "Tuhanku telah memuliakanku." Adapun bila Tuhannya mengujinya,
lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku." (QS Al Fajr,
89:15-16)

Allah telah menciptakan
nikmat yang tidak terhitung jumlahnya di bumi ini. Namun, orang yang tidak
menyadari hal ini lupa bahwa hanya atas kehendak Allah dan izin-Nya sajalah
mereka dapat membeli makanan dan pakaian mereka. Mereka tidak berterima kasih
kepada Allah. Mereka justru terus-menerus bertindak di bawah kendali hawa nafsu.
Semua yang mereka pikirkan di saat berbelanja adalah pakaian mana yang akan
dikagumi teman-teman mereka. Apa yang memenuhi pikiran mereka seringkali adalah:
di mana mereka dapat membeli pakaian dengan model terbaru dan paling menarik
dalam hal warna dan mutu yang mereka inginkan. Mereka selalu menaruh perhatian
kepada apa yang dimiliki orang lain. Mereka iri akan semua itu. Mereka tidak
sanggup hidup tanpa harta benda maupun materi. Mereka sangat menginginkan
memiliki kekayaan dan harta benda. Mereka membandingkan apa yang telah mereka
terima dengan apa yang diterima oleh orang lain. Mereka menjadi tidak sabar.
Mereka berpikir bahwa mereka diperlakukan tidak adil dan mereka tidak bersyukur.
Dalam Al Qur'an, Allah menerangkan sikap tidak bersyukur orang yang tidak puas
dengan apa yang mereka miliki dan selalu menginginkan lebih banyak lagi:

Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia,
tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). (QS An Naml, 27:73)

Orang beriman yang hidup
sesuai dengan ajaran Al Qur'an mengetahui bahwa nikmat yang ada di sekelilingnya
merupakan pemberian dari Allah. Mereka berhati-hati untuk tidak membelanjakan
uang dengan tergesa-gesa. Di saat sedang berbelanja, dia berusaha sekuat tenaga
untuk menghindari buang-buang uang dan waktu. Dia bertindak sesuai dengan firman
Allah dalam Al Qur'an:

“.. makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan (QS Al A’raf, 7:27).

Dia tidak pernah lupa
bahwa Allah menyebut orang yang menghambur-hamburkan uang secara berlebihan
sebagai “saudara-saudara setan” (QS Al Isra’, 17:27).

Al Qur'an menuntut kita
untuk tidak menghamburkan uang dalam berbelanja atau membeli barang lainnya.
Seperti itu pula kita dituntut untuk bersifat dermawan. Allah menerangkan hal
ini di dalam Surat al-Furqan: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah yang demikian (QS. al-Furqan, 25:67)”. Ayat ini meningkatkan
kearifan yang ditunjukkan oleh orang-orang beriman dalam cara mereka berbelanja.

Bersambung
» Olahraga dan Latihan Fisik

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين


Anda Sedang membaca artikel yang berjudul Kebenaran Untuk Anak, Berbelanja Silahkan baca artikel dari HOSE AL ISLAM Tentang , , , , , Yang lainnya. Dan Ingin Mengeprint klik tombol prin di Bawah, atau bookmark halaman ini dengan URL : https://baytal-islam.blogspot.com/2017/02/kebenaran-untuk-anak-berbelanja.html
Klik Untuk Print Friendly and PDF
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger