Kebenaran
Untuk Anak
Dua Puluh
Empat Jam Dalam Kehidupan Seorang
Muslim
Menurut Ajaran Al Qur'an
Oleh; Harun
Yahya
Berpakaian
Pada saat orang yang beriman memutuskan pakaian mana yang hendak dikenakannya
sepanjang hari dan mengenakannya, dia menyadari sebuah kenyataan penting: bahwa
pakaian adalah salah satu dari nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya dan
ada kebaikan dalam adanya pakaian. Semua orang mengambil manfaat dari nikmat ini,
tetapi hanya seorang muslim yang hidup sesuai dengan ajaran Al Qur’an yang mampu
menghargai dengan baik bahwa pakaian yang indah adalah kasih sayang dari Allah
dan bersyukur kepada-Nya atas berkah tersebut. Pakaian segera mengingatkan orang
beriman bahwa makhluk hidup adalah sumber pakaian wol, kapas, dan sutra. Bahan
pakaian yang kita pakai, hampir di setiap saat dalam hidup kita, diperoleh dari
tumbuhan dan hewan yang merupakan ciptaan yang menakjubkan. Dengan kata lain,
seandainya Allah tidak menciptakan makhluk hidup yang memiliki kemampuan
menyediakan untuk manusia berbagai macam pakaian dari yang paling sederhana
sampai yang paling mewah, maka bahan mentah tersebut tidak akan ada.
Meskipun mereka sebenarnya mengetahui ini, sebagian orang tidak peduli atau,
karena kesesatannya, tidak menghargai nikmat yang mereka miliki. Karena mereka
diberi pakaian yang mereka butuhkan sejak mereka lahir, berpakaian telah menjadi
kebiasaan bagi mereka. Kebiasaan ini melalaikan mereka dari menyadari bahwa
pakaian mereka merupakan nikmat. Mereka juga lalai untuk mensyukurinya. Padahal,
salah satu alasan mengapa Allah menurunkan nikmat di dunia adalah agar manusia
berterima kasih kepada-Nya atas semua nikmat tersebut. Oleh karena itu, marilah
kita mempelajari alasan mengapa Allah menciptakan pakaian untuk kita. Mari kita
mulai dari manfaat pakaian tersebut untuk kita.
Pakaian seolah sebuah
tameng yang melindungi tubuh manusia dari dingin, sinar matahari yang berbahaya,
dan bahaya ringan di sekitar kita seperti lecet dan cedera. Kalau kita tidak
memiliki pakaian, kulit tipis yang menutupi tubuh manusia akan sering terluka
oleh berbagai bahaya ringan tersebut. Tentu itu menyakitkan, mengancam kesehatan,
dan kulit dapat mengalami kerusakan yang parah.
Allah berfirman dalam Al Qur’an tentang alasan lain penciptan pakaian pelindung:
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. (QS. Al A’raf, 7: 26)
Sebagaimana yang disampaikan ayat ini, pakaian memberi manusia penampilan yang
lebih indah.
Jelaslah bahwa pakaian merupakan kebutuhan yang tak bisa dielakkan dan nikmat
sangat penting yang telah Allah berikan kepada kita. Orang beriman yang
menyadari ini akan sangat berhati-hati dan tidak sembarangan dalam mengenakan
pakaian. Ini menunjukkan bahwa dia sangat bersyukur kepada Allah atas nikmat
yang telah dikaruniakan-Nya.
Sifat lain yang dikaruniakan kepada orang beriman berdasarkan nilai-nilai yang
diajarkan oleh Al Qur’an adalah kesederhanaan dalam membelanjakan uang yang juga
diterapkan pada saat membeli pakaian. Dia membeli barang yang dia butuhkan,
cocok dengannya, dan tidak berlebihan. Dia tidak menghamburkan uang dengan
membelanjakan uang untuk barang yang tidak diperlukannya. Ayat berikut
menunjukkan kenyataan tersebut:
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah yang demikian.
