بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bahaya memuji orang lain dan gila pujian
Sebagian orang mungkin gila akan pujian sehingga yang diharap-harapkan adalah
komentar baik orang lain. Padahal pujian seringkali menipu. Begitu pula kita pun
sering berperilaku memuji orang lain di hadapannya. Dari satu sisi kala
menimbulkan sisi negatif, ini adalah suatu hal yang tidak baik. Coba baca
hadits-hadits berikut yang dibawakan oleh Imam Bukhari dalam kitab Al Adabul
Mufrod dengan beberapa tambahan bahasan lainnya.
komentar baik orang lain. Padahal pujian seringkali menipu. Begitu pula kita pun
sering berperilaku memuji orang lain di hadapannya. Dari satu sisi kala
menimbulkan sisi negatif, ini adalah suatu hal yang tidak baik. Coba baca
hadits-hadits berikut yang dibawakan oleh Imam Bukhari dalam kitab Al Adabul
Mufrod dengan beberapa tambahan bahasan lainnya.
Memuji Orang Lain di Hadapannya Sama dengan Menyembelihnya
Dari Abu Bakrah, ia menceritakan bahwa ada seorang pria yang disebutkan di
hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji
orang tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda,
hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji
orang tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda,
ويحك قطعت عنق صاحبك، (يقوله مراراً)، إن كان أحدكم مادحاً لا محالة، فليقل: أحسِبَ كذا وكذا- إن كان يرى أنه كذلك - وحسيبه الله، ولا يزكي على الله أحداً
"Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau
mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus
memuji, maka ucapkanlah, ”'Saya kira si fulan demikian kondisinya." -Jika dia
menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah
dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.” (Shahih): [Bukhari: 52-Kitab
Asy Syahadat, 16-Bab Idza Dzakaro Rojulun Rojulan]
mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus
memuji, maka ucapkanlah, ”'Saya kira si fulan demikian kondisinya." -Jika dia
menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah
dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.” (Shahih): [Bukhari: 52-Kitab
Asy Syahadat, 16-Bab Idza Dzakaro Rojulun Rojulan]
Abu Musa berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar seorang
pria berlebih-lebihan dalam memuji seorang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam lalu bersabda,
pria berlebih-lebihan dalam memuji seorang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam lalu bersabda,
”Kalian telah membinasakan atau mematahkan punggung orang itu.”(Shahih):
[Bukhari: 78-Kitab Al Adab, 54-Bab Maa Yukrohu Minat Tamaduh. Muslim: 53-Kitab
Az Zuhd, hal. 67]
[Bukhari: 78-Kitab Al Adab, 54-Bab Maa Yukrohu Minat Tamaduh. Muslim: 53-Kitab
Az Zuhd, hal. 67]
Dari Ibrahim At Taimiy dari ayahnya, ia berkata, "Kami duduk bersama Umar
[ibnul Khaththab radliallahu 'anhu]. Lalu ada seorang pria memuji orang lain
yang berada di hadapannya. Umar lalu berkata,
[ibnul Khaththab radliallahu 'anhu]. Lalu ada seorang pria memuji orang lain
yang berada di hadapannya. Umar lalu berkata,
عقرت الرجل، عقرك الله
"Engkau telah menyembelih orang itu, semoga Allah menyembelihmu.”(Hasan
secara sanad)
secara sanad)
’Umar berkata,
المدح ذبح
"Pujian itu adalah penyembelihan.”(Shahih secara sanad)
Muhammad (guru imam Bukhari-ed) berkata,
يعني إذا قبلها
“(Hal itu berlaku) apabila ia senang akan pujian yang diberikan kepadanya.”
Boleh Memuji Jika Aman dari Fitnah (Sisi Negatif)
Dari Abu Hurairah, ia menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
نعم الرجل أبو بكر، نعم الرجل عمر، نعم الرجل أبو عبيدة، نعم الرجل أسيد بن
حُضير، نعم الرجل ثابت بن قيس بن شماس، نعم الرجل معاذ بن عمرو بن الجموح، نعم
الرجل معاذ بن جبل
حُضير، نعم الرجل ثابت بن قيس بن شماس، نعم الرجل معاذ بن عمرو بن الجموح، نعم
الرجل معاذ بن جبل
"Pria terbaik adalah Abu Bakr, ‘Umar, Abu ‘Ubaidah, Usaid bin Hudhair, Tsabit
bin Qais bin Syammas, Mu’adz bin Amru ibnul Jamuh dan Mu’adz bin Jabal.”
Kemudian beliau mengatakan,
bin Qais bin Syammas, Mu’adz bin Amru ibnul Jamuh dan Mu’adz bin Jabal.”
Kemudian beliau mengatakan,
وبئس الرجل فلان، وبئس الرجل فلان
“Pria terburuk adalah fulan dan fulan.” Beliau menyebutkan tujuh nama.
(Shahih) Ash Shahihah (875): [Saya tidak mendapatkannya di salah satu kitab
induk hadits yang enam]. Saya (Syaikh Al Albani) berkata: “Bahkan hadits ini
diriwayatkan oleh At Tirmidzi. Silakan lihat Ash Shahihah.”
(Shahih) Ash Shahihah (875): [Saya tidak mendapatkannya di salah satu kitab
induk hadits yang enam]. Saya (Syaikh Al Albani) berkata: “Bahkan hadits ini
diriwayatkan oleh At Tirmidzi. Silakan lihat Ash Shahihah.”
Menyiramkan (pasir) ke Wajah Orang–orang yang Doyan Memuji
Dari Abu Ma'mar, ia berkata, "Ada seorang pria berdiri memuji salah seorang
gubernur. Miqdad [ibnul Aswad] lalu menyiramkan pasir ke wajahnya dan berkata,
gubernur. Miqdad [ibnul Aswad] lalu menyiramkan pasir ke wajahnya dan berkata,
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نحثي في وجوه المداحين التراب
"Kami diperintahkan oleh Rasulullah untuk menyiramkan pasir ke wajah
orang-orang yang memuji.” (Shahih) Ash Shahihah (912), [Muslim: 53-Kitab Az
Zuhd, hal. 68]
orang-orang yang memuji.” (Shahih) Ash Shahihah (912), [Muslim: 53-Kitab Az
Zuhd, hal. 68]
Dari Atha' ibnu Abi Rabah bahwa ada seorang pria memuji orang lain di hadapan
Ibnu Umar. Ibnu Umar lalu menyiramkan pasir pada mulutnya dan berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Ibnu Umar. Ibnu Umar lalu menyiramkan pasir pada mulutnya dan berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إذا رأيتم المداحين، فاحثوا في وجوههم التراب
"Jika kalian melihat orang-orang yang doyan memuji maka siramkanlah pasir ke wajahnya .”(Shahih) Ash Shahihah (912)
Dari Mihjan Al Aslamy berkata, "Raja' berkata,
أقبلت مع محجن ذات يوم حتى انتهينا إلى مسجد أهل البصرة، فإذا بريدة على باب من
أبواب المسجد جالسٌ، قال: وكان في المسجد رجل يقال له: سكبة، يطيل الصلاة، لما
انتهينا إلى باب المسجد - وعليه بردة- وكان بريدة صاحب مزاحاتٍ. فقال: يا محجن!
أتصلي كما يصلي سكبة؟ فلم يرد عليه محجن،ورجع،
أبواب المسجد جالسٌ، قال: وكان في المسجد رجل يقال له: سكبة، يطيل الصلاة، لما
انتهينا إلى باب المسجد - وعليه بردة- وكان بريدة صاحب مزاحاتٍ. فقال: يا محجن!
أتصلي كما يصلي سكبة؟ فلم يرد عليه محجن،ورجع،
”Saya berjalan bersama Mihjan pada suatu hari hingga kami sampai di masjid
milik penduduk Basrah. Pada saat itu Buraidah [ibnul Hushaib] sedang duduk di
salah satu pintu masjid. Pada masjid itu terdapat seorang pria bernama Sukbah
sedang melaksanakan shalat dalam tempo yang terhitung lama. Ketika kami tiba di
pintu masjid –di mana Buraidah sedang duduk disana-, Buraidah berkata -Buraidah
adalah seorang yang suka bergurau-,
milik penduduk Basrah. Pada saat itu Buraidah [ibnul Hushaib] sedang duduk di
salah satu pintu masjid. Pada masjid itu terdapat seorang pria bernama Sukbah
sedang melaksanakan shalat dalam tempo yang terhitung lama. Ketika kami tiba di
pintu masjid –di mana Buraidah sedang duduk disana-, Buraidah berkata -Buraidah
adalah seorang yang suka bergurau-,
يا محجن! أتصلي كما يصلي سكبة؟
"Wahai Mihjan, apakah engkau shalat seperti shalatnya Sukbah?” Mihjan tidak
menjawabnya tetapi dia lalu pulang.
menjawabnya tetapi dia lalu pulang.
