Home » , , » Adab-adab Imam dalam Sholat Berjama'ah-4-5

Adab-adab Imam dalam Sholat Berjama'ah-4-5

Written By Rachmat.M.Flimban on 18 Maret 2017 | 3/18/2017 06:05:00 AM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Adab-adab Imam dalam Sholat Berjama'ah
Oleh; Ustadz Armen Halim Naro رحمه الله




KeEmpat dan Kelima

Keempat:
Kewajiban Imam untuk Meluruskan dan Merapatkan Shaf
Ketika shaf dilihatnya telah lurus dan rapat, barulah seorang imam bertakbir, sebagaimana Nabi صلى الله عليه وسلم mengerjakannya.
Dari Nu`man bin Basyir رضي الله عنه berkata, ”Adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم meluruskan shaf kami. Seakan-akan beliau meluruskan anak panah. Sampai beliau melihat, bahwa kami telah memenuhi panggilan beliau. Kemudian, suatu hari beliau keluar (untuk shalat). Beliau berdiri, dan ketika hendak bertakbir, nampak seseorang kelihatan dadanya maju dari shaf. Beliaupun berkata:

لَتُسَوُّنَّ صُفُوْفَكُْم أَوْ لَيُخَالِفُنَّ الله ُبَيْنَ وُجُوْهِكُمْ

"Hendaklah kalian luruskan shaf kalian, atau Allah akan memecah-belah persatuan kalian"1

Adalah Umar bin Khattab رضي الله عنه mewakilkan seseorang untuk meluruskan shaf. Beliau tidak akan bertakbir hingga dikabarkan, bahwa shaf telah lurus. Begitu juga Ali dan Utsman رضي الله عنهما melakukannya juga. Ali رضي الله عنه sering berkata, ”Maju, wahai fulan! Ke belakang, wahai fulan!”2

Salah satu kesalahan yang sering terjadi, seorang imam menghadap kiblat dan dia mengucapkan dengan suara lantang, ”Rapat dan luruskan shaf,” kemudian dia langsung bertakbir. Kita tidak tahu, apakah imam tersebut tidak tahu arti rapat dan lurus. Atau rapat dan lurus yang dia maksud berbeda dengan rapat dan lurus yang dipahami oleh semua orang?!

Anas bin Malik رضي الله عنه berkata, “Adalah salah seorang kami menempelkan bahunya ke bahu kawannya, kakinya dengan kaki kawannya.” Dalam satu riwayat disebutkan, “Aku telah melihat salah seorang kami menempelkan bahunya ke bahu kawannya, kakinya dengan kaki temannya. Jika engkau lakukan pada zaman sekarang, niscaya mereka bagaikan keledai liar (tidak suka dengan hal itu, pen).”3

Oleh karenanya, Busyair bin Yasar Al Anshari رحمه الله berkata, dari Anas رضي الله عنه, “Bahwa ketika beliau datang ke Madinah, dikatakan kepadanya, ’Apa yang engkau ingkari pada mereka semenjak engkau mengenal Rasulullah صلى الله عليه وسلم?’ Beliau menjawab, ’Tidak ada yang aku ingkari dari mereka, kecuali mereka tidak merapatkan shaf’.”4


Berkata Syaikh Masyhur bin Hasan خفظه الله, “Jika para jama’ah tidak mengerjakan apa yang dikatakan oleh Anas رضي الله عنه dan Nu`man رضي الله عنه, maka celah-celah tetap ada di shaf. Kenyataanya, jika shaf dirapatkan, tentu shaf dapat diisi oleh dua atau tiga orang lagi. Akan tetapi, jika mereka tidak melakukannya, niscaya mereka akan jatuh ke dalam larangan syari’at. Diantaranya:

  1. Membiarkan celah untuk syetan dan Allah عزّوجلّ putuskan perkaranya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar رضي الله عنه, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Luruskanlah shaf kalian, dan luruskanlah pundak-pundak kalian, dan tutuplah celah-celah. Jangan biarkan celah-celah tersebut untuk syetan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambung (urusan)nya. Barangsiapa yang memutuskan shaf, niscaya Allah akan memutus (urusan)nya.”5

  2. Perpecahan hati dan banyaknya perselisihan diantara jama’ah.

  3. Hilangnya pahala yang besar, sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih, diantaranya sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم,

إِنَّ الله َوَ مَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلوُْنَ الصُّفُوْفَ

"Sesungguhnya Allah dan MalaikatNya mendo’akan kepada orang yang menyambung shaf"6,7

Kelima:

Meletakkan Orang-orang yang Telah Baligh dan Berilmu

Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

لِيَلِيَنِيْ مِنْكُمْ أُوْلُوْا اْلأَحْلاَمَ وَ النُّهَى ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ وَلاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ وَإِيَّاكُمْ وَ هَيْشَاتُ اْلأَسْوَاقِ
"Hendaklah yang
mengiringiku orang-orang yang telah baligh dan berakal, kemudian orang-orang
setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka, dan janganlah kalian
berselisih, niscaya berselisih juga hati kalian, dan jauhilah oleh kalian
suara riuh seperti di pasar"8




1
. HR Muslim no. 436.

2. Lihat Jami` Tirmidzi, 1/439; Muwaththa`, 1/173 dan Al Umm, 1/233.

3. HR Abu Ya`la dalam Musnad, no. 3720 dan lain-lain, sebagimana dalam Silsilah Shahihah, no. 31.


4
. HR Bukhari no. 724, sebagaimana dalam kitab Akhtha-ul Mushallin, Syaikh Masyhur Hasan, halaman 207.

5. HR Abu Daud dalam Sunan, no. 666, dan lihat Shahih Targhib Wa Tarhib, no. 495.

6. HR Ahmad dalam Musnad, 4/269, 285,304 dan yang lainnya. Hadistnya shahih.

7. Lihat Akhtha-ul Mushallin, halaman 210-211
8. HR Muslim no. 432 dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahih, no. 1572.

Sumber: almanhaj. or.id dari Majalah As-Sunnah Ed.07 Th.VII 1424H/2003M
Disalin dari e-Book Ibnumajjah.wordpress.com

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين


Anda Sedang membaca artikel yang berjudul Adab-adab Imam dalam Sholat Berjama'ah-4-5 Silahkan baca artikel dari HOSE AL ISLAM Tentang , , Yang lainnya. Dan Ingin Mengeprint klik tombol prin di Bawah, atau bookmark halaman ini dengan URL : https://baytal-islam.blogspot.com/2017/03/adab-adab-imam-dalam-sholat-berjamaah-4.html
Klik Untuk Print Friendly and PDF
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger