بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Fiqh, Syarah Keutamaan Dzikir, 7-10 dari 13
Disalin dari: eBook Ibnu Majjah
1. Terjemah Hishnul Muslim oleh Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani
2. Terjemah Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad,
dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, hal 59-78.
Syarah Keutamaan Dzikir (7 dari 13)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Allah Ta'ala berfirman, 'Aku sesuai dengan anggapan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersamanya jika dia berdzikir kepada-Ku. Jika dia berdzikir kepada-Ku dalam dirinya, maka Aku ingat kepadanya dalam diri-Ku. Jika dia berdzikir kepada-Ku di tengah orang banyak, maka Aku ingat kepadanya di tengah orang banyak yang lebih baik daripada mereka. Jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Sedangkan jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari kecil."1
Perawi hadits ini adalah Shahabat Abu Hurairah. Namanya berbeda-beda sehingga menjadi banyak pendapat. Sedangkan yang paling kuat adalah sebagaimana dikatakan oleh sebagian mereka: Abdurrahman bin Shakhr Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ 'Allah Ta'ala berfirman, 'Aku sesuai dengan anggapan hamba-Ku kepada-Ku", dengan kata lain, bahwa Allah Ta'ala sesuai dengan anggapan hamba-Nya terhadap-Nya. Jika dia menganggap-Nya baik, maka itulah baginya. Sedangkan jika seseorang menyangka yang lain kepada-Nya, maka itulah baginya pula.
Dalam suatu riwayat:
إِنَّ اللهُ تَعَالَى يَقُوْلُ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ، وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ
"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman, 'Aku sesuai dengan anggapan hamba-Ku kepada-Ku. Jika baik, maka baik; dan jika buruk, maka buruk'."2
Makna: ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ 'anggapan hamba-Ku kepada-Ku' adalah anggapan ijabah ketika berdo'a, anggapan diterima ketika bertaubat, anggapan mendapatkan ampunan ketika beristighfar, dan anggapan telah terpenuhi semua pahala ketika melakukan ibadah dengan syarat-syaratnya, dengan dasar berpegang kepada janji-Nya, dan dengan kejujuran-Mya. Hal itu dikuatkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مَوْقِنُوْنَ بِالْإِجَابَةِ
"Berdo'alah kalian semua kepada Allah dan kalian semua yakin akan diijabah."3
Oleh sebab itu, setiap orang harus bersungguh-sungguh ketika melakukan apa-apa yang harus dia lakukan dengan keyakinan bahwa Allah Ta'ala pasti menerimanya dan mengampuninya; karena Dia berjanji yang demikian, sedangkan Dia tidak pernah mengingkari janji. Jika seseorang yakin atau menyangka bahwa Allah tidak menerimanya, dan bahwa semua itu tidak bermanfaat baginya, maka yang demikian adalah keputusasaan dari rahmat Allah. Perbuatan seperti itu adalah bagian dari berbagai macam dosa besar. Siapa saja yang mati dalam keadaan yang demikian, maka dia akan dikembalikan kepada apa yang menjadi anggapannya. Sedangkan persangkaan adanya ampunan dengan terus-menerus, maka yang demikian adalah kebodohan yang sesungguhnya dan kelengahan.4
Ungkapan وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ 'dan Aku bersamanya jika dia berdzikir kepada-Ku' adalah sebagaimana firman Allah Ta'ala,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." (An-Nahl/16: 128)
Kebersamaan di sini adalah khusus bagi kaum Mukminin yang berkonsekuensi adanya penjagaan, pemeliharaan, taufik, dan dukungan ..., hal itu bukan kebersamaan yang bersifat umum yang mencakup semua makhluk dan harus dengan ilmu. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ إِلا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا
"Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada." (Al-Mujadilah/58: 7)
Ungkapan فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ 'jika dia berdzikir kepada-Ku dalam dirinya, maka Aku ingat kepadanya dalam diri-Ku', dengan kata lain, jika dia berdzikir kepada-Ku dengan menjauhkan segala sifat kurang dari-Ku, dengan pensucian, dengan pengagungan secara rahasia, dengan rasa takut ketika sendirian, maka Aku akan ingat kepadanya dalam diri-Ku, suatu ingatan kepadanya yang berkonsekuensi adanya pahala, pemberian nikmat, penjagaan, dan pemeliharaan.
Ungkapan وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ 'jika dia berdzikir kepada-Ku di tengah orang banyak', dengan kata lain, dalam suatu jama'ah; ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ 'maka Aku ingat kepadanya di tengah orang banyak yang lebih baik daripada mereka', dengan kata lain, dalam jama'ah para malaikat yang lebih daripada jama'ahnya yang mana Aku diingat di tengah-tengah mereka.
Ungkapan وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا...الخ 'jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta ... ' dst., makna ungkapan itu jika seorang hamba mendekat kepada Allah Ta'ala dengan suatu ketaatan, atau dengan melaksanakan apa-apa yang Dia perin-tahkan kepadanya dengan ukuran tertentu, baik sedikit atau banyak, maka Allah Ta'ala akan mendekat kepadanya dengan segala pahala, pemberian nikmat, dan rahmat yang lebih agung dan lebih cepat.
Ungkapan بَاعًا 'sedepa' adalah ukuran panjang seukuran dua tangan yang direntangkan.
Ungkapan هَرْوَلَةً 'lari kecil' adalah semacam jalan cepat.
Syarah Keutamaan Dzikir (8)
Dari Abdullah bin Busr Radhiyallahu Anhu bahwa seorang pria berkata,
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ اْلإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ: لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
"'Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam telah banyak atas diriku, maka sampaikan kepadaku sesuatu yang aku harus selalu terikat dengannya? "Beliau menjawab, 'Hendaknya selalu lisanmu basah karena dzikir kepada Allah'."5
Ungkapan إِنَّ شَرَائِعَ اْلإِسْلاَمِ 'sesungguhnya syariat Islam telah banyak atas diriku' adalah bentuk jamak dari kata syariah, yaitu 'jalan yang diridhai', dengan kata lain, bahwa semua perkara islam telah banyak pada diriku, seperti: shalat, zakat, haji, puasa, jihad, dan lain sebagainya berupa berbagai macam amal badaniah dan yang berkaitan dengan harta serta menahan diri dari berbagai macam larangan, dan meninggalkan apa-apa yang di dalamnya berbagai macam hukuman dan kafarah ... dan lain sebagainya.
Ungkapan فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ 'maka sampaikan kepadaku sesuatu yang aku harus selalu terikat dengannya?', dengan kata lain, ketika aku tidak mampu untuk keluar dari ikatan perkara-perkara syariat sebagaimana semestinya syariat itu, dan aku tidak mampu untuk merutinkannya dan melanggengkannya dalam sepanjang waktu, maka sampaikan kepadaku tentang sesuatu yang aku harus mengikatkan diri dengannya sehingga semoga aku beruntung dengan hal itu. Dan akhirnya hal itu menjadi sesuatu yang sangat banyak dalam timbangan dan ringan dalam pelaksanaan.
التَّشَبُّثُ adalah التَّعَلُّقُ, dengan kata lain, berpegang-teguh kepadanya dan selalu berkaitan dengannya. Maka, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya,
لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
"Hendaknya lisanmu selalu basah karena dzikir kepada Allah."
Dengan kata lain, kebasahan lisanmu akan terus-menerus karena dzikir. Saya katakan demikian karena kebasahan lisan adalah kata kiasan (kinayah), yang artinya 'sibuk dengan dzikir'.
Syarah Keutamaan Dzikir (9)
Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallarn juga bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ: {الـم} حَرْفٌ؛ وَلَـكِنْ: أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ
"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya dengan membaca satu huruf satu kebaikan. Dan satu kebaikan dengan (sepuluh kali) lipat darinya. Aku tidak mengatakan, " الـم adalah satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf."6
Perawi hadits ini adalah Shahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan مَنْ قَرَأَ حَرْفًا 'barangsiapa membaca satu huruf', dengan kata lain, huruf apa pun juga.
مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا 'dari Kitabullah, maka baginya dengan membaca satu huruf satu kebaikan. Dan satu kebaikan dengan (sepuluh kali) lipat darinya', dengan kata lain, dilipatgandakan (sepuluh kali).
Ungkapan, لاَ أَقُوْلُ: {الـم} حَرْفٌ 'aku tidak mengatakan الـم adalah satu huruf', ini adalah penegas dan penjelas bahwa setiap huruf dari sisi Allah Ta'ala memberikan pahala dengan membacanya. Bahkan tidak bisa orang menyangka bahwa الـم adalah satu huruf, tetapi أَلِفٌ حَرْفٌ 'alif adalah satu huruf' dan dengan membacanya orang mendapatkan sepuluh kebaikan. وَلاَمٌ حَرْفٌ 'laam satu huruf' dan dengan membacanya orang mendapatkan sepuluh kebaikan. Kemudian وَمِيْمٌ حَرْفٌ 'miim satu huruf' dan dengan membacanya orang mendapatkan sepuluh kebaikan.
Dalam hal ini, perintah untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an dan dzikir yang agung yang akan mendatangkan pahala berlipat ganda.
Syarah Keutamaan Dzikir (10)
Dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu, dia berkata,
خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ: أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ فَيَأْتِيْ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِيْ غَيْرِ اِثْمٍ وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ؟ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: أَفَلاَ يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ، أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berangkat ketika kami sedang berada di suatu tempat di belakang masjid, lalu beliau bersabda, 'Siapakah di antara kalian yang mau pergi setiap hari menuju Buthhan atau Aqiq sehingga dari sana dia mendapatkan dua ekor unta berpunuk besar selama tidak untuk suatu dosa atau pemutusan silaturrahim? Kami menjawab, 'Wahai Rasulullah, kami suka yang demikian' Beliau bersabda, 'Apakah kalian semua tidak segera pergi ke masjid di pagi hari sehingga mengetahui atau membaca dua buah ayat dari Kitabullah Azza wa Jalla adalah lebih baik daripada dua ekor unta. Tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor dan empat ayat lebih baik daripada empat ekor. Jumlah berapa pun ayat adalah lebih baik daripada sejumlah yang sama daripada unta."'7
Ungkapan وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ 'ketika kami sedang berada di suatu tempat di belakang masjid', الصُّفَّة adalah suatu tempat yang ada di belakang masjid yang disediakan untuk persinggahan bagi orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidak memiliki keluarga.
Ungkapan يَغْدُوَ 'berangkat' adalah bepergian di awal siang hari.
Ungkapan إِلَى بُطْحَانَ 'menuju Buthhan' adalah nama suatu lembah di Madinah. Dinamakan demikian dikarenakan wilayahnya yang luas dan datar. Berasal dari akar kata بطح yang berarti 'datar'.
Ungkapan أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ 'atau ke Aqiq', dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Aqiq adalah 'yang paling kecil'. Yaitu suatu tempat yang berjarak kira-kira tiga kilometer atau dua kilometer dari kota Madinah.
Ungkapan أَوْ 'atau' bisa menunjukkan keraguan pada diri perawi atau menunjukkan permacaman, karena keduanya, yakni Bathhan dan Aqiq adalah tempat yang paling dekat. Keduanya menjadi tempat terselenggaranya pasar unta di Madinah.
Ungkapan كَوْمَاوَيْنِ 'berpunuk besar' adalah bentuk mutsanna dari kata كَوْمَاء -hamzah dibalik menjadi wawu- yaitu unta yang memiliki punuk besar. Hal itu merupakan harta orang Arab yang paling baik.
Ungkapan فِيْ غَيْرِ اِثْمٍ 'selama tidak untuk suatu dosa', seperti mencuri dan merampas.
Ungkapan وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ 'dan tidak pula untuk pemutusan silaturrahim', dengan kata lain, tidak dengan keha-rusan memutuskan silaturrahim.
Ungkapan وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ 'jumlah berapa pun ayat', dengan kata lain, bahwa dua ayat itu lebih baik daripada dua ekor unta dan sesuai jumlah unta berapa pun dengan ayat itu. Tiga lebih baik daripada tiga bilangan ayat pula dari unta. Demikian juga empat....
Alhasil, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam hendak menghimbau mereka untuk banyak membaca Al-Qur’an dan menjadikan mereka zuhud dari segala kekayaannya.
Bookmark
1. Al-Bukhari, (8/171), no. 7405; dan Muslim, (4/2061), no. 2675 sedangkan lafazhnya dari Al-Bukhari.
2. Lihat Silsilah Ahadits Ash-Shahihah, no. 1663.
3. At-Tirmidzi, no. 3479. Dan lihat Shahih Al-Jami’ no. 243.
4. Lihat Fathul Bari, 13/387.
5. At-Tirmidzi, (5/458), no. 3375; Ibnu Majah, (2/1246), no. 3793. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi, (3/139); dan Shahih Ibnu Majah, (2/317).
6. At-Tirmidzi, (5/175), no. 2910. Dan lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/9) dan Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, (5/340), no. 6469.
7. Muslim, (1/553), no. 803.
Sumber; Di Nukil dari eBook Karya Ibnu majjah
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
author;
Rachmat Machmud. Flimban
Posting Komentar