(QS Al Furqan, 25:67)
Kehatian-hatian dalam berpakaian bagi seseorang yang menjalani hidup sesuai Al
Qur’an tidak hanya berhenti sampai di sini. Sebagai contoh, selain berpakaian
dengan pakaian yang bersih, orang beriman yang menghargai keindahan akan
berhati-hati dalam berpakaian dengan baik dan juga disesuaikan dengan situasi
yang ada. Sebagaimana ditunjukkan oleh Al Qur’an, pakaian itu menyenangkan untuk
dipandang mata (Surat al-A'raf: 26). Ada beberapa contoh mengenai bagaimana Nabi
Muhammad, SAW berpakaian dan anjurannya mengenai hal ini dalam sabdanya kepada
kita:
“Makanlah apa yang kamu suka, dan pakailah apa yang kamu suka dengan
memperhatikan bahwa tidak terdapat dua hal: berlebih-lebihan dan kemewahan yang
sia-sia.” (Maulana Muhammad Mansyur Nu'mani, Ma'ariful Hadith)
Berikut ini juga merupakan keterangan yang diberikan kepada kita mengenai
bagaimana Nabi Muhammad, SAW berpakaian:
Setiap saat seorang utusan datang kepada Rasulullah. dia akan mengenakan pakaian
terbaiknya dan memerintahkan sahabat-sahabat dekatnya untuk melakukan hal yang
sama (Tabaqat Hadith, Volume 4, Nomor 346)
Ketika seorang sahabatnya tidak mempedulikan penampilannya dan terlihat tidak
rapi, Nabi Muhammad, SAW. segera menegurnya. Contoh ini telah disampaikan kepada
kita:
Rasulullah sedang berada di mesjid, di saat seseorang dengan rambut tidak
disisir rapi dan janggut kusut datang. Nabi (SAW) menunjukkan jari kepadanya,
seperti mengisyaratkan padanya bahwa dia harus merapikan rambut dan janggutnya.
Orang tersebut pergi dan melakukan apa yang diisyaratkan, kemudian kembali. Nabi
(SAW) berkata, “Tidakkah lebih baik jika setiap orang dari kalian datang dengan
rambut terurus?" (Malik's Muwatta, Volume 2, Nomor 949)
Dalam Al Qur’an, Allah berfirman bahwa pakaian dan perhiasan merupakan bagian
dari nikmat terbaik di Surga. Beberapa di antaranya disebutkan dalam ayat-ayat
berikut:
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu
mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian
mereka adalah sutera. (QS Al Hajj, 22:23)
… mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk)
berhadap-hadapan. (QS Ad Dukhan, 44:53)
Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan
kepada mereka gelang yang terbuat dari perak … (QS Al Insan, 76:21)
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah berfirman mengenai sutra halus dan sutra tebal,
dan perhiasan yang terbuat dari emas, perak dan mutiara. Perhiasan yang kita
miliki di dunia ini sama dengan yang ada di Surga. Bagi orang yang beriman,
memandang perhiasan ini (mereka memilikinya atau tidak) merupakan sarana yang
menuntunnya untuk merenungkan Surga dan keinginan yang lebih besar untuk
mencapainya. Orang beriman merenungkan tujuan penciptaan semua itu dan menyadari
bahwa segala nikmat di dunia ini tidaklah kekal. Satu-satunya nikmat sejati dan
yang kekal terdapat di akhirat.
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.
Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai
di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka
memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk
sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang
sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. (QS Al Kahfi, 18:30-31)
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang menjalani hidup
sesuai Al Qur’an dan Sunnah dalam hal pakaian adalah bahwa penampilan luar
sangat penting dalam membangun hubungan dengan orang lain. Berdasarkan alasan
ini, orang beriman akan memberikan perhatian lebih pada apa yang akan dia
kenakan ketika mengajak orang lain menerima agama Al Qur’an. Dia akan sangat
bersemangat memakai pakaian yang bersih, bersahaja, dan cocok dengannya. Ini
menunjukkan pengabdiannya kepada perintah Allah dan penghormatannya kepada orang
lain.
Hanya mereka yang hidup sesuai Al Qur’an saja yang sangat memperhatikan kondisi
psikologis seseorang. Dia juga berhati-hati agar dapat seberhasil mungkin dalam
menyampaikan jalan keselamatan yang abadi. Dia pun sangat teliti mengenai apa
yang sedang dikenakannya.
Sebagai kesimpulan, orang beriman yang menjadikan Nabi Muhammad, SAW sebagai
teladan, selalu berada dalam keadaan bersih, rapi, dan berpakaian menarik. Dia
sangat menikmati hal ini karena mengharapkan meraih ridha Allah.
Disalin dari eBook Harun
Yahya,
Syariat
Islam, Al Qur'an
Posting Komentar