Home » , , » Surat dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya

Surat dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya

Written By Rachmat.M.Flimban on 15 April 2017 | 4/15/2017 11:58:00 PM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Surat dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya
Adab dan Etika
‘Idatush Shabirin karya Abdullah bin Ibrahim Al Qar’awi,

Surat dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya
Anakku, ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.
Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik.
Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagianku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat di depan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.
Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada ibu untuk membuatkan sesuatu.
Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat. Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang ingin mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.
Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hakku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.
Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.
Anakku, seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada ibu? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada ibu?
Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi ibu? Baiklah, anggap ibu sebagai pembantu, mana upah ibu selama ini? Anakku, ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya. Anakku, bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya duniaku.
Anakku, perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat. Anakku, takutlah kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada ibu. Sekalah airmataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri.
Anakku, ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayang dan kelelahan ibu saat engkau sakit. Ingatlah… ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat: "Wahai, Rabb-ku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil".
Anakku, Allah عزّوجلّ berfirman (artinya): Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal. (QS. Yusuf/12: 111). Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah صلى الله عليه وسلم masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.
Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam Shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia bercerita:
كُنْتُ أَدْعُو أُمِّي إِلَى الْإِسْلَامِ وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا فَأَسْمَعَتْنِي فِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَكْرَهُ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَبْكِي قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أَدْعُو أُمِّي إِلَى الْإِسْلَامِ فَتَأْبَى عَلَيَّ فَدَعَوْتُهَا الْيَوْمَ فَأَسْمَعَتْنِي فِيكَ مَا أَكْرَهُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَهْدِيَ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ فَخَرَجْتُ مُسْتَبْشِرًا بِدَعْوَةِ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا جِئْتُ فَصِرْتُ إِلَى الْبَابِ فَإِذَا هُوَ مُجَافٌ فَسَمِعَتْ أُمِّي خَشْفَ قَدَمَيَّ فَقَالَتْ مَكَانَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَسَمِعْتُ خَضْخَضَةَ الْمَاءِ قَالَ فَاغْتَسَلَتْ وَلَبِسَتْ دِرْعَهَا وَعَجِلَتْ عَنْ خِمَارِهَا فَفَتَحَتْ الْبَابَ ثُمَّ قَالَتْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ وَأَنَا أَبْكِي مِنْ الْفَرَحِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبْشِرْ قَدْ اسْتَجَابَ اللَّهُ دَعْوَتَكَ وَهَدَى أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ خَيْرًا
Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu: "Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah." Rasulullah bersabda: "Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah." Aku keluar dengan hati riang karena do'a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata: "Tetap di situ Abu Hurairah." Aku mendengar kucuran air. Ibu ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata: "Wahai, Abu Hurairah! Asyhadu an Laa ilaaha Illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu warasuluhu." Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis gembira. Aku berkata," Wahai, Rasulullah. Bergembiralah. Allah telah mengabulkan do'amu dan menunjuki ibuku." Maka Beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta berkomentar baik. (HR. Muslim)
Ibnu 'Umar رضي الله عنهما pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya: "Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku), wahai Ibnu 'Umar?" Beliau menjawab: "Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitannya (saat bersalin)."
Zainal 'Abidin رحمه الله, adalah seseorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepada, (dan berkata): "Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam?" Ia menjawab, "Aku khawatir, tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya."
Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al Qarni رحمه الله, orang yang sudah beriman pada masa Nabi صلى الله عليه وسلم, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi صلى الله عليه وسلم. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih syurga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau صلى الله عليه وسلم di dunia.
Dalam Shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata: Bila rombongan dari Yaman datang, Umar bin Khaththab رضي الله عنه bertanya kepada mereka: "Apakah Uwais bin 'Amir bersama kalian?" Sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, "Engkau Uwais bin 'Amir?" Ia menjawab,"Benar." 'Umar bertanya, "Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn?" Ia menjawab, "Benar". Umar bertanya, "Apakah engkau dulu pernah sakit lepra dan sembuh, kecuali kulit yang sebesar uang dirham?" Ia menjawab,"Benar." 'Umar bertanya, "Engkau punya ibu?" Ia menjawab, "Benar." Umar (pun) mulai bercerita, "Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, 'Akan datang pada kalian Uwais bin 'Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu'." (Umar berkata), "Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku," maka ia memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, "Kemana engkau akan pergi?" Ia menjawab, "Kufah." Umar berkata, "Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?" Ia menjawab, "Aku lebih suka bersama orang yang tidak dikenal."
Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin 'Aun pernah memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya.

Sumber: Almanhaj.or.id dari Majalah as-Sunnah
Edisi 11 Tahun VIII 1426 H / 2005 M
Disalin dari eBook Ibnumajjah.com

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين


Anda Sedang membaca artikel yang berjudul Surat dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya Silahkan baca artikel dari HOSE AL ISLAM Tentang , , Yang lainnya. Dan Ingin Mengeprint klik tombol prin di Bawah, atau bookmark halaman ini dengan URL : https://baytal-islam.blogspot.com/2017/04/surat-dari-ibu-yang-terkoyak-hatinya.html
Klik Untuk Print Friendly and PDF
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger