Home » , , » Adab dan Etika Bercanda 1-7 dari 10

Adab dan Etika Bercanda 1-7 dari 10

Written By Rachmat.M.Flimban on 19 April 2017 | 4/19/2017 05:45:00 AM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Adab dan Etika, Beginilah Bila Nabi صلى الله عليه وسلم Bercanda

Ustadz Abu Abdillah al-Atsari حفظه الله


ADAB
BERCANDA 1-7

1. Niat yang baik

Hadirkan niat yang baik dalam seluruh ucapan dan perbuatan kita. Demikian pula halnya dengan canda dan senda gurau yang kita kerjakan, niatkan bahwa canda itu hanya untuk menghilangkan kejenuhan, kesumpekan dan kelelahan. Mendatangkan kesenangan jiwa yang diharapkan manfaatnya dapat membangkitkan semangat kembali dalam beramal, baik untuk dunia maupun akhirat.

2. Jangan berlebihan

Sebagian manusia ada yang berlebihan dalam canda dan berkelakar hingga kelewat batas. Wibawa dirinya jatuh di mata manusia, tidak dipandang dan disegani lagi. Bahkan sampai orang-orang bodoh pun ikut bergabung dengan dirinya. Tentunya hal ini harus dijauhi oleh seorang muslim, hendaknya kita semua pertengahan dalam segala perkara. Tidak selalu bermuka masam dan cemberut, tidak juga sering bercanda yang berlebihan. Imam al-Ghozali mengatakan: "Selayaknya untuk tidak terlalu berlebihan dalam berkelakar dan senda gurau, jangan menuruti jiwa dalam perkara yang rendahan hingga dapat merusak perangainya dan jatuh kewibawaannya secara keseluruhan. Bahkan yang benar adalah selalu pertengahan, jangan meninggalkan kewibawaan apabila melihat kemungkaran, jangan membuka peluang untuk berbuat mungkar. Acapkali melihat sesuatu yang menyelisihi syar'i dan muru'ah hendaklah dilarang." (Fadhlullohus Shomad 2/522)

3. Perhatikan orangnya

Tidak semua manusia senang bercanda. Maka dudukkanlah manusia sesuai dengan kedudukannya. Lihatlah dahulu dengan siapa anda akan bercanda. Apabila watak orangnya serius, tidak senang canda, atau keadaan orangnya lagi suntuk dan ditimpa musibah maka sangat tidak tepat bila anda bercanda dengannya. Bisa jadi malah canda dengannya membawa petaka dan sesuatu yang tidak diinginkan. Perhatikanlah hal ini wahai saudaraku!!.

4. Lihat kondisi

Yang demikian itu karena ada beberapa keadaan dan situasi yang tidak tepat untuk bercanda dan bergurau, seperti ketika di majlis rapat yang butuh pemecahan dan keseriusan, pada majlis ilmu ketika guru sedang menerangkan dengan serius, ketika memberi persaksian atau seperti ketika akad nikah, perceraian dan lain sebagainya. Maka canda dan bergurau ketika keadaan seperti di atas tidak bisa diterima.

5. Canda dengan menakut-nakuti?

Sebagian orang ada yang canda dan guraunya dengan jalan menakut-nakuti, semisal dia memakai topeng, atau pakaian putih seperti pocong di kegelapan malam, atau dengan suara yang membuat orang takut. Semua perkara ini hendaklah dihindari dan dijauhkan, jangan dijadikan kebiasaan, karena menakut-nakuti seorang muslim adalah terlarang. Berdasarkan hadits:

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti saudaranya muslim. (HR. Abu Dawud:5004, Ah-mad 5/362. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Ghoyatul Marom 447)

Termasuk bentuk menakut-nakuti juga adalah menyembunyikan barang saudaranya yang berharga, sehingga pemiliknya merasa cemas dan takut akan kehilangan barangnya. Nabi صلى الله عليه وسلم memperingatkan dalam sabdanya:

لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لَاعِبًا وَلَا جَادًّا وَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا

Janganlah salah seorang di antara kalian mengambil barang saudaranya, tidak boleh baik hanya main-main atau sungguhan. Barangsiapa yang mengambil tongkat saudaranya, hendaklah dia mengembalikannya. (HR. Abu Dawud 5003, Tirmidzi 2161, Ahmad 4/221, Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod 241. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwaa 1518, Shohih al-Adab al-Mufrod 180)


Demikian pula tidak boleh menakut-nakuti dengan pisau atau senjata lainnya, walaupun hanya untuk main-main. Karena betapa banyak kejadian tertumpahnya darah karena sebab main-main dengan pisau atau senjata. Benarlah apa yang disabdakan Rosululloh صلى الله عليه وسلم dalam haditsnya:

ا يُشِيرُ أَحَدُكُمْ عَلَى أَخِيهِ بِالسِّلَاحِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي لَعَلَّ الشَّيْطَانَ يَنْزِعُ فِي يَدِهِ يَقَعُ فِي حُفْرَةٍ مِنْ النَّارِ

Janganlah salah seorang di antara kalian mengarahkan senjata kepada saudaranya, karena sesungguhnya dla tidak tahu barangkall setan mencabut senjata darl tangannya yang menyebabkan dla masuk dalam jurang neraka. (HR. Bukhori 7072)

Dalam hadits yang lain Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya)i "Barangsiapa yang mengacungkan sebilah besl kepada saudaranya, maka sesungguhnya malalkat akan melaknatnya sampai dla menghentikan perbuatannya, sekalipun kepada saudara sebapak maupun seibu." (HR. Muslim 2616)

6. Tinggalkan dusta

Dusta dan bohong adalah pelanggaran syariat, termasuk dosa besar. Bahkan larangan dusta ketika canda dan senda gurau sangat keras. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Celakalah bagi orang yang bercerita kemudian berdusta agar membuat orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia. (HR. Abu Dawud 4990, Tirmidzi 2315, Ahmad 5/5-6, Darimi 2/382, Hakim 1/46. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Ghoyatul Marom 376, al-Misykah 4838)

Rosululloh صلى الله عليه وسلم sebagai teladan kita tidak pernah dusta dalam candanya. Abu Huroiroh رضي الله عنه menuturkan: "Para sahabat bertanya, Wahai Rosululloh engkau mencandai kami? Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: Ya, hanya saja aku tidak berkata kecuali benar." (HR. Tirmidzi 1990, Ahmad 2/340, Baghowi 3602. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Mukhtashor Syamail Muhammadiyyah 202, Lihat pula as-Shohihah 1726)

Dari Abu Umamah bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحِ

Aku akan bangunkan sebuah istana megah yang dikelilingi benteng kuat dl surga bagi yang meninggalkan debat sekalipun benar. Dan aku jamin sebuah istana di pertengahan surga bagi yang meninggalkan dusta sekalipun hanya senda gurau. (HR. Abu Dawud: 4800. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini hasan dalam as-Shohihah 273)

7. Jauhkan tuduhan tak berdasar dan ghibah ketika canda.

Hal ini merupakan musibah besar bagi seorang muslim, apabila melontarkan tuduhan tanpa bukti dan mengghibahnya dalam senda gurau. Ketahuilah saudaraku, setan sangat bernafsu untuk menjatuhkan bani Adam ke dalam dosa, di antaranya adalah melalui celah yang sangat halus, yaitu melontarkan tuduhan bohong dan ghibah ketika bercanda atau berkumpul dengan teman.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله: "Di antara sebagian manusia ada yang memoles ghibah dalam bentuk yang indah dan beragam. Kadangkala karena alasan agama dan kebaikan ia berkata: 'Saya tidak menyebutkan orang kecuali kebaikan, saya tidak suka ghibah dan dusta, hanya saja saya mengabarkan kalian dengan keadaan yang sebenarnya, demi Alloh dia orang yang baik tapi sayang dia begini dan begitu." Tujuan dari hal ini tiada lain kecuali memojokkannya. Beralasan demi kebaikan dan agama. Sebagian yang lain berbuat ghibah karena hasad. Maka orang yang semacam ini telah mengumpulkan dua perkara yang sangat keji. Sebagian yang lain lagi berbuat ghibah dalam bentuk kekaguman, semisal dia berkata: "Saya kagum dengan dia, tapi bagaimana mungkin dia tidak melakukan ini dan itu. Atau ia berkata: "Saya heran dengan dia, bagaimana bisa ia terjatuh dalam perkara semacam ini!." Mengghibah dengan bentuk keheranan dan kagum. Inilah penyakit hati yang paling besar dan penipuan terhadap Alloh عزّوجلّ serta para makhluk-Nya." (Majmu' Fatawa 28/237-238 secara ringkas)

Selanjutnya ; 8. Canda dengan pukulan dan ucapan buruk?


Beginilah Bila Nabi صلى الله عليه وسلم Bercanda

Oleh : Ustadz Abu Abdillah al-Atsari

Sumber: Majalah Al-Furqon No.78 Ed.8 Th.ke-7 1429 H/ 2008 M


Menukil dari e-Book Ibnumajjah.com

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين


Anda Sedang membaca artikel yang berjudul Adab dan Etika Bercanda 1-7 dari 10 Silahkan baca artikel dari HOSE AL ISLAM Tentang , , Yang lainnya. Dan Ingin Mengeprint klik tombol prin di Bawah, atau bookmark halaman ini dengan URL : https://baytal-islam.blogspot.com/2017/04/adab-dan-etika-bercanda-1-7-dari-10.html
Klik Untuk Print Friendly and PDF
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. HOSE AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger