Aqidah Imam Empat رحمهم الله
Dr. Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais
Pendapat ImamAhmad Tentang Sahabat
- Dalam kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad رحمه الله ada keterangan sebagai berikut:
- Imam Ibn al-Jauzi meriwayatkan sepucuk surat dari Imam Ahmad رحمه الله yang beliau kirimkan kepada Musaddad. Di dalam surat itu terdapat keterangan sebagai berikut, “Hendaknya Anda menjadi saksi bahwa sepuluh orang sahabat itu telah diberi tahu akan masuk surga. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, az-Zubair, Sa’ad, Sa’id, Abdurrahman bin Auf dan Ubaidah bin al-Jarrah. Orang yang telah disaksikan oleh Nabi صلي الله عليه وسلم akan masuk surga, kita juga menjadi saksi.”2
- Abdullah putera Imam Ahmad رحمه الله, menuturkan, saya pernah bertanya ayah saya tentang siapa imam-imam ummat ini. Beliau menjawab: “Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.”3
- Abdullah juga mengatakan, bahwa ia pernah bertanya kepada ayahnya tentang “Orang-orang yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib itu bukan seorang Khalifah”. Beliau menjawab: “Itu pendapat yang buruk dan jelek.”4
- Imam Ibn al-Jauzi meriwayatkan dari Imam Ahmad رحمه الله, bahwa beliau berkata, “Orang yang tidak mengakui, bahwa Ali bin Abi Thalib itu khalifah, maka ia lebih sesat daripada keledai piaraan yang hilang.”5
- Imam Ibn Abi Laila juga meriwayatkan dari Imam Ahmad رحمه الله, bahwa beliau berkata: “Orang yang tidak mau mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, jangan kamu ajak bicara dan jangan kamu menikahi keluarganya.”6
“Di antara ajaran as-Sunnah adalah menyebut-nyebut kebaikan semua sahabat Nabi صلي الله عليه وسلم dan menahan diri tidak menyebutkan ketidakbaikan dan pertentangan yang terjadi antara mereka.
Orang yang mencaci para sahabat, atau salah seorang saja di antara mereka, maka ia telah berbuat bid’ah, berpaham Rafidhi (Syi’ah), dan berlaku buruk.
Allah tidak akan menerima amal kebajikannya.
Mencintai Sabahat adalah ajaran as-Sunnah, mendo’akan mereka adalah termasuk ibadah, mengikuti mereka adalah cara yang benar, dan memakai pendapat-pendapat mereka adalah suatu kemuliaan. Kemudian, para sahabat itu, sesudah al-Khulafa’ ar-Rasyidin, adalah manusia-manusia terbaik. Tidak boleh ada orang yang menjelek-jelekan mereka dan sebagainya. Apabila ada yang melakukan hal itu, maka Sultan (Pemerintah) wajib memberinya “pelajaran” dan sanksi, dan tidak boleh membebaskannya.”1
Footnote;
1 as-Sunnah, karya Imam Ahmad, hal. 77-78
2 Ibn al-Jauzi, Manaqib al-Imam Ahmad, hal. 170
3 as-Sunnah, hal. 235
4 Ibid
5 Manaqib al-Imam Ahmad, hal. 163
6 Thabaqat al-Hanabillah, I/45
Dinukil dari eBook, Ibnu Majjah 4 Ummat Muslim
Posting Komentar