Home » , , , » Membongkar Sejarah Sentimen Etnis Tionghoa

Membongkar Sejarah Sentimen Etnis Tionghoa

Written By Rachmat.M.Flimban on 17 Februari 2018 | 2/17/2018 11:25:00 PM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Politik

Membongkar Sejarah Sentimen Etnis Tionghoa


Membaca tulisan seorang mantan jenderal yang terus-menerus membakar massa untuk sentimen terhadap etnis Tionghoa,penulis berusaha mencari asal muasal sentimen ini muncul,namun sebelum kita mengetahui sentimen ini ada baiknya kita melihat kembali sejarah pelayaran laksamana Cengho,seorang jenderal muslim dari Cina yang berlayar dengan pasukannya mengelilingi dunia dan tiba di Nusantara( Indonesia ) di sekitar abad ke-15,kisah ini kita ketahui karena Laksamana Cengho dalam pelayarannya membawa seorang penulis dan penerjemah yang bernama Mahuan dan tercatat dalam bukunya berjudul Yingyai Senglan.

Dalam laporan buku itu disebutkan bahwa masyarakat Etnis Cina telah tinggal di daerah pesisir Jawa dalam jumlah yang sangat banyak,bahkan mereka datang ke daerah Jawa ini sudah sejak nenek moyang mereka sekitar abad ke-5 masehi bahkan bukan di Jawa saja mereka juga sudah menyebar di Sriwijaya Sumatera,hal ini dapat di lihat dari catatan para pendeta Tiongkok yang mengembara dari Tiongkok menuju India melewati Jawa dan Sumatera seperti Catatan pendeta Fahien tahun 399,pendeta Hiun Tsang tahun 629,Pendeta I-tsing pada tahun 671masehi..Sebagai bangsa pedagang yang hebat,orang-orang Cina ini sudah menguasai perdagangan di Pulau Jawa dan Sumatera sejak masa kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Jawa.Bahkan mereka jugalah yang berpengaruh sejak Majapahit menjadi kerajaan besar dengan patih Gajah madanya yang tersohor itu.

Bahkan dalam buku Prof.Slamet Mulyana disebutkan bahwa masuknya Islam ke Pulau Jawa juga tidak luput dari peranan Etnis Tionghoa yang beragama Islam pada abad ke 14,Masuknya Sunan Ampel yang merupakan keponakan putri Campa Dwarawati yang menikah dengan Raja Majapahit Brawijaya,Sunan Ampel yang nama aslinya adalah Bong Swi Hoo adalah cucu penguasa tertinggi di Yunan, Tiongkok Selatan bernama Bong Tak Keng.

Sunan Ampel menikahi putri Kapten Cina yang berkedudukan di Tuban,Gan Eng Yu,lahirlah Sunan Bonang atau nama Tionghoanya Bon Ang Hoo,Sedangkan Kapten Cina Tuban ini punya seorang Putra bernama Gan Sie Cang atau Raden Said yang kelak terkenal sebagai Sunan Kalijaga.Sedangkan Sunan Giri adalah teman Sunan Bonang,sama-sama keturunan Etnis Tionghoa murid dari Sunan Ampel.Sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayat Fatahillah adalah putra Sultan Trenggana bernama Toh A Bo putra dari Tung Ka Lo.Demikianlah kalau kita baca sejarah,ternyata sejarah masuknya Islam pun tidak terlepas dari peran Etnis Tionghoa,bahkan penulis yakini bahwa sebenarnya Raja-Raja dan Sultan-Sultan di Indonesia pun adalah percampuran dari kalangan bangsawan Cina,terutama dari Yunan,Tiongkok Selatan.Hal ini sangat bertepatan apabila disebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Sungai Mekong,Indo Cina,Tiongkok Selatan.

Kembali ke judul di atas membongkar sejarah sentimen terhadap Etnis Tionghoa,kalau kita baca dari sejarah dari sejak Abad ke-5 sampai kepada abad ke 15 selama 1000 tahun,di Indonesia ini tidak pernah terjadi sentimen terhadap Etnis Tionghoa,bahkan Etnis Tionghoalah yang telah memajukan perdagangan di Nusantara ini.Sentimen Etnis Tionghoa ini terjadi setelah masuknya VOC ke negeri Nusantara ini.

Pada jaman Kolonial Belanda, tahun 1680, para pedagang Tionghoa memegang peranan penting dalam perekonomian di Batavia. Bahkan usaha penjajah untuk memonopoli pun terhambat dan mereka terpaksa berbisnis dengan para pedagang Tionghoa tersebut. Akibatnya, penjajah merasa terancam karena keberadaan orang Tionghoa secara tidak langsung menyokong kehidupan pribumi di Indonesia, dan jika orang Tionghoa dan pribumi bersatu untuk melawan, para penjajah akan kewalahan. Karena itulah, para penjajah berusaha mengadu domba pribumi dan orang Tionghoa, dan mereka berhasil.

Pada tahun 1740, karena krisis ekonomi yg disebabkan oleh turunnya harga gula di pasar global, Belanda hendak mengikis upah gaji para pekerja dengan cara memindahkan para kuli, yg sebagian besar adalah pribumi, ke Afrika. Padahal maksud sebenarnya adalah mereka bermaksud membuang para kuli itu ke laut lepas diam-diam. Entah bagaimana caranya, isu tersebut tersebar dan para pedagang Tionghoa di Batavia, menggalang kekuatan untuk menyerbu kapal-kapal Belanda tersebut. Pertumpahan darah pun tidak dapat dielakkan.

Akibat perlawanan tersebut, Belanda mengeluarkan perintah untuk memeriksa dan melucuti para pedagang Tionghoa, namun yang terjadi sebenarnya adalah pembantaian besar-besaran di mana dalam 3 hari, 50.000-60.000 orang Tionghoa dibunuh. Belanda juga mengeluarkan dekrit bahwa orang Tionghoa lah yg berencana membunuh para kuli pribumi dan mereka seolah-olah bertindak sebagai penyelamat bagi orang-orang pribumi. Kemudian Belanda juga menjanjikan imbalan bagi setiap kepala orang Tionghoa yg berhasil dibunuh. Inilah awalnya perselisihan antara Tionghoa dan pribumi. Nama "Kali Angke" yg ada di daerah Jakarta Utara berasal dari kata "Sungai Merah" yg menggambarkan kejadian pembantaian saat itu di mana sungai-sungai menjadi warna merah oleh darah Tionghoa.


Demikianlah jika kita membongkar sejarah sentimen terhadap etnis Tionghoa,ternyata adalah akibat adu domba kolonial Belanda yang takut bersaing dengan kehebatn Etnis Tionghoa yang berdagang sejak lama di Nusantara,bahkan karena tahu saudara-saudaranya yang disebut Pribumi oleh Belanda yang akan diangkut dan dibuang ke laut lepas Afrika,justru etnis Tionghoa menyerbu kapal-kapal Belanda untuk menyelamatkan para kuli,yang disebut sebagai pribumi.Jadi istilah pribumi itu adalah istilah Belanda yang kasar terhadap kaum kuli,pekerja kasar yang disebut sebagai Inlander (Pribumi ) orang-orang rendahan.

Dengan memahami sejarah sentimen terhadap Etnis Tionghoa yang merupakan adu domba bangsa kolonial Belanda,penulis ingin mengajak saudara sebangsa dan setanah air,marilah hidup damai,dibawah panji NKRI,Pancasila dan Bhinnekha Tunggl Ika,Etnis Tionghoa adalah saudara kamu,family kamu,bahkan kemungkinan nenek moyangmu dan nenek moyang mereka pun sedarah,satu kampung halaman di Indo Cina sana,Sungai Mekong,Yunan Selatan,yang dahulu bernama negeri Campa.Salam Persatuan..


Sumber Artikel dari ; Kompasiana.com


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين


Anda Sedang membaca artikel yang berjudul Membongkar Sejarah Sentimen Etnis Tionghoa Silahkan baca artikel dari HOSE AL ISLAM Tentang , , , Yang lainnya. Dan Ingin Mengeprint klik tombol prin di Bawah, atau bookmark halaman ini dengan URL : https://baytal-islam.blogspot.com/2018/02/membongkar-sejarah-sentimen-etnis.html
Klik Untuk Print Friendly and PDF
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger