Kebenaran Untuk Anak
Dua Puluh Empat Jam Dalam Kehidupan Seorang
Muslim Menurut Ajaran Al Qur'an
Oleh; Harun Yahya
Sarapan Pagi
Setiap orang beriman yang dikaruniai oleh Allah dengan kemampuan untuk berpikir dan memiliki pemahaman, mengerti tentang suatu hal penting saat dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Hal penting itu adalah bahwa semua nikmat
yang diciptakan dan diberikan dalam bentuk makanan dan minuman adalah bukti (penciptaan) yang menuntunnya pada keimanan.
Misalnya, api yang digunakannya untuk memasak makanan dapat menyebabkan bahaya besar baginya bahaya besar pula pada banyak makhluk lain. Api juga dapat menghancurkan. Namun panas merupakan kebutuhan dalam mengolah makanan agar dapat dimakan. Dan dari sudut pandang ini, api justru adalah nikmat yang sangat besar. Dengan kata lain, sebagaimana hal-hal lainnya di dunia, api telah ditundukkan untuk melayani manusia. Dalam Al Qur’an Allah berfirman:
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya…. (QS Al Jatsiyah, 45:13)
Selain itu, api adalah peringatan bagi orang beriman dalam hidup ini akan pedihnya api Neraka. Dalam Al Qur’an, ketika menggambarkan orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka, Allah menyebut adanya api yang pedih. Dalam beberapa ayat, Dia enggambarkan pedihnya api yang telah diciptakan-Nya untuk orang-orang yang berpaling dari-Nya:
(Hari pembalasan itu) ialah hari ketika mereka diazab di atas api neraka. (QS Adz Dzariyat, 51:13)
Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (QS Al Mu’minun, 23:104)
Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala. (QS AL Fath, 48:13)
Saat orang beriman memikirkan dengan imannya yang mendalam mengenai api yang bergejolak dalam Neraka tersebut, ketakutan kepada Allah pun muncul. Mereka berdoa kepada-Nya dan berlindung kepada-Nya dari api Neraka. Dengan cara ini, hal keseharian yang sangat remeh pun dapat menjadi peringatan akan persoalan yang besar ini, dan ini merupakan ciri amal yang sangat penting bagi orang beriman.
Seseorang yang sungguh-sungguh merenung tanpa prasangka mengenai makanan yang dimakannya untuk sarapan akan memperoleh banyak petunjuk darinya. Rasa dan aroma roti, madu, keju, tomat, teh, sari buah, pentingnya makanan dan warna-warninya
merupakan nikmat. Semuanya menyediakan protein, asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan cairan yang dibutuhkan tubuh. Untuk menjalani hidup sehat, kita harus makan secara teratur dan cukup. Yang menakjubkan, ini bukan pekerjaan yang sulit bagi kita. Ini malah merupakan sesuatu yang kita nikmati. Buah-buahan, sayuran, nasi, dan roti memenuhi kebutuhan makanan seseorang dan juga memberikan banyak kesenangan.
Sebenarnya, semua yang telah kita bahas tadi merupakan hal yang amat sepele dan diketahui dengan baik oleh setiap orang. Semua orang akrab dengan kegiatan itu dalam setiap 24 jam kesehariannya, sejak dia dilahirkan. Namun sebagian besar orang tidak merenungkan hal ini dengan benar. Dia tidak sadar bahwa semua itu telah dikaruniakan oleh Allah untuk kehidupan keseharian kita. Semuanya disepelekan begitu saja, tidak ada kesadaran tentang betapa berharganya itu semua.
Padahal, semua makanan dan minuman lezat tersebut mampu menyediakan berbagai manfaat bagi tubuh manusia, dan setiap makanan atau minuman itu merupakan ciptaan yang mengagumkan. Sebagai contoh, seekor lebah yang berbobot hanya beberapa gram menghasilkan madu. Karena vitamin dan mineral yang dikandungnya atau karena kekhasan struktur yang dimilikinya, madu berguna untuk kesehatan dan obat bagi manusia. Dalam Al Qur’an Allah berfirman bahwa Dia mengilhamkan sifat madu dan memberi ilham pada lebah madu saat bekerja:
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibangun oleh manusia," kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS An Nahl, 16:68-69)
Orang beriman yang merenungkan proses pembuatan madu menjadi sadar akan keajaiban penciptaan yang terkandung di dalamnya. Dia segera mengerti bahwa mekarnya pohon yang berbuah, yang menjadi bahan mentah dasar untuk madu, yang sari bunganya diubah oleh lebah menjadi madu, maupun madu yang menakjubkan itu sendiri, tidak dapat terjadi secara kebetulan. Hal ini mendekatkan dirinya kepada Allah.
