Do'a Nabi, Do'a Terbaik Perhatian Nabi dan Sahabat Terhadap Lafadz Do'a Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim حفظه الله |
Diadaptasi dari Fiqhul Ad'iyah wal Adzkar karya Syaikh Abdurrozzaq al-Badr Disalin dari web Muslim.or.id, Di Nukil; dari eBook Ibnu Majjah NABI DAN SAHABAT PUN MEMPERHATIKAN Perhatian terhadap penggunaan berbagai lafadz do’a yang syar’i juga dapat kita petik dari tindakan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Mereka pun turut mengingkari penggunaan do’a-do’a yang direkayasa karena mengandung mudharat. Berikut beberapa contoh akan hal tersebut: Di dalam hadits diterangkan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan do’a kepada para sahabatnya sebagaimana beliau mengajarkan satu surat kepada mereka.1 Beliau mengajarkan mereka untuk memperhatikan pengucapan huruf, urutan kata di dalam do’a, melarang mereka untuk menambahi atau mengurangi, menghimbau untuk mempelajari dan menjaga lafadz do’a yang diajarkan beliau.2 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang yang sakit mendadak sehingga badannya pun melemah. Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Apakah engkau berdo’a atau meminta dengan lafadz do’a tertentu?” Pria tersebut menjawab, “Benar, saya memanjatkan do’a dengan lafadz berikut: “Wahai Allah, segala adzab yang Engkau sediakan untukku di akhirat, segerakanlah di dunia ini.” Nabi pun berkata, “Subhanallah, engkau tidak akan mampu memikulnya, mengapa engkau tidak mengucapkan, “Wahai Allah berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.” Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Pria tersebut berdo’a dengan do’a tersebut dan Allah pun memberi kesembuhan kepadanya.”3 Perhatikan! Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur sahabat di atas karena do’a yang dipanjatkannya, do’a yang murni berasal dari dirinya sendiri mengandung kemudharatan meski motivasi sahabat memanjatkan do’a tersebut dikarenakan rasa takut beliau terhadap siksaan di akhirat kelak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajari sahabat Al- Barra bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu do’a tidur dengan lafadz berikut, اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِى إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِى إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِى إِلَيْكَ، رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِى أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِى أَرْسَلْتَ “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu,menghadapkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena mengharap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus.” Ketika Al Barra mencoba menghafal do’a di atas, beliau keliru dan mengganti lafadz ( نَبِيِّكَ ) dengan ( رَسُولِكَ ), nabi pun menegur dan mengoreksinya.4 Hal ini menunjukkan perhatian nabi terhadap penggunaan do’a yang sesuai dengan tuntunan beliau, tanpa disertai tambahan dan pengurangan. Imam Ibnu Hajar Al Asqalani asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, وأولى ما قيل في الحكمة في رده صلى الله عليه وسلم على من قال الرسول بدل النبي ان ألفاظ الأذكار توقيفية ولها خصائص وأسرار لا يدخلها القياس فتجب المحافظة على اللفظ الذي وردت به “Hikmah yang paling utama dari tindakan penolakan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang mengucapkan lafadz rasul sebagai ganti lafadz nabi bahwasanya lafadz-lafadz dzikir adalah tauqifiyah (harus mengikuti dalil, ed) dan memiliki berbagai kekhususan dan rahasia yang tidak bisa diketahui oleh akal, sehingga wajib menggunakan berbagai lafadz do’a yang disyari’atkan (baca: terdapat dalam Al Quran dan sunnah).”5 Para sahabat justru mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau untuk mengajarkan do’a kepada mereka, padahal mereka adalah kaum yang berilmu dan fasih dalam berbahasa. Tengoklah permintaan Abu Bakr ash-shiddiq radhiallahu ‘anhu yang meminta nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan sebuah do’a untuk dia ucapkan di dalam shalat.6 Imam Ahmad meriwayatkan dan selainnya dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu ‘anhu, dia mendengar anaknya tengah bermunajat dengan do’a berikut, اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الأَبْيَضَ عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana putih di surga bagian kanan jika aku memasukinya.” Abdullah bin Mughaffal pun mengoreksi anaknya, أَىْ بُنَىَّ سَلِ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنَ النَّارِ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: إِنَّهُ سَيَكُونُ فِى هَذِهِ الأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِى الطُّهُورِ وَالدُّعَاءِ “Wahai anakku, cukup engkau meminta jannah kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya dari api neraka. Sesungguhnya aku mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada sekelompok orang dari umat ini yang melampaui batas dalam bersuci dan berdo’a.”1 Perhatikan pengingkaran Ibnu Mughaffal radhiallahu ‘anhu terhadap do’a yang dipanjatkan anaknya, yang merupakan hasil rekayasa sang anak. Hal ini menunjukkan pada kita, do’a yang tidak bersumber dari Al Quran dan sunnah rentan keliru. Catatan Kaki; 1.1 Lihat HR. Bukhari: 1109 dan Muslim: 403. 2. Fathul Baari 11/183. 3. HR. Muslim: 2688. 4. HR. Muslim: 2710. 5. Fathul Baari: 11/112. 6. HR. Bukhari: 5967 dan Muslim: 2705. 7. HR. Abu Dawud: 96, Ibnu Majah. Dinukil dari eBook Islam Ibnu Majjah "Istighfar dan Taubat" Artikel Terkait; "Dampak Negatif Do'a dan Dzikir yang Dikreasikan" |
Do'a Nabi, Do'a Terbaik, Perhatian Nabi dan Sahabat
Written By Rachmat.M.Flimban on 20 Oktober 2017 | 10/20/2017 08:47:00 PM
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Do'a Nabi, Do'a Terbaik Perhatian Nabi dan Sahabat Terhadap Lafadz Do'a Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim حفظه الله |
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
author;
Rachmat Machmud. Flimban
Posting Komentar