Home » , » Syarah Istighfar dan Taubat 1 dan 6

Syarah Istighfar dan Taubat 1 dan 6

Written By Rachmat.M.Flimban on 06 Oktober 2017 | 10/06/2017 12:32:00 PM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


ISTIGHFAR dan TAUBAT

1. Keutamaan Istighfar dari Buku Kumpulan Do'a & Dzikir Dalam al-Qur'an dan Sunnah Karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal 26-30.

2. Istighfar dan Taubat dari Buku Hishnul Muslim Karya Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani

3. Syarah Istighfar dan Taubat dari Buku Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, hal 598-605.

4. Istighfar Para Nabi dari Buku Fikih Do'a dan Dzikir Jilid 2 KaryaSyaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal 410-416

5. Ya Allah...Ampunilah Aku dari Majalah Al-Furqon oleh Ustadz Abu Abdillah Syahrul Fatwa

Nukil dari e-Book Islam Ibnumajjah.wordpress.com


Syarah Istighfar dan Taubat (1 dan 2)


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً


"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Demi Allah, sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dan tujuh puluh kali.'"1

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, "Aku tidak melihat orang banyak melakukan istighfar daripada yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."

Para ulama berkata, "Istighfar yang diminta adalah yang sanggup memudarkan ikatan keterus-menerusan yang mengukuhkan maknanya dalam hati, dan bukan hanya sekedar lafazh dengan lisan."

Telah dijelaskan di muka tentang istighfar, lihat syarah hadits no. 97 (Syarah Dzikir Pagi dan Petang (22)).


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ


"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.'"2

Telah berlalu dalam penjelasan hadits no. 97 (Syarah Dzikir Pagi dan Petang (22)) dan lihat pembahasan tentang taubat dalam syarah hadits no. 14 (Syarah Doa Setelah Wudhu (2)).

Syarah Istighfar dan Taubat (3)

Dan Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam bersabda,


وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْـحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، غَفَرَ اللهُ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ


"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Barangsiapa yang membaca: 'Aku minta ampun kepada Allah Yang Mahatinggi, tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Dia, Yang hidup dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya, aku bertaubat kepada-Nya, maka Allah mengampuni dosa-dosanya. Sekalipun dia pernah melarikan diri dari medan perang"3

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Zaid bin Baula (Ayah Yasar, budak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam).

Ungkapan فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ 'sekalipun dia melarikan diri dari medan pertempuran'. Ath-Thibiy Rahimahullah berkata, الزَّحْف adalah pasukan tentara yang sangat banyak yang terlihat seakan-akan melarikan diri karena banyaknya."

Al-Muzhaffar Rahimahullah berkata, "Itu adalah perkumpulan pasukan tentara di hadapan pasukan lawan", dengan kata lain, dari peperangan melawan orang-orang kafir di mana tidak boleh melarikan diri."

Syarah Istighfar dan Taubat (4)


وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الرَّبُّ مِنَ الْعَبْدِ فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ اْلآخِرِ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُوْنَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللهَ فِيْ تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ


"Dan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Keadaan yang paling dekat antara Tuhan dan hamba-Nya adalah di tengah malam yang terakhir. Apabila kamu mampu tergolong orang yang berdzikir kepada Allah pada saat itu, lakukanlah.'"4

Shahabat yang meriwayatkan hadits adalah Amr bin Abasah Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الرَّبُّ مِنَ الْعَبْدِ 'saat Rabb paling dekat dengan hamba-Nya'. Hikmah dalam dekatnya Rabb dari seorang hamba di waktu seperti itu adalah karena waktu seperti itu adalah waktu untuk menyeru Rabb. Apakah engkau tidak melihat hadits lain,


يَنْزِلُ اللَّهُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثَ اللَّيْلِ الْآخِرِ


"Rabb kita setiap malam turun ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir."

Pada waktu sedemikian Rabb sangat dekat kepada hamba-Nya. Tidak akan mendapatkan bagiannya yang sangat banyak, kecuali orang-orang yang memiliki kesiapan dan selalu mengintai untuk mendapatkan faidah yang sangat agung itu yang sudah barang tentu di atasnya ditegakkan banyak manfaat keagamaan dan keduniaan.

