Hukum Merusak Sarang Laba-laba
Banyak orang mengatakan, laba-laba itu hewan berjasa karena pernah menyelamatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau bersembunyi di gua Tsur saat dikejar orang kafir. Sehingga wajib diistimewakan, tidak boleh diganggu atau dibunuh. Membunuh laba-laba termasuk perbuatan dosa. Apa itu benar?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Sebelumnya kita akan melihat lebih dekat mengenai riwayat yang menyebutkan adanya laba-laba ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersembunyi di gua Tsur.
Disebutkan dalam hadis Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, tentang kisah keluarnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kota Mekah, beliau dikejar orang musyrikin hingga beliau bersembuyi di gua Tsur.
فمروا بالغار، فرأوا على بابه نسيج العنكبوت، فقالوا: لو دخل ههنا لم يكن نسيج العنكبوت على بابه، فمكث فيه ثلاث ليال
Mereka melewati gua itu, dan mereka melihat di pintunya ada sarang laba-laba. Mereka berkomentar, ‘Andai Muhammad masuk gua ini, tidak mungkin ada sarang laba-laba di pintu gua ini.’ dan beliau tetap tinggal di dalam gua selama 3 hari.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad (no. 3251) dan sanadnya dinilai dhaif oleh Syuaib al-Arnauth. Permasalahannya adalah ada perawi yang bernama Utsman al-Jazari. Termasuk yang menilai dhaif adalah Syaikh Ahmad Syakir, sebagaimana keterangan beliau dalam ta’liq Musnad Ahmad.
Meskipun ada beberapa ulama yang menilainya hasan. Diantaranya adalah Ibnu Katsir dan al-Hafidz Ibnu Hajar,
Ibnu Katsir mengatakan,
وهذا إسناد حسن وهو من أجود ما روي في قصة نسج العنكبوت على فم الغار
Riwayat ini sanadnya hasan, dan sanadnya adalah riwayat yang paling bagus terkait kisah sarang laba-laba di mulut gua. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 3/181)
Al-Hafidz Ibnu Hajar juga menilainya hasan (Fathul Bari, 7/236), hanya saja beliau mengomentari salah satu perawinya, Utsman al-Jazari bahwa beliau ada sisi lemah.
Di sisi lain, ada beberapa pertimbangan yang menunjukkan bahwa riwayat ini lemah,
Pertama, hadis ini didhaifkan banyak ulama karena keberadaan perawi Utsman al-Jazari.
Abu Hatim mengatakan tentang Utsman al-Jazari,
يُكتب حديثه ولا يحتج به
Hadisnya ditulis namun tidak dijadikan hujah. (at-Tahdzib, 7/145)
Kedua, hadis ini bertentangan dengan dzahir al-Quran.
Mengenai peristiwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersembunyi di gua Tsur, Allah ceritakan dalam al-Quran,
فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.. (QS. at-Taubah: 40).
Dalam ayat di atas, Allah menolong Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tentara yang tidak kelihatan,
وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
“Allah membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya..”
Dan ini tidak sejalan jika dipahami bahwa bala tentara itu adalah laba-laba yang membuat sarang. Karena jelas sarang laba-laba bisa kelihatan. Dan makna tentara yang tidak dilihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Malaikat. Al-Baghawi menjelaskan ayat ini,
وهم الملائكة نزلوا يصرفون وجوه الكفار وأبصارهم عن رؤيته؛ وقيل: ألقوا الرعب في قلوب الكفار حتى رجعوا
Mereka adalah para malaikat yang turun, memalingkan wajah orang-orang kafir dan penglihatan mereka sehingga tidak melihat beliau. Ada yang mengatakan, Allah menyematkan rasa takut di hati orang-orang kafir itu sampai mereka kembali. (Tafsir al-Baghawi, 4/53).
Kesimpulannya, keberadaan laba-laba di gua Tsur ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersembunyi bersama Abu Bakr belum bisa kita pastikan adanya. Karena itu, riwayat ini tidak cukup kuat untuk dijadikan dalil bahwa laba-laba adalah hewan istimewa atau memiliki keutamaan khusus.
Hukum Mengusir Laba-Laba
Pada prinsipnya semua yang mengganggu manusia boleh untuk diusir. Sementara dalil yang menyatakan bahwa laba-laba pernah berjasa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa dijadikan alasan, karena tidak kuat, sebagaimana penjelasan sebelumnya.
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang hukum menghilangkan sarang laba-laba dan mengusirnya dari rumah.
Jawaban beliau
إزالة العنكبوت من زوايا البيوت لا بأس بها وذلك لأن العنكبوت تؤذي وتلوث الحيطان وربما تعشش على الكتب وعلى الملابس فهي من الحشرات المؤذية وإن كانت أذيتها خفيفة بالنسبة لغيرها فإذا حصل منها أذية فإنه لا بأس بإزالة ما بنته من العش
Mengusir laba-laba dari sudut-sudut rumah diperbolehkan. Karena laba-laba mengganggu dan mengotori dinding. Terkadang mengotori kitab, pakaian. Laba-laba termasuk hewan yang mengganggu. Jika gangguannya ringan jika dibandingkan hewan lainnya, tidak masalah menghilangkan sarangnya. (Fatwa Nur ala Ad-Darbi, Imam Ibnu Utsaimin)
Keterangan Imam Ibnu Baz
لا حرج في إزالة آثار العنكبوت ولا نعلم ما يدل على كراهة ذلك فإزالتها لا حرج في ذلك أما كونها بنت على الغار الذي دخل فيه النبي – صلى الله عليه وسلم – وصاحبه أبو بكر فهذا ورد في بعض الأحاديث وبصحته نظر ولكنه مشهور ولو فرضنا صحته فإنه لا يمنع من إزالتها من البيوت … التي ليس لوجودها حاجة فيها
Tidak masalah menghilangkan sarang laba-laba. Dan saya tidak mengetahui adanya dalil yang memakruhkan hal ini. Sementara peristiwa laba-laba membuat sarang di pintu gua yang dimasuki Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, ini disebutkan dalam sebagian hadis, namun status keabsahannya perlu dipertimbangkan. Meskipun riwayat ini masyhur. Jika kita anggap riwayat ini shahih, tidak masalah mengusirnya dari rumah… karena keberadaan sarang laba-laba di rumah tidak dibutuhkan. (Fatawa Ibnu Baz, no. 11021)
Untuk masalah membunuhnya, selama laba-laba bisa diusir tanpa harus dibunuh, maka pada asalnya semua binatang yang gangguannya tidak signifikan, cukup diusir tanpa harus dibunuh.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber Artikel; KonsultasiSyariah.com
Posting Komentar