Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan
Seorang Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an
Oleh Harun Yahya
Di Tempat Kerja
Pada umumnya orang dewasa menghabiskan sebagian besar hari mereka untuk
bekerja. Namun mereka yang bertindak sesuai dengan ajaran Al Qur’an sangat berbeda dengan rekan-rekan kerjanya, yang memiliki kesamaan nilai moral. Bagi
orang beriman, tidak peduli betapa penting urusannya di hari itu, melakukan pengabdian dan menyembah Allah adalah lebih penting daripada apa pun. Allah
menerangkan hal ini dalam Al Qur’an:
Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan," dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki." (QS Al Jumu'ah, 62:11)
Orang beriman menyadari hal ini, dan tidak ada pekerjaan yang akan
mencegahnya dari mengingat nama Allah atau melakukan sholat. Dia tidak akan mengabaikan atau menunda kewajiban agama apa pun demi meraih materi. Allah
mengajak kita untuk memperhatikan ini dalam sebuah ayat Al Qur’an:
Bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (QS An Nur, 24:36-37)
Alasan di balik memberikan perhatian pada perniagaan dalam ayat ini adalah
karena keinginan yang besar akan keuntungan materi merupakan salah satu kelemahan terbesar pada manusia. Sebagian orang rela mengabaikan ajaran agama
demi mendapatkan uang lebih banyak, memperoleh harta lebih banyak, dan meraih kekuasaan lebih besar. Misalnya, mereka tidak melaksanakan sholat atau
menunaikan kewajiban lainnya, dan mereka tidak menunjukkan watak terpuji, walaupun mereka mampu melakukannya.
Ada beberapa hal yang mereka harap dapat diraih dari pekerjaan mereka. Mereka
menginginkan kehidupan yang baik di dunia ini, menjadi kaya-raya, mendapat jabatan dan penghormatan dan dimuliakan masyarakat, memiliki perkawinan yang
baik dan anak-anak yang terpuji.. Hal-hal inilah yang memisahkan manusia dari nilai-nilai Al Qur’an, bahkan tersesat lebih jauh dengan mengutamakannya
daripada kehidupan setelah mati. Memang benar, semua itu adalah nikmat yang boleh kita tuju untuk meraih ridha Allah dan menggapai akhirat sebagai cita-cita.
Orang beriman juga ingin mendapatkan nikmat yang sama: pekerjaan yang berguna, mendapatkan uang dan harta milik sendiri. Namun mereka memiliki beberapa sifat
yang membedakan mereka dari orang lain: mereka melakukan semua pekerjaan mereka demi ridha Allah, membelanjakan uang mereka di jalan yang dituntun oleh Allah.
Dan dalam perniagaan mereka, sebagaimana dalam hal lainnya, mereka sangat berhati-hati mematuhi perintah Allah.
Di dalam ayat Al Qur’an, Allah mengajak kita memperhatikan bahaya karena
mengutamakan perniagaan di atas agama:
Katakanlah, "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik." (QS At Taubah, 9:24)
Orang beriman dengan iman yang sangat mendalam akan berbuat sekuat tenaga
untuk menghindar dari terjebak dalam nafsu semacam ini. Ada sebuah sifat mulia yang dikehendaki oleh Allah dari orang beriman, dan yang akan mereka tunjukkan,
dalam pekerjaan apa pun yang mereka lakukan. Dalam melakukan pekerjaan mereka jujur, ikhlas, rela berkorban, bekerja keras, adil, dan sederhana. Seluruh
perhatian mereka diarahkan untuk meraih ridha Allah dan menjaga batasan yang telah ditetapkan antara yang benar dan yang salah. Allah telah memerintahkan
orang beriman bahwa dalam bekerja mereka dilarang melanggar hak orang lain, mereka harus memberikan takaran dan berat yang sempurna berdasarkan keadilan,
dan tidak mengurangi hak milik orang lain. (Surah Hud: 85).
