Aqidah
Karena Cinta, Aku Rindu Ingin Melihat Wajah-Mu (Bag. 3)
Oleh; Muhammad Saifudin Hakim
Baca pembahasan sebelumnya Karena Cinta, Aku Rindu Ingin Melihat Wajah-Mu (Bag. 2)
Kerinduan Melihat Wajah-Mu
Lihatlah mereka yang memiliki cinta palsu kepada sang idola. Pecinta (maniak) sepak bola akan rindu, sangat ingin bertemu dan melihat langsung pesebak bola dunia yang selama ini hanya bisa dia saksikan di layar kaca. Lihatlah mereka yang memiliki cinta palsu kepada sanga artis idola. Mereka teriak-teriak histeris ketika bertemu langsung dengan sang pujaan hati. Potret kecintaan seperti ini, bisa kita saksikan dalam dunia nyata kita.
Namun, wahai hati yang lalai, pernahkah kita merasa rindu untuk melihat wajah-Nya? Kita setiap hari beribadah dan menghamba kepada Allah Ta’ala dalam ruku’ dan sujud kita. Kita memuji Allah dan mengagungkan-Nya dalam setiap detik ibadah kita, meskipun kita tidak bisa melihat-Nya di dunia. Namun seorang mukmin yakin dan percaya bahwa Allah Ta’ala itu ada dan pasti selalu rindu untuk melihat wajah-Nya. Melihat wajah Allah Ta’ala, inilah kenikmatan yang akan Allah Ta’ala berikan kepada hamba-Nya yang beriman.
Allah Ta’ala berfirman,
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya”(QS. Yunus [10]: 26).
Apakah yang dimaksud dengan “tambahan” dalam ayat ini? Penjelasan tentang hal ini diriwayatkan dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟
“Bila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian?’ Penduduk surga menjawab, ‘Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami menjadi putih? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menjauhkan kami dari neraka?’”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ
“Lalu Allah membukakan pembatas (hijab). Tidak ada satu pun anugerah yang telah diberikan kepada mereka yang lebih mereka cintai daripada anugerah dapat memandang Rabb mereka” (HR. Muslim no. 181).
Dalam Tafsir Jalalain (1/270) disebutkan,
{وَزِيَادَة} هِيَ النَّظَر إلَيْهِ تَعَالَى كَمَا فِي حَدِيث مُسْلِم
“(Yang dimaksud dengan) ’tambahan’ yaitu melihat (wajah) Allah Ta’ala sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Muslim.”
Demikianlah pahala orang-orang yang beriman dan beramal shalih, yaitu Allah siapkan untuknya surga dan nikmat yang paling nikmat, yaitu melihat wajah Allah Ta’ala.
Inilah yang akan dirindukan oleh setiap mukmin di detik-detik ketika ajal menjemputnya. Ketika sakaratul maut, seorang mukmin akan diperlihatkan amal ibadahnya ketika masih hidup di dunia sehingga dia pun rindu untuk segera bertemu dengan Rabb-nya. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. (Sebaliknya), barangsiapa yang membenci perjumpaan dengan Allah, Allah pun membenci perjumpaan dengannya.”
Mendengar hadits ini, ‘Aisyah atau sebagian istri Nabi berkata,
إِنَّا لَنَكْرَهُ المَوْتَ
“Sesungguhnya kami cemas (menunggu) kematian.”
‘Aisyah menyangka bahwa ketika mereka merasa cemas terhadap kematian, berarti dia benci untuk bertemu dengan Allah Ta’ala. Sehingga anggapan seperti ini pun diluruskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
لَيْسَ ذَاكِ، وَلَكِنَّ المُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ المَوْتُ بُشِّرَ بِرِضْوَانِ اللَّهِ وَكَرَامَتِهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ، فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ وَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الكَافِرَ إِذَا حُضِرَ بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَعُقُوبَتِهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ، كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
“Bukan begitu. Namun yang benar, seorang mukmin jika dijemput kematian, dia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah Ta’ala dan karamah-Nya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang lebih dia cintai daripada apa yang di hadapannya. Dia pun mencintai untuk berjumpa dengan Allah Ta’ala, dan Allah pun cinta untuk berjumpa dengannya.”
“Sebaliknya orang kafir, jika mereka dijemput kematian, dia diberi kabar buruk dengan siksa (adzab) Allah dan hukuman-Nya. Sehingga tidak ada yang lebih dia cemaskan (dia takutkan) daripada sesuatu yang ada di hadapannya. Dia pun membenci berjumpa dengan Allah, dan Allah benci untuk berjumpa dengannya.” (HR. Bukhari no. 6507)
Setiap orang yang merasakan cinta, tentu dia akan gundah gulana ketika lama tidak berjumpa dengan kekasihnya. Dan demikianlah hakikat cinta seorang mukmin kepada Rabb-nya.
[Selesai]
Sumber Artikel; Muslim.or.id
Posting Komentar