Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid,Tahlil, dan Takbir (6-9) |
K E U T A M A A N Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir dan Syarahnya Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir dan Syarahnya Disalin dari: 1. Terjemah Hishnul Muslim oleh Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani 2. Terjemah Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad,dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, hal 604-617. Dinukil dari e-Book Ibnumajjah.wordpress_com Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid,Tahlil, dan Takbir (6) مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ "Barangsiapa yang membaca: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ 'Mahasuci Allah Yang Mahaagung, dan pujian untuk-Nya', maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di surga."1 Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu. غُرِسَتْ 'ditanamkan'. Dikatakan, "Sebatang pohon ditanam", jika pohon itu telah ditegakkan di atas bumi. نَـخْلَةٌ 'pohon kurma', dengan kata lain, setiap satu kali mengucapkan dzikir itu, maka baginya sebatang pohon kurma dalam surga. Dikhususkan pohon kurma karena sangat banyak manfaatnya dan buahnya yang sangat bagus. Wallahu A'lam. Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid,Tahlil, dan Takbir (7) وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ؟ فَقُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ "Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Wahai Abdullah bin Qais, maukah kamu kutunjukkan perbendaharaan surga?' Maka aku menjawab, 'Aku mau, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Bacalah: لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ 'Tiada daya dan kekuatan melainkan di sisi Allah'."'2 Ungkapan يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ 'wahai Abdullah bin Qais'. Dia adalah Abu Musa Al-Asyari Radhiyallahu Anhu. Ungkapan أَلاَ 'maukah kamu', kalimat peringatan. Orang pertama memberikan peringatan kepada pendengarnya akan adanya sesuatu yang sangat agung. Ungkapan عَلَى كَنْزٍ 'pundi-pundi', menurut bahasa كَنْز suatu harta berharga atau kekayaan yang terpendam. Artinya di sini, ucapan di atas akan menyediakan dan menyimpan bagi orang yang mengucapkannya sejumlah besar pahala, sehingga wujudnya di akhirat sebagaimana pundi-pundi di dunia ini, karena orang yang mengkhususkannya akan bahagia dengannya dan menunjukkan insting yang demikian ketika membutuhkannya. An-Nawawi Rahimahullah dalam kitab Syarah Muslim mengatakan, "Para ulama berkata, Sebab timbulnya hal demikian karena kalimat ini adalah kalimat yang menunjukkan makna menyerah dan memberikan semua urusan kepada Allah. Juga pengakuan akan ketundukan kepada-Nya. Dan bahwa tiada Pencipta selain Dia. Tiada yang sanggup menolak perintah-Nya. Dan sesungguhnya seorang hamba itu tidak kuasa atas urusan apa pun juga.'" Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid,Tahlil, dan Takbir (8) وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ "Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Perkataan yang paling disenangi Allah ada empat: سُبْحَانَ اللهِ 'Mahasuci Allah, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، 'Segala puji hanya bagi Allah, وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ 'Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah, dan وَاللهُ أَكْبَرُ 'Allah Mahabesar'. Tidak memudharatkanmu (melindungimu) sesuatu apapun dari kalimat mana saja yang engkau ucapkan terlebih dahulu."3 Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Samurah bin Jundub Radhiyallahu Anhu. Ungkapan أَحَبُّ الْكَلاَمِ 'perkataan yang paling disenangi'. An-Nawawi Rahimahullah dalam kitab Syarh Muslim berkata, "ini dibawa kepada makna ucapan bani Adam. Jika tidak, maka Al-Qur an lebih utama daripada tasbih dan tahlil secara mutlak. Sedangkan sesuatu yang matsur dalam suatu waktu atau keadaan dan lain sebagainya, maka menyibukkan diri dengannya adalah lebih utama." Menjadi demikian karena kalimat-kalimat itu mencakup makna-makna menjauhkan Allah dari sifat kurang dan mengesakannya (tauhid). Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid,Tahlil, dan Takbir (9) جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: عَلِّمْنِيْ كَلاَمًا أَقُوْلُهُ! قَالَ: قُلْ: لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ. قَالَ فَهَؤُلاَءِ لِرَبِّيْ فَمَا لِيْ؟ قَالَ: قُلْ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ "Seorang badui datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, lalu berkata, 'Ajari aku perkataan untuk aku baca.' Beliau bersabda, 'Katakan: لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ 'Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Allah Mahabesar. Segala puji bagi Allah yang banyak. Mahasuci Allah Tuhan sekalian alam. Tiada kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Orang badui itu berkata, 'Kalimat itu untuk Tuhanku, mana yang untukku? Beliau bersabda, 'Katakan: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ 'Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku, dan berilah rezeki kepadaku'."7 Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Sa'ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu Anhu. Dalam riwayat lain8disebutkan, لَمَّا وَلَّى الْأَعْرَابِيُّ، قَالَ النَّبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَقَدْ مَلأَ يَدَيْهِ مِنَ الْـحَيْرِ "Ketika seorang badui itu berpaling hendak pergi, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Kedua tangannya telah penuh dengan kebaikan.'" Ungkapan رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 'Rabb alam semesta'. Rabb tidak pernah disebutkan melainkan ditujukan hanya kepada Allah. Dalam bagian lain dijadikan dengan kaitan idhafah. Seperti رَبُّ الدَّارِن رَبُّ النَّاقَةِ 'tuan rumah dan pemilik unta'. Jadi الرَّبُّ artinya الْمَالِكُ 'pemilik' atau السَّيِّدُ 'tuan' atau الـمُصْلِحُ 'yang memperbaiki'. Sedangkan الْعَالَمِيْنَ adalah bentuk jamak dari عَالَـمٌ 'alam semesta', yaitu ism untuk semua selain Allah Ta'ala. Dijamakkan agar mencakup semua jenis dan juga di dalamnya terkandung makna sifat yang menunjukkan kepada makna Ilm 'ilmu'. Dijamakkan dengan wawu dan nuun, sekalipun tidak pernah dibentuk demikian, kecuali jamak untuk makhluk yang berakal atau yang sejenisnya dari semua yang ada. الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ 'Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana'; dua ism di antara nama-nama Allah Ta'ala. الْعَزِيْزِ artinya Dzat Yang memiliki keperkasaan yang sempurna yang dengannya Dia memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki. Dikatakan, عَزَّ فُلاَنٌ فُلاَنًا يَعِزُّهُ عَزًّا artinya 'fulan mengalahkan fulan dengan sebenar-benarnya'. Demikian jika dia mengalahkannya. Allah Ta'ala berfirman, وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ "... Dia mengalahkan Aku dalam perdebatan." (QS. Shaad/38: 23) Dengan kata lain, mengalahkanku. Sedangkan الْحَكِيْمِ 'Maha Bijaksana' adalah Dzat Yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, dan mendudukkannya pada kedudukannya yang layak baginya dalam segala urusan dan ciptaan-Nya. فَهَؤُلاَءِ 'dia berkata: kalimat itu', dengan kata lain, orang badui itu berkata, "Semua kalimat itu untuk Rabbku", dengan kata lain, untuk urusan Rabbku; atau hak-Nya karena semua itu adalah sifat-sifat-Nya, karena semua itu terdiri dari tahlil, tauhid, tahrnid, tasbih, pujian, pemuliaan, dan semua itu adalah hak-Nya. فَمَا لِيْ 'sedangkan untukku', dengan kata lain, apa yang menjadi untukku dan selalu kusebutkan demi hakku. اَللَّهُمَّ 'ya Allah'. Asalnya adalah يَا اللهُ, huruf miim bertasydid di bagian akhirnya adalah pengganti huruf yaa. اغْفِرْ لِيْ 'ampunilah aku'. Arti اَلْغَفْرُ adalah penutup. Seperti اَلْـمَّغْفَرُ adalah sesuatu yang dikenakan untuk menutup kepala di bawah helm atau peci. Sedangkan yang dimaksud di sini adalah 'penutupan dosa-dosa'. ارْحَمْنِيْ 'sayangilah aku'. الرَّحْمَةُ artinya kelemah-lembutan dan keluwesan. Yang mencakup pemberian nikmat dan kebaikan oleh-Nya. Karena makna kelemah-lembutan dan keluwesan selalu mengarah kepada kata ini. Korektor mengatakan, "Rahmat Allah Ta'ala adalah sifat di antara berbagai macam sifat yang layak dan keagungan-Nya. Dengannya Dia menyayangi para hamba-Mya dan memberi mereka kenikmatan."9 وَاهْدِنِيْ 'berilah aku petunjuk'. Petunjuk adalah kebalikan kesesatan, yaitu penunjukan yang hanya sampai kepada penyimpangan. وَارْزُقْنِيْ 'dan berilah rezeki kepadaku', Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menggabungkannya ketika mengajarkan do'a ini antara apa-apa yang memberikan manfaat keakhiratan dan manfaat keduniaan, karena ampunan dan rahmat serta petunjuk adalah sebagian dari manfaat keakhiratan. Sedangkan rezeki adalah sebagian dari berbagai manfaat keduniaan. Manfaat keakhiratan didahulukan karena itulah yang pada dasamya menjadi tujuan yang sebenarnya. Ajaran ini dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai ajaran yang berbentuk arahan dan bimbingan ke jalan kebaikan.
Catatan Kaki; 1. Ditakhrij At-Tirmidzi, (5/511), no. 3464-3465; dan Al-Hakim, (1/501); dishahihkan serta disepakati Adz-Dzahabi. Lihat Shahih Al-Jami', (5/531), no. 6429; dan Shahih At-Tirmidzi, (3/160). 2. Al-Bukhari, dalam Fathul Bari, (11/213). no 4205; dan Muslim, (4/2076), no. 2704. 3. Diriwayatkan Muslim, (3/1685), no. 2137. 4. Muslim, (4/2072), no. 2696. 5. Abu Dawud, (1/220), no. 832. 6. Lihat Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, karya lbnu Utsaimin, hlm. 205, juga syarahnya karya Al-Harras, hlm. 106. Lihat juga Taudhih Al-Ahkam, karya Al-Bassam, (2/97). (Korektor). 7. Muslim, (4/2072), no. 2696. 8. Abu Dawud, (1/220), no. 832. 9. Lihat Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, karya lbnu Utsaimin, hlm. 205, juga syarahnya karya Al-Harras, hlm. 106. Lihat juga Taudhih Al-Ahkam, karya Al-Bassam, (2/97). (Korektor). Menukil dari eBook Istighfar dan Taubat, Ibnu Majjah |
Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid,Tahlil, dan Takbir (6-9)
Written By Rachmat.M.Flimban on 10 Oktober 2017 | 10/10/2017 10:55:00 PM
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid,Tahlil, dan Takbir (6-9) |
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
author;
Rachmat Machmud. Flimban
Posting Komentar