Tazkiyatun Nufus
Masuk Surga Bersama Keluarga
dr. Raehanul Bahraen
Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Siapa
yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama keluarga. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat.
Kita lihat contoh fenomena di Indonesia, ketika momen lebaran idul fitri,
kaum muslimin berusaha agar berkumpul bersama keluarga dengan segala upaya.
Misalnya menebus harga tiket yang mahal, perjalanan yang jauh, macet dan
melelahkan serta halangan dan rintangan lainnya ketika safar untuk pulang
kampung. Semuanya ini dilakukan untuk bisa berkumpul bersama keluarga dan
berbahagia bersama.
Perlu diketahui bahwa semua kenikmataan dan kebahagiaan yang diinginkan oleh
manusia di dunia, akan ada di surga kelak.
Allah berfirman,
ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺪَّﻋُﻮﻥ
“Di dalam surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan
dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta.” (Q.S.
Fushshilat: 31)
Kesamaan tersebut hanya ada pada nama, akan tetapi kenikmatannya tentu
berbeda, jauh lebih nikmat di surga.
Tentunya kenikmatan berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga
telah disediakan oleh Allah.
Allah berfirman,
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ
وَذُرِّيَّاتِهِمْ
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh
dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan
mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak-cucunya di
surga. Ini adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau berkata,
يجمع بينهم وبين أحبابهم فيها من الآباء والأهلين والأبناء ، ممن هو صالح لدخول
الجنة من المؤمنين; لتقر أعينهم بهم ، حتى إنه ترفع درجة الأدنى إلى درجة الأعلى ،
من غير تنقيص لذلك الأعلى عن درجته
“Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam
surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak
masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi
tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga
yang sama derajatnya, pent).”[1]
Orang tua dan anak saling tarik-menarik ke surga dengan memberi syafaat
Fasilitas yang Allah sediakan agar keluarga bisa masuk surga bersama yaitu
mereka akan saling tarik-menarik agar bisa masuk surga dan berada di dalam surga
yang tingkatnya sama. Hal ini Allah anugrahkan agar mereka bisa berkumpul
bersama. Bisa jadi sang anak berada di surga tertinggi, sedangkan orang tua
berada di surga terendah, maka sang anak mengangkat derajat orang tuanya ke
surga yang lebih atas, demikian juga sebaliknya.
Anak bisa mengangkat derajat orang tua mereka, hal ini telah diketahui oleh
kaum muslimin dengan banyak dalil.
Misalnya anak sebagai amal jariyah yang terus mendoakan orang tuanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya dan doa anak yang
shalih”[2]
Demikian juga derajat orang tua naik karena istigfar anaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
إنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟
فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sungguhnya seseorang benar-benar diangkat derajatnya di surga lalu dia pun
bertanya, ‘Dari mana ini?’ Dijawab, ‘Karena istigfar anakmu untukmu.’[3]
Orang tua pun bisa menarik anaknya ke tingkatan surga yang lebih tinggi.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا
بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ
امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa
yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur: 21)
Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan,
{ألحقنا بهم ذرياتهم} المذكورين في الجنة فيكونون في درجتهم وإن لم يعملوا تكرمة
للآباء باجتماع الأولاد إليهم
“Maksud dari ‘Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka’ yaitu, anak-cucu
mereka kelak di surga, sehingga jadilah anak-cucu mereka sama derajatnya dengan
mereka walaupun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka, sebagai
penghormatan terhadap bapak-bapak mereka agar bisa berkumpul dengan anak-cucu
mereka (di surga kelak).”[4]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
ذريتهم الذين اتبعوهم بإيمان أي: الذين لحقوهم بالإيمان الصادر من آبائهم، فصارت
الذرية تبعا لهم بالإيمان، ومن باب أولى إذا تبعتهم ذريتهم بإيمانهم الصادر منهم
أنفسهم، فهؤلاء المذكورون، يلحقهم الله بمنازل آبائهم في الجنة وإن لم يبلغوها،
جزاء لآبائهم، وزيادة في ثوابهم، ومع ذلك، لا ينقص الله الآباء من أعمالهم شيئا
“Keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan maksudnya adalah mereka
mengikuti keimanan yang muncul dari orang tua atau kakek-buyut mereka. Lebih
utama lagi jika keimanan muncul dari diri anak-keturunan itu sendiri. Allah akan
mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua atau kakek-buyut mereka di
surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya (kedudukan anak lebih rendah
dari orang tua –pent), sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi
pahala mereka. Akan tetapi Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka
sedikitpun.”[5]
Semoga kita semua bisa masuk surga bersama keluarga yang kita cintai.
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir
[2] HR. Muslim no. 1631
[3] Sunan Ibnu Majah no. 3660, dinilai hasan oleh Al-Arnauth dalam tahqiq Musnad Ahmad]
[4] Tafsir Jalalain hal. 535, Darus Salam, Riyadh, cet.II, 1422 H
[5] Taisir Karimir Rahman hal 780, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet.I, 1424 H
Posting Komentar