10 Kiat Istiqomah (8)
Nasehat Ulama
Oleh: Sa’id Abu Ukkasyah
Baca pembahasan sebelumnya 10 Kiat Istiqomah (7)
Berdasarkan penjelasan yang telah lalu, maka dalam ajaran Islam seorang hamba diperintahkan untuk melakukan as-sadad dalam menjalankan ajaran Islam , dan jika ia tidak dapat maka beralih ke muqarabah.
Jadi, seorang hamba teruntut untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukan as-sadad, dan ia tidak menyengaja untuk kepentingan sebagai-sadad.
Namun JIKA besarbesaran Tidak mampu untuk review melakukan as-sadad barulah besarbesaran beralih ditunjukan kepada muqarabah, sehingga besarbesaran TIDAK menyengaja untuk review bersikap muqarabah, KARENA muqarabah besarbesaran tempuh ketika besarbesaran Tidak mampu melakukan as-sadad.
Sedangkan as-sadad adalah anda beramal sesuai dengan sunah (syariat Islam), melakukan amalan yang paling sempurna dan benar tanpa melampui batasan syariat dan tanpa menguranginya, benar dalam seluruh ucapan, perbuatan dan niat. Ibarat orang yang membidik suatu sasaran lalu tepat bidikannya terhadap sasaran tersebut.
Adapun muqarabah adalah anda melakukan amalan dekat tujuan (sunah) dan mendekat amalan yang paling sempurna, meski tidak tepat sesuai dengan tujuannya (sunah) dan tidak sampai paling sempurna karena ketidakmampuan anda.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah di dalam kitabnya Fathul Bari syarhu Shahihil Bukhari menukilkan perkataan Ibnuul Munir rahimahullah, dia berkata:
في هذا الحديث علم من أعلام النبوة, فقد رأينا ورأى الناس قبلنا أن كل متنطع في الدين ينقطع
"Dalam hadits ini ada salah satu dari tanda-tanda kenabian, kami telah menyaksikan sendiri, demikian pula orang-orang sebelum kamipun menyaksikan setiap orang yang melampui batasan (syariat) akan terputus (amalannya)",
وليس المراد منع طلب الأكمل في العبادة فإنه من الأمور المحمودة, بل منع الإفراط المؤدي إلى الملال, أو المبالغة في التطوع المفضي إلى ترك الأفضل, أو إخراج الفرض عن وقته
"Bukanlah maksudnya: selamat dari mencari amalan yang paling sempurna dalam beribadah, karena hal ini pasti perkara yang terpuji, akankah yang dimaksud adalah larangan dari yang melapui batas (syariat) yang menyebabkan kebosanan atau lebih dalam amalan sunah (amalan yang tidak wajib) yang terus-menerus menuju sikap yang lebih utama (afdhal) atau mengeluarkan amalan wajib dari waktunya ",
كمن بات يصلي الليل كله ويغالب النوم إلى أن غلبته عيناه في آخر الليل فنام عن صلاة الصبح في الجماعة, أو إلى أن خرج الوقت المختار, أو إلى أن طلعت الشمس فخرج وقت الفريضة
"Misalnya seseorang tidak tidur semalam suntuk untuk melakukan shalat malam lalu tertidur sampai kedua mulut tak mampu terbuka di penghujung malam, jadi mundur dari shalat subuh berjamaah atau sampai keluar dari waktu shalat yang diperbolehkan diakhirkan ( mukhtar ) atau sampai matahari terbit jadi lewatlah waktu shalat wajib ".
Ibnuul Munir rahimahullah mengatakan pada kalimat yang lainya:
وقد يستفاد من هذا الإشارة إلى الأخذ بالرخصة الشرعية, فإن الأخذ بالعزيمة في موضع الرخصة تنطع, كمن يترك التيمم عند العجز عن استعمال الماء فيفضي به استعماله إلى حصول الضرر
"(Dari hadits ini) bisa diambil isyarat untuk memohon keringanan (rukhshah) syar'i, karena tidak mengambil keringanan pada saat tertuntut mengambilnya adalah sikap melampui batas, seperti sikap tayamum saat tidak mampu menggunakan udara sehingga (jika nekad) menggunakan udara akan menjerulasi terhadap bahaya " .
Narasumber; Muslim.or.id, Penulis: Sa'id Abu Ukkasyah
Artikel Terkait; "10 Kiat Istiqomah (9) "
Posting Komentar