Lebih lanjut, kepatuhan tanpa syarat dari seekor lebah kecil kepada Allah juga merupakan bukti lain yang menuntun kepada iman. Orang beriman akan mengerti bahwa berdasarkan petunjuk Allah-lah, seekor lebah madu yang tidak memiliki kecerdasan ataupun kesadaran sebagaimana yang telah kita pahami, bekerja tanpa henti dan dengan disiplin sempurna melaksanakan tugasnya yang menakjubkan itu.
Pentingnya daging, susu, keju, dan manfaat lain dari binatang sebagai nikmat bagi manusia dari Allah difirmankan dalam Al Qur’an:
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagimu. Kami memberimu minum dari air susu yang ada dalam perutnya. Dan pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untukmu, sebagian darinya kamu makan. (QS Al Mu’minun, 23:21)
Ada keterangan tentang “apa yang ada dalam perutnya”, ketika ayat tersebut
menerangkan kepada kita tentang manfaat yang kita ambil dari hewan. Misalnya,
ada sesuatu yang tertinggal dalam proses pencernaan dari pakan yang dimakan oleh
sapi, air yang diminum oleh sapi, darah yang mengalir dalam pembuluh darah, dan
alat-alat tubuh sapi. Sungguh merupakan keajaiban bahwa aroma manis, bersih,
campuran putih semacam susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, dapat
dihasilkan dari campuran rumit semacam itu. Hebatnya lagi, susu dihasilkan
dengan sifat paling menyehatkan, padahal jelas susu terletak pada bagian yang
mengandung kotoran.
Petunjuk lain tentang pengetahuan Allah yang Mahaluas adalah kenyataan bahwa
satu-satunya bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan susu adalah rumput
hijau. Namun hewan yang menghasilkan susu ini dapat mengeluarkan cairan putih
dari bahan hijau kaku tersebut berkat sistem mengagumkan yang Allah ciptakan
dalam tubuh mereka. Dalam Al Qur’an, Allah menerangkan kepada kita tentang
bagaimana susu dibuat:
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu.
Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang
bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya. (QS An Nahl, 16:66)
Seperti kita ketahui, susu merupakan minuman yang sangat kaya akan beberapa
bahan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Susu merupakan cairan yang berperan
penting dalam pertumbuhan anak-anak dan orang dewasa.
Makanan lain yang berasal dari hewan, kecil bentuknya namun nilai gizinya sangat
besar, adalah telur. Pembentukan gudang protein, vitamin, dan mineral ini
merupakan keajaiban yang lain. Seekor ayam yang rendah tingkat kecerdasannya
mampu menghasilkan telur setiap hari dan melindungi telur yang dihasilkannya
dengan kemasan yang mengagumkan. Memperhatikan bagaimana kulit telur dibentuk
secara menakjubkan mengelilingi cairan yang ada di dalam kulitnya, walaupun
tanpa pelindung, meningkatkan kekaguman yang dirasakan oleh orang beriman
terhadap seni penciptaan Allah.
Berbagai minuman, yang dianggap oleh sementara manusia harus tersedia dalam
sarapan, berasal dari tumbuhan. Setelah daun-daun tumbuhan tersebut mengalami
proses tertentu, daun tersebut menjadi cairan beraroma manis. Beribu-ribu macam
tumbuhan yang tumbuh dari tanah yang sama menunjukkan kekuasaan, kekuatan, dan
kasih sayang tak terbatas dari Allah yang telah menciptakannya. Sebagaimana
difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an:
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya)… (QS Al An'am, 6:141)
Allah memberi kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Dia menciptakannya
banyak nikmat untuk kita makan. Dia menguji manusia dalam hidup di dunia ini
dengan kekayaan dan kemiskinan. Dia menyukai orang yang menunjukkan akhlak
terpuji di saat berhadapan dengan ujian ini. Dia menerangkan dalam Al Qur’an
bahwa mereka akan menerima nikmat yang kekal di dalam Surga. Sebagai contoh,
sementara sebagian orang menyantap sarapan yang lezat, orang lain hanya memiliki
sedikit makanan. Namun orang beriman, kaya atau miskin, akan selalu bertingkah
laku dengan cara diridhai oleh Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan ikhlas.
