Adab dan Etika, Bercanda 8-9-10
Ustadz Abu Abdillah al-Atsari حفظه الله
8. Canda dengan pukulan dan ucapan buruk?
Bercanda dan gurau dengan menggunakan tangan, seperti memukul atau menggelitiki badan, banyak manusia yang tidak menyukainya. Bahkan perkaranya bisa membawa pada permusuhan dan pertikaian. Betapa banyak perkelahian yang berawal dari senda gurau. Lebih tegas lagi, bahwa memukul saudara seiman sangat dilarang. Berdasarkan hadits:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Seorang muslim adalah yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya. (HR. Bukhori 10, Muslim 40)
Adapun canda dengan ucapan dan panggilan yang jelek sangat banyak terjadi, panggilan dan ge-lar yang tidak enak didengar, padahal perkara ini sangat jelas keharamannya. Alloh عزّوجلّ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dholim. (QS. al-Hujurot[49]: 11)
9. Jangan mengolok-olok agama!!
Barangsiapa yang mengolok-olok syariat agama atau orang yang istiqomah dalam agamanya, maka sungguh dia telah melakukan perbuatan kufur. Hal ini pernah terjadi pada zaman Rosululloh صلى الله عليه وسلم. Tatkala perang Tabuk, sekelompok orang munafik mencela dan mengejek nabi dan para sahabatnya dengan mengatakan: "Kami tidak pernah melihat orang yang paling buncit perutnya, paling dusta lisannya dan paling pengecut ketika bertemu musuh dibandingkan mereka." Orang munafik bermaksud canda dan senda gurau untuk menghilangkan kepenatan dan lelahnya perjalanan. Akan tetapi Allah عزّوجلّ Maha Tahu maksud dan tujuan mereka, hingga turunlah ayat yang berbunyi:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ. لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Ro-sul-Nya kamu selalu berolok-olok?." Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. at-Taubah[09]: 65-66)1
10. Senyumanmu kebahagiaanku
Memberikan senyum dan berwajah ceria kepada orang lain sangat dianjurkan, bahkan hal itu bisa menambah kecintaan dan kedekatan persaudaraan se-lslam.
Menambah kebahagiaan dan ke-senangan orang yang diberi senyuman, apalagi dari orang yang kita cintai. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِيْ وَجْهِ أخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ
Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah. (HR. Tirmidzi 1956, Ahmad 5/168, Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod 891, Ibnu Hibban 864. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shohihah 572)
Sahabat mulia Jarir bin Abdillah رضي الله عنه mengatakan:
وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
"Tidaklah Rosululloh صلى الله عليه وسلم melihatku kecuali tersenyum." (HR. Bukhori 3035, Muslim 2475)
Inilah akhlak dan perangai Islam yang mulia, bahkan yang paling bagus lagi adalah yang banyak menangis di waktu malam dan tersenyum di siang hari. Tapi perlu diingat, jangan terlalu banyak senyum hingga kelewat batas, sebaliknya juga, hendaknya orang yang sering bermuka masam dan cemberut untuk menebarkan senyuman, tidak berlebihan dan tidak mahal tersenyum.2
Footnote;
1. Lihat kisah lengkapnya dalam Tafsir at-Thobari 14/333, Fathul Qodir 2/378
2. Lihat Siyar A'lam Nubala 10/140, Syarah Shohih Muslim 3/40

Posting Komentar