TAZKIYATUN NUFUS
Kutunggu Engkau di Telagaku (Bag. 3)
Muhammad Saifudin Hakim
Baca pembahasan sebelumnya Kutunggu Engkau di Telagaku (Bag. 2)
Orang-Orang yang Diusir dari Telaga Nabi
Dalam situasi yang sangat kehausan dan umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi telaga beliau untuk minum, sebagian di antara mereka justru diusir dari telaga beliau, tidak boleh minum dari air telaga beliau. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah kami sebutkan di seri sebelumnya,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَذُودَنَّ رِجَالًا عَنْ حَوْضِي، كَمَا تُذَادُ الغَرِيبَةُ مِنَ الإِبِلِ عَنِ الحَوْضِ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh akan banyak laki-laki yang ditolak (diusir) dari telagaku, sebagaimana diusirnya unta asing dari telaga (pemilik unta).” (HR. Bukhari no. 2367)
Lalu, siapakah orang-orang yang diusir dari telaga Nabi tersebut sehingga tidak bisa minum dari telaga beliau?
Pertama, orang-orang yang murtad (keluar dari Islam).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَرِدُ عَلَيَّ يَوْمَ القِيَامَةِ رَهْطٌ مِنْ أَصْحَابِي، فَيُحَلَّئُونَ عَنِ الحَوْضِ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أَصْحَابِي، فَيَقُولُ: إِنَّكَ لاَ عِلْمَ لَكَ بِمَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ، إِنَّهُمُ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ القَهْقَرَى
“Pada hari kiamat, beberapa orang sahabatku mendatangiku, kemudian mereka diusir dari telaga. Aku pun berkata, ‘Wahai Rabb-ku, (mereka adalah) sahabatku.’ Allah Ta’ala menjawab, ‘Sesungguhnya kamu tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu. Mereka berbalik ke belakang dengan melakukan murtad (keluar dari agama Islam, pen.) (dosa besar).” (HR. Bukhari no. 6585)
Al-Qurthubi rahimahullahu Ta’ala berkata,
قال علماؤنا رحمة الله عليهم أجمعين: فكل من ارتد عن دين الله أو أحدث فيه ما لا يرضاه الله ولم يأذن به الله، فهو من المطرودين عن الحوض المبعدين عنه
“Ulama-ulama kami rahimahullah berkata, ‘Semua orang yang murtad dari agama Allah atau membuat-buat perkara baru dalam agama yang tidak diridai dan diijinkan oleh Allah, maka mereka termasuk orang-orang yang diusir dan dijauhkan dari telaga.” [1]
Kedua, orang-orang yang berbuat bid’ah dalam agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ مَعِي رِجَالٌ مِنْكُمْ ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أَصْحَابِي، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku menunggu kalian di telaga. Diperlihatkan bersamaku beberapa orang di antara kalian, kemudian dicabut dari pandanganku. Aku pun berteriak, ‘Wahai Rabb-ku, (mereka) sahabatku,’ maka ada suara, ‘Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sepeninggalmu.’” (HR. Bukhari no. 6576)
Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهُمْ مِنِّي، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ، فَأَقُولُ: سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي
“Sesungguhnya mereka itu umatku. Lalu disampaikan kepadaku, ‘Engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengubah (agamanya) setelah Engkau meninggal.’ Aku pun berkomentar, ‘Celaka, celaka, bagi orang yang mengganti agamannya setelah aku meninggal.” (HR. Bukhari 7050)
Lalu siapakah orang yang mengganti agama beliau itu?
Ibnu ‘Abdil Barr Al-Maliki rahimahullahu Ta’ala menjelaskan siapakah orang-orang yang “mengganti” agama itu. Beliau berkata,
وَكُلُّ مَنْ أَحْدَثَ فِي الدِّينِ مَا لَا يَرْضَاهُ اللَّهُ وَلَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ فَهُوَ مِنَ الْمَطْرُودِينَ عَنِ الْحَوْضِ الْمُبْعَدِينَ عَنْهُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Setiap orang yang membuat-buat perkara baru dalam agama yang tidak Allah ridai dan tidak diijinkan oleh Allah Ta’ala, maka mereka termasuk orang-orang yang diusir dari telaga dan dijauhkan dari telaga. Wallahu a’lam.
وَأَشَدُّهُمْ طَرْدًا مَنْ خَالَفَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَفَارَقَ سَبِيلَهُمْ مِثْلُ الْخَوَارِجِ عَلَى اخْتِلَافِ فِرَقِهَا وَالرَّوَافِضِ عَلَى تَبَايُنِ ضَلَالِهَا وَالْمُعْتَزِلَةِ عَلَى أَصْنَافِ أَهْوَائِهَا فَهَؤُلَاءِ كُلُّهُمْ يُبَدِّلُونَ
Dan orang yang paling parah terusirnya dari telaga Nabi adalah orang-orang yang menyelisihi jamaah kaum muslimin, semacam orang-orang Khawarij dengan berbagai macam sektenya, orang-orang Syi’ah yang sangat jelas kesesatannya dan orang-orang Mu’tazilah dengan berbagai macam kelompoknya. Mereka semua adalah orang-orang yang mengganti (mengubah) agamanya.
وَكَذَلِكَ الظَّلَمَةُ الْمُسْرِفُونَ فِي الْجَوْرِ وَالظُّلْمِ وَتَطْمِيسِ الْحَقِّ وَقَتْلِ أَهْلِهِ وَإِذْلَالِهِمْ وَالْمُعْلِنُونَ بِالْكَبَائِرِ الْمُسْتَخِفُّونَ بِالْمَعَاصِي وَجَمِيعُ أَهْلِ الزَّيْغِ وَالْأَهْوَاءِ وَالْبِدَعِ كُلُّ هَؤُلَاءِ يُخَافُ عَلَيْهِمْ أَنْ يَكُونُوا عُنُوا بِهَذَا الْخَبَرِ
Demikian pula orang-orang yang melampaui batas dalam kezaliman dan kejahatan, membantai kebenaran, membunuh dan menghinakan pengikut kebenaran. Demikian pula orang-orang yang terang-terangan dalam berbuat dosa besar, meremehkan maksiat dan seluruh kelompok yang menyimpang, pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah. Mereka semua dikhawatirkan termasuk orang-orang yang dimaksud dalam hadits ini.” [2]
Dari penjelasan beliau di atas, jelaslah bahwa ahlu bid’ah, terutama bid’ah dalam masalah akidah semacam Khawarij, Syi’ah dan Mu’tazilah, mereka adalah orang-orang yang akan terusir dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu, di antara usaha agar kita termasuk dalam umat yang bisa minum dari telaga Nabi adalah senantiasa berpegang teguh dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak berbuat bid’ah dalam agama, baik bid’ah dalam amal perbuatan (ibadah), apalagi bid’ah dalam akidah (keyakinan).
[Bersambung]
Sumber Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] At-Tadzkirah, 1/710.
[2] At-Tamhiid limaa fil Muwaththa’ fil Ma’aani wal Asaanid, 20/263
Posting Komentar