Syarah Istighfar dan Taubat (5)


وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ


"Dan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Seorang hamba berada dalam keadaan yang paling dekat dengan Tuhannya adalah di saat sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah oleh kalian do'a'."5

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan أَقْرَبُ 'paling dekat'. Sebagian para ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa sujud lebih utama daripada berdiri. Imam Ahmad Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya dengan jumlahnya yang banyak lebih utama daripada lamanya berdiri, demikian yang benar." Menurut madzhab Abu Hanifah Rahimahullah bahwa lamanya berdiri lebih utama daripada banyaknya jumlah ruku' dan sujud. Demikian juga dikatakan Asy-Syafi'i. Hal itu karena sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,


أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُوْلُ الْقُنُوْتِ


"Sebaik-baik shalat adalah yang panjang berdirinya."6

Karena dzikir ketika berdiri adalah Al-Qur’an; dzikir ruku' dan sujud adalah tasbih. Al-Qur’an lebih utama. Sesuatu yang lama dengan Al-Qur’an itulah yang lebih utama. Ishaq Rahimahullah berkata, "Jika di siang hari, maka lebih banyak ruku' dan sujud, sedangkan di malam hari adalah lamanya berdiri. Kecuali yang memiliki kelompok majelis malam yang selalu dia datangi, maka banyaknya ruku' dan sujud dalam keadaan seperti itu lebih kusukai. Karena dia datang kepada kelompoknya." At-Tirmidzi Rahimahullah berkata, "Ishaq mengatakan sedemikian karena dia menyifati shalat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pada malam hari, dan menyifati berdirinya yang lama. Sedangkan pada siang hari dia tidak menyifati shalatnya dengan berdirinya yang lama sebagaimana yang dia sifati pada shalatnya di malam hari."

Sedangkan makna bahwa seorang hamba lebih dekat kepada Allah Ta'ala ketika sedang sujud daripada seluruh kondisinya yang lain, karena kondisinya yang demikian menunjukkan kepada penghambaan yang paling mendalam dan pengakuan akan ubudiyah dalam dirinya serta rububiyah Rabbnya. Maka, menjadi sesuatu yang dianggap paling dekat dengan ijabah. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar memperbanyak do'a. Wallahu A'lam.

Syarah Istighfar dan Taubat (6)


وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ وَإِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ


"Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Sesungguhnya hatiku terkadang lupa, dan sesungguhnya aku minta ampun kepada-Nya dalam sehari seratus kali.'"7

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Al-Agharr Al-Muzani Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan لَيُغَانُ 'sungguh terkadang lupa'. Ibnu Al-Atsir Rahimahullah berkata, لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ artinya 'sungguh hatiku terkadang lupa'. Sedangkan yang dimaksud di sini adalah lalai. Karena beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu dalam keadaan yang terus bertambah kuantitas dzikir dan taqarub serta kontinuitas muraqabahnya. Jika tiba-tiba beliau lupa sebagian dari semua itu pada suatu waktu, maka beliau anggap hal itu suatu dosa bagi dirinya. Sehingga beliau segera bangkit untuk beristighfar."



Catatan Kaki;

1.Al-Bukhari, dalam Fathul Bari, (11/101), no. 6307.

2.Muslim, (4/2076), no. 2702.

3. Ditakhrij Abu Dawud, (2/85), no. 1517; At-Tirmidzi, (5/569), no. 3577; dan Al-Hakim dan dia menyahihkannya yang disepakati Adz-Dzahabi (1/511). Juga dishahihkan Al-Albani. Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/182); dan Jami' Al-Ushul li Ahadits Ar-Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam, (4/389-390) dengan tahqiq oleh Al-Arnauth.

4. Ditakhrij At-Tirmidzi, no. 3579; An-Nasa'i, (1/279); dan Al-Hakim. Lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/183); dan Jami' Al-Ushul dengan tahqiq Al-Arnauth, (4/144).

5. Muslim, (1/350), no. 482.

6. Muslim, no. 756.

7. Ditakhrij Muslim, (4/2075), no. 2702. Lihat Jami' Al-Ushul, (4/386).


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين


Anda Sedang membaca artikel yang berjudul Syarah Istighfar dan Taubat 1 dan 6 Silahkan baca artikel dari HOSE AL ISLAM Tentang , Yang lainnya. Dan Ingin Mengeprint klik tombol prin di Bawah, atau bookmark halaman ini dengan URL : https://baytal-islam.blogspot.com/2017/10/syarah-istighfar-dan-taubat-1-dan-2.html
Klik Untuk Print Friendly and PDF
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger