ADAB dan ETIKA
MUQODDIMAH
Kata akhlak secara bahasa diambil dari kata (الْخُلُقُ) yang artinya agama, tabiat, dan karakter/ perangai, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Atsir رحمه الله dalam kitab beliau An-Nihayah fi Gharibul Hadits.
Adapun secara istilah, kata akhlak dapat dimutlakkan atas dua makna. Makna yang pertama lebih luas dari yang kedua. Akhlak berarti sifat yang selalu ada pada jiwa, karenanya ia dipuji atau dicaci. Atau dapat diartikan, akhlak adalah berpegang teguh dengan hukum-hukum syar'i dan adab-adabnya baik dengan melakukan (yang diperintah) atau meninggalkan (yang dilarang).
Makna yang pertama didasarkan pada perkataan Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Asyajj Abdil Qais رضي الله عنه, beliau bersabda:
إِنَّ فِيكَ لَخُلُقَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ: الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ. قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخُلُقَيْنِ تَخَلَّقُ بِهِمَا أَمْ جَبَلْتُ عَلَيْهِمَا؟ قَالَ بَلْ اللَّهُ جَبَلَْتُ عَلَيْهِمَا، قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَبَلَنِي عَلَى خُلُقَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ
"Sungguh pada dirimu terdapat dua akhlak yang dicintai oleh Allah, yaitu lembut dan hati-hati." Dia balik menimpali, "Wahai Rasulullah, apakah dua perangai itu aku lakukan karena usahaku atau itu adalah semata pemberian (Allah) kepadaku?" Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, "Itu adalah semata pemberian dari Allah عزّوجلّ." Lalu dia menambahkan, "Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan diriku di atas dua akhlak yang dicintai oleh Allah."
Adapun makna yang kedua didasarkan pada sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ
"Kebaikan adalah bagusnya akhlak."
Dan perkataan Aisyah رضي الله عنها dalam menafsirkan ayat Allah عزّوجلّ:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesunggulmya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS al-Qalam [68]: 4)
Aisyah رضي الله عنه mengatakan, "Dan akhlak Nabi صلى الله عليه وسلم adalah al-Qur'an." Maka inilah pengertian dari kata akhlak secara bahasa dan istilah.
Pertama: Persaksian Khadijah رضي الله عنها
Rasulullah صلى الله عليه وسلم mendapatkan wahyu pertama, sedang beliau tengah menyendiri di Gua Hira'. Lalu beliau pulang menemui istrinya, yaitu Khadijah رضي الله عنها, seraya mengatakan, "Sungguh aku sangat mengkhawatirkan diriku." Kemudian Khadijah صلى الله عليه وسلم menjawab, "Tidak, sekali-kali tidak akan Allah menghinakan dirimu selamanya. Engkau adalah orang yang menyambung silaturahmi, membantu orang yang lemah, menolong orang yang miskin, dan memuliakan tamu, dan membantu setiap pintu-pintu kebaikan." (HR Bukhari)
Kedua: Persaksian orang-orang Quraisy tatkala membangun Ka'bah
Tatkala orang-orang Quraisy selesai menegakkan bangunan Ka'bah sebelum diutusnya Nabi صلى الله عليه وسلم, mereka berselisih siapakah yang berhak meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya, namun mereka sepakat yang berhak adalah orang pertama yang memasuki pintunya, ternyata yang pertama memasukinya adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم maka mereka pun senang melihatnya. Mereka katakan, "Telah datang seorang yang amanah, telah datang Muhammad." Dan sebelumnya mereka menggelari beliau dengan al-Amiin karena mereka tahu bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah orang yang amanah.
Ketiga: Persaksian orang-orang Quraisy akan kejujuran Nabi صلى الله عليه وسلم
Disebutkan dalam sejarah bahwa tatkala turun ayat Allah عزّوجلّ:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS asy-Syu'araa1 [26]: 214)
Maka Nabi صلى الله عليه وسلم naik ke atas Bukit Shafa lalu memanggil, "Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adi...!!" Hingga mereka semua berkumpul. Sampai-sampai bila ada seorang yang tidak bisa hadir maka dia akan mengutus utusan untuk melihat apa yang terjadi. Datang juga Abu Lahab dan pembesar Quraisy lainnya. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم meneriakkan, "Bagaimana menurut kalian bila aku kabarkan bahwa telah tiba pasukan berkuda di belakang bukit yang datang untuk menghancurkan kalian, apakah kalian akan percaya...??"
Serempak mereka mengatakan, "Tentu kami percaya, karena engkau tidak pernah mengabarkan kedustaan." Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم melanjutkan, "Sesungguhnya aku peringatkan kalian dari adzab yang keras." Lalu keluar ucapan dari Abu Lahab, "Celaka kamu, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami??" (HR al-Bukhari)
Keempat: Persaksian Abu Jahal akan kejujuran Nabi صلى الله عليه وسلم
Suatu hari, Abu Jahal mengatakan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, "Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa."
Lalu Allah عزّوجلّ menurunkan ayat:
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah, (QS al-An'aam [6]: 33)
Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 130 Ed.5 Th. ke-12_1433 H_2012 M
Dikutib dari eBook ibnumajjah.com
Bersambung Potret Sebagian Akhlak Nabi
author; Rachmat. Flimban
Posting Komentar