TAZKIYATUN NUFUS
Kutunggu Engkau di Telagaku (Bag. 4)
Muhammad Saifudin Hakim
Baca pembahasan sebelumnya Kutunggu Engkau di Telagaku (Bag. 3)
Letak Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Berkaitan dengan di manakah letak telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para ulama berbeda menjadi dua pendapat.
Pendapat pertama, letak telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah setelah shirath (jembatan di atas neraka jahannam). Pendapat ini adalah dzahir dari pendapat Imam Bukhari rahimahullahu Ta’ala, karena di dalam kitab Shahih-nya, beliau meletakkan bab al-haudh setelah bab shirath.
Ibnu Hajar rahimahullahu Ta’ala berkata,
“Penyebutan hadits-hadits al-haudh oleh Imam Bukhari setelah menyebutkan hadits-hadits tentang syafa’at dan setelah shirath, adalah isyarat dari beliau bahwa letak telaga Nabi adalah setelah melewati shirath.”[1]
Pendapat ke dua, telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terletak sebelum shirath, yaitu ketika di padang Mahsyar. Inilah yang dipilih oleh Al-Qurthubi, Ibnu Katsir rahimahumullah dan dikuatkan oleh banyak ulama lainnya.
Alasannya adalah terdapat hadits-hadits yang menyebutkan bahwa sebagian umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dari telaga, sebagaimana yang telah kami jelaskan di seri sebelumnya. Mereka ini adalah orang-orang yang murtad, pelaku dosa besar yang jatuh ke neraka ketika tidak berhasil melewati shirath. Sehingga orang-orang yang melewati shirath adalah yang selamat dari neraka. Jika telaga itu terletak setelah shirath, bagaimana mungkin orang-orang yang sudah jatuh ke dalam neraka tersebut, mereka masih bisa mendatangi shirath, meskipun kemudian diusir?
Hal ini pun sesuai dengan kondisi ketika itu, yaitu manusia sangat butuh air minum ketika dibangkitkan dan dikumpulkan di Mahsyar. Ketika itu, mereka menunggu dalam waktu yang sangat lama sehingga mereka pun akhirnya kehausan. Sehingga tepatlah ketika itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunggu umatnya di telaga sehingga meskipun masa penantian di Mahsyar sangat lama, mereka tidak pernah kehausan.
Berapakah Jumlah Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Pembahasan yang terkait dengan letak telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tentang jumlah telaga yang dimiliki Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak ulama menyebutkan bahwa telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua. Telaga pertama terletak sebelum shirath (yaitu di padang Mahsyar), sedangkan telaga ke dua terletak setelah shirath yang disebut dengan telaga al-kautsar. Sehingga umat beliau minum dari telaga Nabi sebelum melintasi shirath, dan juga minum di telaga Nabi setelah melintasi shirath, yaitu ketika sudah di dekat surga atau ketika di surga.
Sedangkan ulama yang lain berpendapat bahwa telaga Nabi hanya satu saja, yaitu yang ada sebelum shirath. Adapun setelah shirath, yaitu al-kautsar, adalah nama sungai yang terletak di surga, yang Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya,
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar [108]: 1-3)
Al-kautsar adalah nama sungai di surga adalah berdasarkan hadits riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الجَنَّةِ، إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ المُجَوَّفِ، قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ، الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ، فَإِذَا طِينُهُ – أَوْ طِيبُهُ – مِسْكٌ أَذْفَرُ
“Ketika kami berjalan di surga, tiba-tiba ada sungai yang pinggirnya berupa kubah dari mutiara berongga. Aku bertanya, ‘Apa ini, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Inilah al-kautsar yang Allah Ta’ala berikan untukmu.’ Ternyata tanahnya atau bau wanginya terbuat dari minyak misk adzfar.” (HR. Bukhari no. 6581)
Wallahu Ta’ala a’lam, pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang pertama, yang menyatakan bahwa telaga Nabi ada dua[2]. Hal ini karena dalam sebagian riwayat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebut telaga beliau dengan sebutan al-kautsar. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa setelah turun surat Al-Kautsar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya,
أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ؟
“Apakah kalian tahu, apakah al-kautsar itu?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasu-Nya yang lebih mengetahui.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ، هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya al-kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabb-ku kepadaku. Padanya terdapat kebaikan yang banyak. Al-kautsar adalah telaga yang didatangi umatku pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 400)
Telaga Nabi disebut juga dengan al-kautsar berdasarkan tinjauan bahwa kedua telaga tersebut saling bersambung, yaitu antara yang terletak setelah shirath dan telaga yang terletak di Mahsyar. Oleh karena itu, terdapat hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan bahwa terdapat dua saluran (pancuran) yang mensuplai air di telaga Nabi yang terdapat di Mahsyar. Suplai air tersebut berasal dari telaga al-kautsar yang ada di surga. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,
أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، يَغُتُّ فِيهِ مِيزَابَانِ يَمُدَّانِهِ مِنَ الْجَنَّةِ، أَحَدُهُمَا مِنْ ذَهَبٍ، وَالْآخَرُ مِنْ وَرِقٍ
“Airnya lebih putih daripada susu, dan lebih manis daripada madu. Di dalamnya ada dua saluran yang memancarkan air (dengan kencang) dari surga. Satu saluran terbuat dari emas, dan yang satu lagi terbuat dari perak.” (HR. Muslim no. 2301)
Dikuatkan dengan hadits riwayat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَشْخَبُ فِيهِ مِيزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ
“Di telaga tersebut terdapat dua saluran air yang tersambung ke surga. Barangsiapa meminum airnya, maka dia tidak akan merasa haus. (HR. Muslim no. 2300)
Kesimpulan dalam masalah ini, telaga Nabi ada dua, satu terletak di Mahsyar (sebelum shirath) dan satu lagi terletak setelah shirath, yaitu di surga. Air telaga Nabi di Mahsyar disuplai dari telaga Nabi (al-kaustar) yang ada di surga. Sehingga jadilah air telaga Nabi yang ada di Mahsyar itu lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu dan lebih harum dari minyak misk [2].
Bersambung
Sumber Muslim.or.id
Catatan Kaki;
[1] Fathul Baari, 11/466.
[2] Faidah ini kami dapatkan dari penjelasan Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA dalam salah satu majelis beliau: https://www.youtube.com/watch?v=g603s6BUrag&t=1203s
Posting Komentar