Dalam beberapa ayat Allah menerangkan pentingnya kejujuran dalam bekerja,
memperlakukan orang dengan adil dan, dalam melakukan itu, menunjukkan sikap mencari ridha Allah:
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS Al Isra', 17:35)
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu. (QS Ar Rahman, 55:9)
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bagaimana seharusnya kita melakukan
perdagangan dan perniagaan. Pertama-tama, Allah dengan jelas melarang riba: ".. padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. " (QS Al
Baqarah, 2:275)
Hal lain yang diterangkan oleh Allah adalah bagaimana mengatur perdagangan
dan utang-piutang. Allah memerintahkan bahwa, dalam bekerja, saat berutang (yang akan dibayar di kemudian hari pada waktu yang telah ditentukan), dia harus
menuliskannya. Apabila orang yang berutang tersebut tidak mampu atau lemah atau tidak mampu menyebutkannya, maka walinya harus menyebutkan untuknya dengan adil.
Dan dua orang dari golongan mereka harus harus menjadi saksi. (QS Al Baqarah, 2:282)
Hal lain yang harus dilakukan dengan seksama oleh orang beriman dalam
pekerjaan mereka adalah membahas pandangan orang lain saat mengambil keputusan, memulai usaha baru, dan memajukan kegiatan mereka. Allah berfirman dalam Al
Qur’an bahwa hal ini adalah sifat dari orang beriman.
Seperti halnya dalam setiap segi kehidupan, begitu pula dalam perdagangan dan perniagaan, Al Qur’an membawa hal terbaik, termudah, dan paling benar ke dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, Al Qur’an membantu manusia keluar stress dan
tekanan batin dan memungkinkan mereka bekerja dalam lingkungan yang sehat dan damai, tempat mereka dapat berserah diri kepada Allah, mengambil keputusan yang
tepat, dan berunding dengan orang lain saat mengambil keputusan.
Di samping itu, orang beriman sangat berpikiran terbuka dalam kehidupan
kerjanya, dalam menyusun rencana, baik jangka panjang maupun jangka pendek dan merancang berbagai tahapannya. Dan setelah dia mulai bekerja, dia akan
benar-benar memperhitungkan tahapan selanjutnya, tindakan apa yang akan memastikan kesuksesan baginya untuk waktu yang lama dan kemungkinan jalan lain.
Dan dia akan memperhatikan segala peringatan yang telah diberikan Allah dalam Al Qur’an untuk memastikan bahwa langkah yang menurutnya bermanfaat untuk dilakukan
tidak akan merugikannya di tahapan berikutnya. Selagi terlibat dalam pekerjaannya, dia akan berdoa terus-menerus kepada Allah di dalam hati, meminta
Allah untuk memudahkannya dan dia akan memahami bahwa tidak ada perusahaan yang berhasil, kecuali Allah menghendaki. Dia berharap agar pekerjaan yang dia
kerjakan menjadi sarana untuk meraih ridha Allah.
Di masa kita hidup saat ini, penemuan baru dan perkembangan ilmu pengetahuan
telah terjadi. Orang-orang di masa lampau bahkan tidak pernah dapat membayangkannya. Ajaran Al Qur’an mewajibkan kita untuk berterima kasih atas
kesempatan yang tidak ada bandingannya ini. Misalnya, ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi canggih, dan komunikasi telah mencapai tingkatan
kemajuan seperti saat ini. Berkat komputer dan teknologi internet, orang dari seluruh dunia dapat saling berkomunikasi dalam hitungan detik, berbagi informasi,
dan menjalin hubungan. Tentu saja, semuanya adalah nikmat yang harus direnungkan dalam-dalam. Para nabi yang telah dijadikan sebagai contoh oleh Allah dalam Al
Qur’an senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan ikhlas, dan senantiasa mengingat Allah serta bersyukur kepada-Nya di saat menjalani pekerjaan mereka.
Dalam Surat Saba’, Allah berfirman:
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya (dalam bentuk)
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung serta piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah, Hai
keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. (QS Saba', 34:13)
Bersambung ; »Berbelanja
Posting Komentar