Raja’ berkata, ”Mihjan lalu berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam pernah memegang tanganku lalu kami pergi bersama hingga
menaiki gunung Uhud. Kemudian beliau menatap kota Madinah, beliau lalu bersabda,
'alaihi wa sallam pernah memegang tanganku lalu kami pergi bersama hingga
menaiki gunung Uhud. Kemudian beliau menatap kota Madinah, beliau lalu bersabda,
ويل أمها من رية، يتركها أهلها كأعمر ما تكون؛ يأتيها الدجال، فيجد على باب كل
من أبوابها ملكاً، فلا يدخلها
من أبوابها ملكاً، فلا يدخلها
”Kota ini (Madinah) terancam bahaya. Dia ditinggalkan oleh penghuninya dalam
keadaan makmur. Dajjal mendatanginya lalu mendapati malaikat pada setiap
pintunya, maka dia tidak dapat memasukinya.”
keadaan makmur. Dajjal mendatanginya lalu mendapati malaikat pada setiap
pintunya, maka dia tidak dapat memasukinya.”
Beliau lalu turun kembali. Ketika kami sampai di masjid, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang pria melaksanakan shalat, sujud
dan ruku'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya kepadaku,
shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang pria melaksanakan shalat, sujud
dan ruku'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya kepadaku,
من هذا؟
”Siapa dia?”
Saya berkata dengan nada memujinya,
يا رسول الله ! هذا فلان، وهذا
”Wahai Rasulullah, dia adalah fulan dan kondisinya demikian ...” Beliau lalu bersabda,
أمسك، لا تُسمعه فتهلكه
"Cukup jangan engkau memperdengarkan pujianmu sehingga engkau membinasakannya.”
Mihjan berkata, ”Beliau lalu pergi. Ketika sampai di kamarnya beliau seolah meniup dua tangannya sambil bersabda,
إن خير دينكم أيسره، إن خير دينكم أيسره
"Sesungguhnya sikap beragama yang terbaik adalah mengerjakan kewajiban agama
sesuai dengan kemampuan.” Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. (Hasan) Ash Shahihah (1635)
sesuai dengan kemampuan.” Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. (Hasan) Ash Shahihah (1635)
Jangan Tertipu dengan Pujian Orang Lain
Ibnu ‘Ajibah mengatakan, “Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain
yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu
sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang
mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang begitu
girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.” (Lihat
Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam, Ibnu ‘Ajibah, hal. 159, Mawqi’ Al Qaroq, Asy
Syamilah)
yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu
sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang
mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang begitu
girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.” (Lihat
Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam, Ibnu ‘Ajibah, hal. 159, Mawqi’ Al Qaroq, Asy
Syamilah)
Doa yang Diucapkan Ketika Dipuji Orang Lain
Lihatlah apa yang dilakukan oleh Abu Bakr Ash Shidiq tatkala beliau dipuji
oleh orang lain. Beliau–radhiyallahu ‘anhu- pun berdo’a,
oleh orang lain. Beliau–radhiyallahu ‘anhu- pun berdo’a,
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى
مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ
يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ
يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum.
Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa
laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa
laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan
aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah,
jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap
apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan
mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4/228, no.4876.
Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25/145, Asy Syamilah)
aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah,
jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap
apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan
mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4/228, no.4876.
Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25/145, Asy Syamilah)
Selalu Raih Ikhlas dan Jangan Cari Muka (Cari Pujian)
Abul Qosim juga mengatakan, “Ikhlas adalah membersihkan amalan dari komentar
manusia.”
manusia.”
Dzun Nuun menyebutkan tiga tanda ikhlas:
- Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain.
- Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat.
- Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia).
(Lihat At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, An Nawawi, hal. 50-51, Maktabah
Ibnu ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H)
Ibnu ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H)
Jika kita sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak
bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah saja yang memuji
amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan
komentar dan pujian manusia.
bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah saja yang memuji
amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan
komentar dan pujian manusia.
Sumber Rumaysho.com @ Ummul Hamam – Riyadh KSA, 14 Dzulqo’dah 1432 H (12/10/2011)
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
author;
Rachmat Machmud. Flimban
Posting Komentar