Di bagian akhir ayat ini, Allah عزّوجلّ menyebutkan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang berbuat i’tidâ‘.
Al-i’tidâ‘, berasal dari kata al-’udwân. Maknanya, melewati batasan syariat dan pedoman-pedoman yang semestinya harus dipatuhi. Atau menurut Imam al-Qurthubi رحمه الله, yaitu mujâwazatul-haddi (melampaui batas) wa murtakibul-hazhar (melakukan pelanggaran).1
Allah عزّوجلّ berfirman :
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. (QS. al-Baqarah/2:229).
Larangan berbuat melampaui batas, sebenarnya berlaku umum, mencakup seluruh perbuatan dalam semua aspek, tidak khusus hanya dalam berdoa. Namun, karena larangan itu datang setelah perintah untuk berdoa, sehingga menunjukkan dengan jelas dan secara khusus berbicara tentang perbuatan melampaui batas dalam berdoa.
Penggalan ayat di atas mengandung pengertian, bahwa doa yang memuat unsur berlebihan dan melampaui batas tidak disukai Allah عزّوجلّ dan tidak diridhai-Nya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah memberitahukan munculnya gejala melampaui batas dalam berdoa pada diri umat Islam. Pemberitaan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم ini, juga merupakan peringatan berkaitan perbuatan tersebut. Kaum muslimin supaya berhati-hati dan waspada, jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang tersebut. Peringatan Rasulullah صلى الله عليه وسلم ini termasuk bagian dari kesempurnaan dan kepedulian beliau صلى الله عليه وسلم kepada umatnya, sekaligus sebagai salah satu tanda kenabian.
Dari ‘Abdullah bin Mughaffal رضي الله عنه, ia berkata:
إنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاءِ
Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: Sungguh akan muncul kaum dari umat ini yang akan berbuat melampaui batas dalam berdoa dan bersuci.2
Oleh karena itu, tidak ada jalan keselamatan kecuali komitmen dengan petunjuk Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam berdoa kepada Allah عزّوجلّ.
Kesimpulannya : Ayat di atas memuat dua unsur penting:
Pertama, unsur yang dicintai Allah, yaitu berdoa kepada-Nya dengan penuh tadharru’ dan suara yang lembut.
Kedua,unsur yang dibenci dan tidak disukai Allah, dan diperingatkan supaya tidak dilakukan, yakni berbuat i’tida‘ dalam berdoa, dan demikian pula dengan pelakunya.3
Ref,
- . Al-Jâmi’u li Ahkâmil-Qur‘ân, 7/202.
- . HR Ahmad, Abu Dâwud dan Ibnu Maajah. Dishahîhkan oleh al Albâni dalam Shahîh Sunan Abi Dawud, no. 87.
- . Lihat al-Fatâwâ, 15/23-24.
Dinukil dari eBook Islam Ibnu Majjah "Istighfar dan Taubat"
Artikel Terkait; "Contoh Melampaui Batas Dalam Berdoa "
Posting Komentar