Ayat di atas juga mengajarkan cara bagi seorang muslim saat berdoa kepada Allah عزّوجلّ, sehingga doa yang dilantunkannya dikabulkan.1 Apakah dengan mengeraskan suara sebagimana kebiasaan di masyarakat yang kita lihat pada saat ini?
Ternyata tidak dengan suara keras. Tetapi Allah عزّوجلّ menunjukkan cara berdoa itu, ialah dengan menyertakan dua sifat yang mengiringi perintah untuk berdoa kepada-Nya. Dua sifat itu, ialah tadharru’ dan khufyah.
Pengertian tadharru’, yaitu mengandung unsur khusyu’, tadzallul (kerendahan diri dan kehinaan diri) dan istikânah (ketundukan diri).2 Adapun pengertian khufyah, ialah mengeluarkan suara dalam berdoa secara perlahan dan lirih, tidak mengeraskan maupun meneriakkannya. Doa itu dilakukan dengan suara lembut dan hati ikhlas karena Allah عزّوجلّ.
Tujuan berdoa secara perlahan dan lirih, supaya seorang yang berdoa terjauhkan dan selamat dari riya‘, dan demikian ini dikatakan oleh Imam al-Qurthubi رحمه الله. Begitu pula Nabi Zakariyya عليه السلام, beliau dipuji lantaran dalam berdoa dengan cara demikian, perlahan, lirih dan lembut. Allah عزّوجلّ berfirman:
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tetang rahmat Rabb kamu kepada hamba-Nya, Zakariyya. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut. (QS. Maryam/19:2-3).3
Oleh karena itu, ketika ada orang yang berdoa dengan suara keras, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم menegur sahabat yang berbuat demikian. Disebutkan dalam Shahîhain, dari sahabat yang bernama Abu Musa al-Asy’ari رضي الله عنه, ia berkata: Orang-orang mengangkat suara tatkala berdoa, sehingga Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
أيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلى أنْفُسكُمْ إنَّكُمْ لَيسَ تَدْ عُونَ أصَمَّ وَلاَ غَائِبًا إنّكُم تَدْ عُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا
Wahai manusia. Tenangkanlah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang bisu atau yang tidak ada. Sesungguhnya Dzat yang kalian seru Maha Mendengar lagi Maha Dekat.4
Perintah berdoa dengan suara yang lembut juga termaktub dalam firman Allah عزّوجلّ berikut:
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. al-A’râf/7:205)
Al-Hasan al-Bashri رحمه الله seorang Tabi’i, ia berkata: “Dahulu, kaum muslimin sangat tekun dalam berdoa. Tidak terdengar suara dari mereka, kecuali hanya suara lirih antara mereka dengan Rabb mereka”. Selanjutnya, beliau membacakan surat al-A’râf/7 ayat 55 dan pujian terhadap Nabi Zakariyya dalam surat Maryam/19 ayat 3.
Merendahkan suara dan tidak mengeraskannya termasuk etika dalam berdoa. Etika ini mencerminkan nilai-nilai positif. Di antaranya:
- Cara ini menunjukkan keimanan yang lebih besar, karena ia meyakini bahwa Allah عزّوجلّ mendengar suara yang lirih,
- Cara ini lebih beradab dan sopan. Jika Allah عزّوجلّ mendengar suara yang pelan, maka tidak sepantasnya berada di hadapan-Nya kecuali dengan suara yang rendah.
- Sebagai pertanda sikap khusyu‘ dan ketundukan hati yang merupakan ruh doa,
- Lebih mendatangkan keikhlasan. Karena doa dengan suara keras membuat orang lain merasa terganggu dan terpancing perhatiannya kepada suara-suara yang keras lagi riuh-rendah.
- Cara ini membantu untuk konsisten dan senantiasa berdoa. Karena bibir tidak merasa bosan dan anggota tubuh tidak mengalami kelelahan. Sebagaimana orang yang membaca dan mengulang-ulangnya dengan suara keras, maka akan lebih cepat merasa penat.
- Cara berdoa dengan suara lirih juga menunjukkan, bahwa seorang hamba meyakini kedekatannya dengan Allah عزّوجلّ.5
Ref,
- l-Aisar, 1/388.
- Tafsîrul-Qur‘ânil-’Azhîm (3/428), al-Jâmi’u li Ahkâmil-Qur‘ân (7/199), al-Aisar (1/388).
- Al-Jâmi’u li Ahkâmil-Qur‘ân, 7/199. Lihat pula at-Taisîr, hlm. 296.
- HR al-Bukhâri, no. 4205 dan Muslim, no. 2704.
- Fiqhu-Ad’iyah, 1/80-81.
Dinukil dari eBook Islam Ibnu Majjah "Istighfar dan Taubat"
Artikel Terkait; "Tidak Melampaui Batas Dalam Berdoa "
Posting Komentar