Salah satu cara untuk menghapus dosa dan meraih ampunan Robb semesta alam adalah dengan istighfar. Bagaimanakah sebenarnya hakekat istighfar? Inilah yang akan menjadi fokus bahasan kita kali ini. Wallohul Muwaffiq.
Makna dan Hakekat Istighfar
Istighfar berasal dan fi'il اسْتِغْفَرَ- يَسْتَغْفِرُ. Terambil dari kalimat غَفَرَ yang bermakna menutupi.1
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: "Istighfar maknanya meminta ampunan. Ini adalah istighfarnya orang-orang berdosa. Bisa jadi istighfar itu karena meremehkan dalam bersyukur kepada Alloh. Ini adalah istighfarnya wali-wali yang sholih. Kadangkala istighfar itu bukan karena sebab dua perkara di atas, namun hanya sekadar bentuk syukur kepada Alloh, ini adalah istighfarnya Rosululloh shallallahu ‘alahi wa sallam dan para Nabi ‘alahimus salam."2
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah berkata: "Istighfar adalah memohon ampunan, misal perkataan; 'Ya Alloh ampunilah aku', atau perkataan: 'Aku meminta ampun kepada Alloh dan bertaubat kepada-Nya'. Bisa juga dengan perbuatan yang mengandung ampunan, misal hadits yang berbunyi; "Barangsiapa yang berkata Subhanallah wa bihamdih seratus kali maka kesalahannya akan diampuni sekalipun semisal buih di lautan."3
Istighfar yang sempurna adalah permohonan ampun yang disertai dengan penyesalan dan tekad tidak mengulang kembali. Adapun jika sekadar ucapan istighfar dengan lisan, kemudian masih menerjang dosa maka ini adalah orang yang dusta dan bohong belaka dalam istighfarnya.
Alloh Azza wa Jalla befirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
"Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Robbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun'." (QS. Nuh [71]: 10)
Al-Hafizh Ibnu Rojab rahimahullah berkata: "Istighfar yang sempurna yang bisa mendatangkan ampunan Alloh Azza wa Jalla adalah istighfar yang diiringi dengan meninggalkan dosa. Sebagaimana pujian Alloh bagi yang mengerjakan istighfar dan janji-Nya dengan memberi ampunan."4
Para hamba tidak diperintah istighfar dengan lisan saja, akan tetapi dengan lisan dan perbuatan. Sungguh dahulu dikatakan; istighfar dengan lisan tanpa diwujudkan dengan perbuatan adalah perilakunya orang dusta.5
Sahabat mulia Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: "Orang yang minta ampun dari dosa tapi dia masih mengerjakan dosanya, ibarat orang yang bermain-main dan melecehkan Robb-Nya."6
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: "Istighfar tanpa meninggalkan dosa adalah taubatnya orang yang dusta."7
HUKUM ISTIGHFAR
Asal hukum istighfar adalah dianjurkan, berdasarkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Baqoroh [2]: 199)
Perintah dalam ayat ini hanya menunjukkan sunnah dan tidak sampai pada derajat wajib. Hal ini karena istighfar mungkin dikerjakan tanpa melakukan dosa. Akan tetapi istighfar bisa menjadi wajib apabila seorang terjatuh dalam dosa. Demikian pula istighfar bisa menjadi haram bila ditujukan untuk orang kafir.8
Catatan Kaki;
1. Lisaanul Arab 5/25, Ibnul Manzhur.
2. Syarah Arbain hlm. 94. an-Nawawi.
3. Syarh al-Arbain an-Nawawiyyah hlm. 240, Ibnu Utsaimin.
4. Jami'ul Ulum wal Hikam 2/410, Ibnu Rojab.
5. Al-Mufrodat Fi Ghoribil Qur'an hlm. 364, al-Ashfahani.
6. Jami'ul Ulum wal Hikam 2/409.
7. Al-Adzkar hlm.703, an-Nawawi, Tahqiq: Amir Ali Yasin, Ihya Ulumuddin 1/698, al-Ghozali.
8. Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an 4/39, al-Qurthubi.
Menukil dari eBook Istighfar dan Taubat, Ibnu Majjah
Posting Komentar