Apabila dia kaya, dia tidak akan sombong atau menjadi tinggi hati. Apabila dia
miskin, dia tidak akan khawatir dan menyesali keadaannya.
Orang beriman menyadari bahwa Allah sedang mengujinya. Dia juga menyadari bahwa
segala hal dalam hidup ini adalah tidak kekal. Al Qur’an menyatakan bahwa Allah
akan menguji manusia melalui kebaikan dan keburukan. “Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan." (QS Al Anbiya', 21:35). Dengan alasan ini, orang yang hidup
sesuai dengan Al Qur’an mengetahui bahwa bukanlah nikmat yang dia terima,
melainkan sikapnya terhadap nikmat tersebutlah yang bernilai di hadapan Allah.
Walaupun dia tidak kaya, orang beriman dengan ikhlas bersyukur kepada Allah.
Dalam Al Qur’an Allah menerangkan bahwa Dia akan menambah nikmat kepada mereka
yang bersyukur dengan ikhlas dan kesungguhan hati. Dia juga memperingatkan orang
yang tidak bersyukur akan pedihnya siksa di Neraka:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim, 14:7)
Orang yang merenungkan bukti kesempurnaan ciptaan di sekililingnya, dan juga
alasan di balik penciptaan makanan, juga akan melihat kehendak Yang Mahakuasa di
dalam susunan dan cara kerja mulut yang diciptakan untuk memakan makanan dengan
mudah. Agar manusia dapat makan, makanannya, bibirnya, gigi, lidah, rahang,
kelenjar ludah, dan jutaan sel bekerja sama dalam keselarasan yang sempurna.
Semua ini diatur sedemikian rupa sehingga beberapa fungsi dapat dilakukan pada
waktu bersamaan tanpa menimbulkan gangguan. Gigi memotong makanan menjadi
bagian-bagian kecil, dan lidah terus-menerus mendorong makanan di sela-sela gigi
untuk dikunyah. Dengan otot yang kuat, rahang membantu gigi mengunyah ketika
orang yang makan menggerakkan lidahnya dengan cara yang sesuai. Bibir berperan
sebagai pintu yang tertutup dengan rapat untuk mencegah makanan keluar dari
mulut.
Selain itu, bagian-bagian yang membentuk organ-organ tubuh ini bekerja sama
dalam keselarasan yang sempurna. Misalnya, gigi, sesuai dengan tempat dan
susunannya, menggigit makanan menjadi bagian-bagian kecil dan mengunyahnya.
Seluruh gigi diatur dan disusun pada tempatnya sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Setiap gigi tumbuh dan tinggal dalam ukuran panjang tertentu agar
dapat bekerja sama dengan baik dengan gigi yang ada di tempat yang berlawanan
dengannya. Tentunya organ ini tidak memiliki kesadaran atau kecerdasan. Gigi
tidak dapat menentukan sendiri bagaimana bekerja sama dengan gigi yang lain. Dan
koordinasi luar biasa seperti yang telah dijelaskan tersebut tidak terjadi
secara kebetulan. Setiap bagian dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu. Tidak ada keraguan bahwa rancangan menakjubkan ini berasal dari
Allah Yang “telah menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.” (QS Al Furqan, 25:2). Allah telah menciptakan semua ini
untuk memudahkan manusia memakan makanannya dan mengambil manfaat serta
menikmatinya.
Hal penting lainnya yang direnungkan oleh orang beriman adalah kenyataan bahwa
dia dapat mencium bau makanan di dapur dan mengecapnya tanpa susah payah. Hal
ini dimungkinkan oleh indera yang dimilikinya. Indera pengecap dan penciumannya,
yang tidak berhenti sepanjang hidupnya, bekerja dengan sempurna tanpa biaya apa
pun; mereka tidak pernah berlatih untuk menggunakannya dengan cara yang benar,
dan mereka pun tidak menyadari kegiatan indera tersebut.
Apabila seseorang tidak memiliki indera pengecap ini, berbagai macam rasa dari
daging, ikan, sayuran, sup, selada, buah, minuman, dan selai tidak akan ada arti
baginya. Selain itu, rasa makanan tersebut mungkan tidak akan lezat, hambar,
tawar, atau tidak mengenakkan dan memualkan perut. Tidak diragukan lagi bahwa
rasa dan indera yang menerimanya telah secara khusus diciptakan untuk manusia.
Adalah kesalahan besar jika tidak menyadarinya karena kelalaian akibat kebiasaan.
Al Qur’an menerangkan bahwa Allah menciptakan makanan yang baik dan bersih untuk
manusia:
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap,
dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan
sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung
Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Ghafir, 40:64)
Sudah barang tentu, bagi orang-orang yang berpikir, setiap rasa merupakan sarana
untuk bersyukur kepada Allah dengan sebaik-baiknya, mengingat-Nya dengan penuh
rasa terima kasih, memuji-Nya, dan berterima kasih pada-Nya. Orang beriman yang
mengetahui bahwa setiap jenis makanan lezat dan minuman datang dari Allah,
memikirkannya saat dia duduk di meja makan, sehingga bersyukur kepada Allah.
Allah berfirman dalam Al Qur’an:
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari itulah mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (QS Ya Sin, 36:33-35)
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. Maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman. Maka mengapa mereka tidak bersyukur? (QS. Ya Sin, 36: 71-73)
Sebagian orang tidak berpikir tentang pentingnya beberapa kenyataan yang sangat penting. Padahal, mereka telah menyantap makanan yang berasa dan beraroma lezat yang telah memenuhi kebutuhan mereka secara sempurna sepanjang hidup mereka. Kenyataan yang mereka abaikan tersebut adalah, bahwa Allah telah menciptakan nikmat yang tiada bandingannya ini bagi mereka, dan mereka harus bersyukur kepada Allah, Yang telah menyediakan itu semua. Jelas sebuah sikap yang keliru. Mereka seharusnya tidak melupakan bahwa mereka akan ditanya di akhirat, tentang apakah mereka telah bersyukur kepada Allah.
Orang beriman menyadari bahwa Allah telah memberikan tubuh sebagai amanat. Dia bertanggung jawab untuk menjaga nikmat tiada tara ini sebaik mungkin. Untuk itu dia harus memberi tubuh tersebut makanan dengan cara yang sehat. Dia tahu bahwa
agar bekerja dengan baik, tubuh harus sehat, sehingga harus diberi makanan yang cukup dengan menu yang seimbang. Dia tahu bahwa tubuhnya harus mendapat semua makanan yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan 100 triliun sel dan agar tubuh bisa pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi, baik di saat sarapan, maupun
pada waktu lainnya di hari tersebut, dia akan makan makanan sehat dan alami. Dia menghindari makanan yang berbahaya, walaupun terlihat menarik dan lezat. Dia tidak akan lalai atau ceroboh dalam masalah ini. Misalnya, dia tahu bahwa berfungsinya alat tubuhnya, kemampuan tubuhnya untuk membersihkan bahan beracun, dan kemampuan tubuhnya untuk menghilangkan sakit dan lelah, semuanya tergantung pada air (banyak orang mengabaikan untuk meminumnya secara teratur). Dia dengan seksama meminumnya dalam jumlah yang cukup sepanjang hari. Nabi kita, SAW dalam beberapa kesempatan menunjukkan kepada kita akan pentingnya air.
"All praise is due to Allah Who has made it delicious and sweet by His grace and has not made it either salty or unsavoury." (Imam Ghazali's Ihya Ulum ad-Din)
Sebagai contoh, dalam sebuah perjalanan dia duduk di suatu tempat dan meminta air dari orang yang berada di sebelahnya. Setelah membasuh tangan dan wajahnya dan meminum air, beliau bersabda pada pengikutnya, “Percikkan sebagian airnya
pada wajah dan dadamu.” (Sahih al-Bukhari) Nabi Muhammad, SAW bersabda setelah meminum air:
“Segala puji bagi Allah Yang telah membuatnya lezat dan manis dengan kasih sayang-Nya dan tidak membuatnya asin atau membahayakan.” (Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin)
Bersambung ; Dalam Perjalanan
Posting Komentar